Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Studi di Inggris: Warga yang Divaksinasi Penuh Berkurang 50-60 Persen Risiko Terinfeksi Covid-19

Hasil studi di Inggris menunjukkan warga yang sudah divaksin penuh memiliki risiko lebih rendah 50-60 persen terinfeksi Covid-19 varian Delta

Editor: hasanah samhudi
zoom-in Studi di Inggris: Warga yang Divaksinasi Penuh Berkurang 50-60 Persen Risiko Terinfeksi Covid-19
AFP
Kerabat berpelukan saat mereka tiba dari Amerika Serikat di Terminal 5 Heathrow di London barat pada Senin (2/8/2021), saat pembatasan karantina dilonggarkan. 

TRIBUNNEWS.COM, LONDON - Orang yang sudah divaksinasi penuh memiliki sekitar 50-60 persen pengurangan risiko terinfeksi virus corona varian Delta, termasuk mereka yang tidak menunjukkan gejala.

Hasil studi di Inggris ini terungkap dari sebuah studi prevalensi virus corona ini dilakukan peneliti Imperial College London

Para peneliti mengatakan orang yang sudah divaksin dua dosis vaksin memiliki peluang setengah dari kemungkinan tes positif Covid-19. Temuan ini dengan mempertimbangkan faktor lain seperti usia, apakah orang yang dites memiliki gejala Covid-19 atau tidak.

Disebutkan, efektivitas meningkat menjadi 59 persen pada mereka yang memiliki gejala Covid-19.

Penelitian dilakukan pada periode ketika varian Delta menyebar dan menggantikan dominasi varian Alpha sebelumnya.

Baca juga: Hasil Penelitian: Vaksin Covid-19 Covaxin Efektif Melawan Varian Delta Plus

Baca juga: Pejabat WHO Telusuri Sebab Varian Delta Jauh Lebih Menular Dibanding Virus Corona Sebelumnya

Perkiraan ini, yang tidak merinci efektivitas vaksin, lebih rendah daripada yang dilaporkan oleh Public Health England (PHE) untuk suntikan Pfizer dan AstraZeneca.

Para peneliti mengatakan temuan ini tidak mengejutkan atau mengkhawatirkan, mengingat perkiraan PHE didasarkan pada mereka yang dites dan memiliki gejala, sementara studi Imperial dirancang untuk meneliti lebih banyak orang.

BERITA REKOMENDASI

"Kami sedang melihat efektivitas terhadap infeksi di antara sampel acak dari populasi umum, yang mencakup individu tanpa gejala," ujar ahli epidemiologi Imperial Paul Elliot, yang memimpin penelitian.

Ia mengatakan mereka yang memiliki gejala dalam penelitian ini bahkan mungkin tidak belum dites. "Jadi sekali lagi, ini sekelompok orang yang berbeda,” katanya.

Studi tersebut menemukan bahwa hubungan antara infeksi dan rawat inap, yang sebelumnya melemah, mulai pulih kembali.

Baca juga: Sebulan Terakhir Covid-19 Global Naik 80 Persen Akibat Varian Delta

Baca juga: Mengenal Varian Delta Plus, Ini Gejala, Cara Mengobati dan Perbedaannya dengan Varian Delta

Ini kemungkinan bertepatan dengan penyebaran Delta di antara orang-orang muda yang mungkin tidak sepenuhnya divaksinasi.

Sebelumnya PHE mengatakan bahwa varian Delta meningkatkan risiko pasien harus dirawat inap, meskipun vaksin melindunginya agar penyakit tidak parah.


Secara keseluruhan, kata para penelit, prevalensi pada orang yang tidak divaksinasi adalah 1,21 persen, tiga kali lebih tinggi dari prevalensi 0,4 persen pada orang yang divaksinasi penuh.

Para peneliti mempresentasikan temuan terbaru dari survei prevalensi Imperial's React-1, yang menunjukkan ada peningkatan infeksi empat kali lipat dalam sebulan mencapai 1 dari 160 orang di Inggris.

Survei terbaru, yang dilakukan antara 24 Juni dan 12 Juli, mencakup waktu menjelang puncak infeksi yang dilaporkan setiap hari pada 17 Juli, dan menemukan bahwa kenaikan itu dipicu oleh penyebaran pada orang yang lebih muda.

Baca juga: Pakar Inggris: Alat Oksimeter Kurang Akurat pada Orang Berkulit Lebih Gelap

Baca juga: Sejumlah Ilmuwan Prediksi Setiap Tahun Akan Ada Puluhan Ribu Kematian Akibat Covid-19 di Inggris

Peneliti Imperial, Steven Riley mengatakan bahwa anak berusia lima hingga 24 tahun menyumbang 50 persen dari semua infeksi, meskipun mereka hanya 25 persen dari populasi.

Sekolah-sekolah sekarang telah ditutup untuk liburan musim panas, dan kasus-kasus telah turun meskipun aturan pembatasan virus corona berakhir pada 19 Juli.

"Kami telah menunjukkan bahwa sebelum penurunan baru-baru ini, orang-orang muda mendorong terjadinya infeksi," kata Prof Riley kepada wartawan.

"Data ini mendukung adanya ketidakpastian apa yang mungkin terjadi pada bulan September,  di saat sekolah kembali dibuka dan warga boleh berkumpul di dalam ruangan, karena pola infeksi yang kami lihat mendorong pertumbuhan,” ujarnya. (Tribunnews.com/TST/Hasanah Samhudi)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas