Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Tak Peduli Seruan WHO, Negara-negara Besar Lanjutkan Booster Vaksin Covid-19

Sejumlah negara kaya tidak menggubris seruan WHO dan tetap melanjutkan booster vaksin Covid-19 untuk menahan virus corona varian Delta

Editor: hasanah samhudi
zoom-in Tak Peduli Seruan WHO, Negara-negara Besar Lanjutkan Booster Vaksin Covid-19
AFP
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom (kedua dari kanan) berjalan bersama pejabat kesehatan Kuwait saat mengunjungi pusat vaksinasi Covid-19 di Kuwait International Fairground, di Kota Kuwait, pada 28 Juli 2021. 

TRIBUNNEWS.COM – Sejumlah negara besar mengabaikan seruan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dan tetap melanjutkan rencana pemberian booster vasin Covid-19.

Jerman, Prancis, dan Israel, di antaranya yang sudah menyatakan tetap melanjutkan booster vaksin.

Dilansir dari The Straits Time, keputusan melanjutkan booster vaksin ini menekankan kembali ketidakadilan vaksin yang belakangan semakin digugat.

Negara-negara kaya meningkatkan program booster untuk melindungi warganya dari virus corona varian Delta yang lebih menular.

Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan negaranya berupaya meluncurkan dosis ketiga untuk orang tua dan rentan mulai September.

Baca juga: WHO Desak Negara Kaya Setop Berikan Booster Vaksin Covid-19, Alihkan ke Negara Miskin

Baca juga: Moderna Klaim Booster Vaksin Covid-19 Bisa Melawan Varian Delta

Dan Kementerian Kesehatan Jerman menyatakan akan memberikan booster kepada pasien immunocompromised, yang sangat tua dan penghuni panti jompo mulai September.

Prancis dan Jerman sejauh ini telah memberikan setidaknya satu dosis vaksin Covid-19 kepada 64,5 persen dan 62 persen dari populasi masing-masing, dengan 49 persen Prancis dan 53 persen Jerman divaksinasi penuh.

Berita Rekomendasi

Dari Israel, Perdana Menteri Naftali Bennett mengeluarkan pernyataan yang mendesak warga yang lebih tua untuk mendapatkan suntikan ketiga (booster) setelah pemerintah memulai kampanye untuk memberikan dosis booster bulan lalu.

"Siapa pun yang berusia di atas 60 tahun, dan belum menerima dosis ketiga dari vaksin, enam kali lebih rentan terhadap penyakit parah dan kematian," kata Bennett.

Dalam diskusi online dengan publik dan jurnalis, Bennett mengatakan upaya Israel untuk memberikan dosis ketiga vaksin Pfizer-BioNTech kepada orang berusia di atas 60 tahun menjadi informasi penting bagi dunia dalam memerangi varian Delta.

Baca juga: Pasokan Terbatas, Kemenkes Tegaskan Vaksinasi Booster Hanya untuk Tenaga Kesehatan

Baca juga: Melalui WHO, Indonesia Upayakan Dapat Hak Paten Produksi Vaksin Covid-19

“Israel, dengan populasi 9,3 juta, adalah negara kecil yang penggunaan vaksinnya tidak terlalu mempengaruhi pasokan dunia secara signifikan,” tambahnya.

Sebelumnya, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus Rabu (4/8/2021) lalu meminta  agar booster vakin dihentikan hingga setidaknya akhir September.

WHO menyarankan agar vaksin tersebut dikirimkan ke negara-negara miskin yang kesulitan mendapatkan vaksin.

Menurut  WHO, negara-negara berpenghasilan tinggi memberikan sekitar 50 dosis untuk setiap 100 orang pada bulan Mei, dan jumlah itu meningkat dua kali lipat.

Negara-negara berpenghasilan rendah hanya mampu memberikan 1,5 dosis untuk setiap 100 orang karena kurangnya pasokan.

Baca juga: Negara yang Sejak Awal Berpedoman WHO dan Sains, Disebut Akan Lebih Dulu Selamat dari Pandemi

Baca juga: Varian yang Lebih Menular dan Tangguh Berpotensi Muncul di Masa Depan

"Saya memahami kepedulian semua pemerintah untuk melindungi rakyatnya dari varian Delta. Tetapi kami tidak dapat menerima negara-negara yang telah menggunakan sebagian besar pasokan vaksin global untuk menggunakan lebih banyak lagi," kata Dr Tedros.

Jerman menolak tuduhan itu, dengan mengatakan pihaknya juga akan menyumbangkan setidaknya 30 juta dosis vaksin ke negara-negara miskin.

"Kami ingin memberikan vaksinasi ketiga untuk kelompok rentan di Jerman dan pada saat yang sama mendukung vaksinasi sebanyak mungkin orang di dunia," kata Kementerian Kesehatan Jerman.

Gedung Putih pun pada Rabu (4/8/2021) mengatakan, pihaknya siap untuk memberikan booster vaksin jika diperlukan, menunjukkan bahwa mereka juga tidak akan mengindahkan seruan WHO.

Pfizer mengatakan booster kemungkinan besar diperlukan karena berkurangnya respons antibodi, terutama setelah enam bulan.

Baca juga: Israel Tawarkan Suntikan Booster Vaksin Pfizer/BioNTech untuk Para Lansia

Baca juga: Jemaah Umrah Indonesia Wajib Booster Vaksin, Kemenag Bakal Koordinasi dengan Kemenkes

Regulator kesehatan AS mengatakan, dibutuhkan lebih banyak bukti untuk memastikan booster diperlukan. Namun mereka juga percaya bahwa vaksin ketiga (booster) mungkin diperlukan untuk orang yang bemasalah dengan system kekebalan. (Tribunnews.com/TST/Hasanah Samhudi)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas