Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

PM Suga Minta Maaf Meski Hanya Terlambat Semenit, Sejak Kapan Orang Jepang Membudayakan Tepat Waktu?

Budaya tepat waktu memang sudah sejak ratusan tahun lalu dilakukan di Jepang, sehingga mendarah daging bagi semua warga Jepang.

Editor: Dewi Agustina
zoom-in PM Suga Minta Maaf Meski Hanya Terlambat Semenit, Sejak Kapan Orang Jepang Membudayakan Tepat Waktu?
Koresponden Tribunnews.com/Richard Susilo
Ilustrasi tepat waktu. 

Akhirnya dibentuklah Better Life Union, perkumpulan hidup yang lebih baik dengan agenda antara lain tepat waktu, tata krama, buang kebiasaan gengsi, hilangkan tingkah laku mengganggu kesehatan dan kebersihan umum, serta menabung.

Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga membungkuk pada Upacara Peringatan Perdamaian setelah mempersembahkan bunga di  Taman Perdamaian, Naka-ku, Hiroshima, Jumat (6/8/2021).
Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga membungkuk pada Upacara Peringatan Perdamaian setelah mempersembahkan bunga di Taman Perdamaian, Naka-ku, Hiroshima, Jumat (6/8/2021). (Foto Jiji)

Pada 1920-an, ketepatan waktu dilembagakan dalam berbagai propaganda negara.

Langkah nyata lainnya ditempuh dengan membentuk opini publik mengenai pentingnya reformasi pola hidup.

Surat kabar, buku, majalah-majalah didorong untuk membangun kesadaran publik soal kedisplinan.

Berbagai poster soal ketepatan dan penghematan waktu disebar. Misalnya bagaimana cara perempuan menata rambut dalam lima menit jika tak ada acara khusus.

Sejak 1956, pemerintah dan tokoh masyarakat memulai kampanye nasional untuk meningkatkan moral publik yaitu mengajak rakyat agar bertingkah laku sesuai dengan standar masyarakat beradab.

Berkat ikhtiar konsisten ini, masyarakat Jepang memetik hasilnya. Mereka sekarang menjadi rujukan dalam ketepatan waktu.

Berita Rekomendasi

Keberhasilan Jepang dalam mereformasi pola hidup seperti tepat waktu karena peran pemerintah dan kelas menengah yang bersama-sama mengkampanyekan hal tersebut.

Imbauan-imbauan tentang kedisiplinan disebar ke seluruh penjuru negara hingga ke pelosok-pelosok, misalnya, poster-poster yang menyindir kebiasaan telat (terlambat) sebagai hal yang memalukan.

Hal tersebut dilakukan secara konsisten.

Baca juga: Mengapa Miraitowa, Maskot Olimpiade Tokyo Jepang Tidak Muncul di Acara Pembukaan dan Penutupan?

Jadi lama kelamaan orang makin sadar dengan konsekuensi ketepatan waktu. Namun, tidak sekadar mengimbau, tetapi juga ada penghargaan yang diberikan.

Sudah tertanam sejak masa sekolah, hal tersebut terbawa hingga dunia kerja. Perusahaan atau instansi pemerintah akan memberikan penghargaan bagi pegawainya yang kerap tepat waktu.

Sementara itu beasiswa (ke Jepang) dan upaya belajar bahasa Jepang yang lebih efektif melalui aplikasi zoom terus dilakukan bagi warga Indonesia secara aktif dengan target belajar ke sekolah di Jepang. Info lengkap silakan email: info@sekolah.biz dengan subject: Belajar bahasa Jepang.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas