Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Apa Itu Virus Mematikan Marburg yang Terdeteksi di Guinea? Berikut Asal, Penularan hingga Gejalanya

Apa itu virus mematikan Marburg yang terdeteksi di Guinea, Afrika Barat? Berikut asal, penularan, gejala hingga fakta-faktanya.

Penulis: Rica Agustina
Editor: Sri Juliati
zoom-in Apa Itu Virus Mematikan Marburg yang Terdeteksi di Guinea? Berikut Asal, Penularan hingga Gejalanya
Twitter/Mellanie Fontes-Dutra, PhD
Apa itu virus mematikan Marburg yang terdeteksi di Guinea, Afrika Barat? Berikut asal, penularan, gejala hingga fakta-faktanya. 

TRIBUNNEWS.COM - Kasus pertama virus Marburg, yang sangat menular seperti virus Corona (Covid-19), terdeteksi di Guinea, sebuah negara di Afrika Barat.

Diketahui, penyebab virus Marburg masih dalam satu keluarga dengan virus yang menyebabkan Ebola.

Dikutip dari One India, virus Marburg telah menyebabkan satu orang meninggal di prefektur Gueckedou selatan pada 2 Agustus 2021.

Virus yang ditularkan melalui kelelawar ini memiliki tingkat kematian hingga 88 persen.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), virus Marburg biasanya dikaitkan dengan paparan gua atau tambang yang menampung koloni kelelawar Rousettus.

Baca juga: Guinea Konfirmasi Kasus Pertama Virus Marburg di Afrika Barat, 1 Orang Meninggal

Setelah ditangkap oleh manusia, virus menyebar melalui kontak dengan cairan tubuh orang yang terinfeksi, atau dengan permukaan dan bahan yang terkontaminasi.

Selengkapnya, berikut asal, penularan, gejala, hingga fakta-fakta mengenai virus Marburg:

BERITA REKOMENDASI

Asal virus Marburg

Virus Marburg pertama kali terdeteksi pada 1967 setelah wabah simultan di Marburg dan Frankfurt di Jerman, dan di Beograd, Serbia.

Dua wabah besar yang terjadi secara bersamaan di Marburg dan Frankfurt di Jerman, dan di Beograd, Serbia, pada 1967, menyebabkan pengenalan awal penyakit tersebut.

Wabah ini terkait dengan pekerjaan laboratorium menggunakan monyet hijau Afrika (Cercopithecus aethiops) yang diimpor dari Uganda.

Kasus selanjutnya dilaporkan di Angola, Republik Demokratik Kongo, Kenya, Afrika Selatan pada seseorang dengan riwayat perjalanan baru-baru ini ke Zimbabwe, dan Uganda.

Pada 2008, dua kasus independen dilaporkan pada pelancong yang mengunjungi gua yang dihuni oleh koloni kelelawar Rousettus di Uganda.

Penularan virus Marburg

Menurut WHO, Marburg menyebar melalui penularan dari manusia ke manusia melalui kontak langsung.

Yakni melalui kulit yang rusak atau selaput lendir, dengan darah, sekresi, organ atau cairan tubuh lainnya dari orang yang terinfeksi, dan dengan permukaan dan bahan, misalnya tempat tidur, pakaian, yang terkontaminasi dengan cairan ini.

Baca juga: Penasihat WHO Optimis Wabah Virus Marburg Mirip Ebola di Guinea Dapat Dibendung

Gejala virus Marburg

Manusia yang terinfeksi virus Marburg akan mengalami beberapa gejala, di antaranya termasuk demam, menggigil, sakit kepala, dan myalgia atau nyeri otot.

Sekitar hari kelima setelah timbulnya gejala, penderita dapat mengalami ruam makulopapular, paling menonjol di badan yaitu dada, punggung, perut.

Selain itu, penderita juga dapat mengalami maul, muntah, nyeri dada, sakit tenggorokan, sakit perut, dan diare mungkin muncul.

Gejala yang paling parah, penderita dapat mengalami penyakit kuning, radang pankreas, penurunan berat badan secara drastis, delirium, syok, gagal hati, pendarahan masif, dan disfungsi multi-organ.

Fakta virus Marburg

- Penyakit birus Marburg (MVD), sebelumnya dikenal sebagai demam berdarah Marburg, adalah penyakit parah yang sering fatal pada manusia.

- Virus ini menyebabkan demam berdarah virus yang parah pada manusia.

- Rata-rata tingkat kematian kasus MVD adalah sekitar 50 persen. Tingkat kematian kasus bervariasi dari 24 persen hingga 88 persen pada wabah sebelumnya tergantung pada jenis virus dan manajemen kasus.

- Perawatan suportif dini dengan rehidrasi, dan pengobatan simtomatik meningkatkan kelangsungan hidup.

- Belum ada pengobatan berlisensi yang terbukti menetralisir virus, tetapi penelitian terus berlanjut.

- Rousettus aegyptiacus, kelelawar buah dari keluarga Pteropodidae, dianggap sebagai inang alami virus Marburg.

Baca juga: Kasus Virus Marburg Ditemukan di Afrika Barat, Picu Demam Berdarah dan Cepat Menular

Virus Marburg di Guinea

Pejabat kesehatan Guinea telah mengonfirmasi kasus pertama virus Marburg di Afrika Barat.

Sampel yang diambil dari pasien di Guinea, yang telah meninggal, yang diuji di laboratorium negara itu, menunjukkan hasil positif untuk virus Marburg.

Itu diidentifikasi di Gueckedou selatan minggu lalu, wilayah yang sama di mana kasus Ebola baru-baru ini ditemukan dalam wabah yang sekarang sudah berakhir.

Dikutip dari BBC, WHO mengatakan virus itu perlu dihentikan.

Direktur WHO Afrika dokter Matshidiso Moeti mengatakan virus itu berpotensi menyebar jauh dan luas.

Tapi dia memuji kewaspadaan dan tindakan investigasi cepat oleh petugas kesehatan Guinea.

Upaya sekarang sedang dilakukan untuk menemukan orang-orang yang mungkin telah melakukan kontak dengan orang yang meninggal.

Empat kontak berisiko tinggi, termasuk seorang petugas kesehatan, telah diidentifikasi, di samping 146 orang lainnya yang mungkin berisiko, kata pakar dokter Krutika Kuppali, yang mengikuti kasus tersebut.

Sistem yang diterapkan di Guinea dan negara-negara tetangga untuk mengendalikan wabah Ebola baru-baru ini diterapkan lagi sebagai tanggapan terhadap virus Marburg.

Di Afrika, wabah sebelumnya dan kasus sporadis telah dilaporkan di Angola, Republik Demokratik Kongo, Kenya, Afrika Selatan dan Uganda, kata WHO.

Wabah Marburg pertama kali terjadi di Jerman pada tahun 1967 di mana tujuh orang meninggal.

Virus itu menewaskan lebih dari 200 orang di Angola pada 2005 dan disebut wabah paling mematikan yang pernah tercatat menurut badan kesehatan global itu.

Baca artikel lain seputar Guinea

(Tribunnews.com/Rica Agustina)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas