AS Minta Taliban Tidak Serang Kedubesnya di Afghanistan, Kirim 3.000 Tentara untuk Evakuasi
Amerika Serikat meminta jaminan Taliban untuk tidak menyerang Kedubesnya di Afghanistan, dan mengirimkan 3.000 tentara untuk evakuasi staf
Editor: hasanah samhudi
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Para perunding AS berusaha mendapatkan jaminan dari Taliban bahwa mereka tidak akan menyerang Kedutaan Besar AS di Kabul, jika kelompok ekstremis itu mengambil alih pemerintah negara itu dan ingin menerima bantuan asing.
Dilansir dari The Straits Times, sejumlah pejabat AS mengatakan, upaya mencari jaminan itu dipimpin Zalmay Khalilad, Kepala Utusan AS untuk perundingan damai Taliban-pemerintah Afghanistan di Doha, Qatar.
Departemen Luar Negeri AS Kamis (12/8/2021) mengumumkan akan menarik pulang 1.400 orang Amerika yang ditempatkan di Kedubes.
Kedubes AS di Afghanistan juga mendesak warganya yang tidak bekerja untuk pemerintah AS agar segera keluar dari Afghanistan menggunakan penerbangan komersial.
Gerak maju Taliban yang menguasai sekitar 11 provinsi membuat kedutaan besar di Kabul ditutup dan siaga penuh.
Baca juga: Taliban Rebut Kota Kandahar, Pejabat Melarikan Diri ke Bandara
Baca juga: Situasi Afghanistan Memburuk, Negara Asing Ramai-ramai Kirim Pasukan Untuk Evakuasi Kedubes
Lima pejabat dan mantan pejabat menggambarkan suasana di dalam kedutaan sebagai semakin tegang dan khawatir.
3.000 Tentara
Situasi di Afghanistan semakin memburuk, dengan Taliban makin menguasai belasan ibu kota. Pemerintah Amerika Serikat, Inggris, dan Kanada mengirimkan pasukan untuk mengevakuasi warganya.
Presiden AS Joe Biden Kamis (12/8/2021) memerintahkan pengerahan 3.000 pasukan untuk membantu evakuasi Kedutaan Besar AS di Kabul.
"Menteri percaya keselamatan dan keamanan rakyat kami, bukan hanya pasukan Amerika, tetapi sekutu dan mitra kami serta rekan-rekan Departemen Luar Negeri kami menjadi perhatian utama," kata Sekretaris pers Departemen Pertahanan John Kirby, seperti dilansir dari UPI.
Dikatakannya, tiga batalyon infanteri dari angkatan darat dan mariner. Pasukan akan tiba di Bandara Internasional Hamid Karzai dalam waktu 24 jam hingga 48 jam.
Baca juga: Pemerintah Afghanistan Tawari Taliban Pembagian Kekuasaan Asal Akhiri Perang
Baca juga: Amerika Serikat Desak Warganya Segera Tinggalkan Afghanistan, Gunakan Penerbangan Komersial
Keputusan itu muncul ketika pejuang Taliban di Afghanistan membuat kemajuan yang lebih besar di saat-saat akhir pasukan AS keluar Afghanistan.
Setelah AS memutuskan mengirim pasukan kembali ke Afghanistan, Inggris dan Kanada dilaporkan melakukan hal serupa pada hari yang sama.
Inggris dan Kanada
Inggris akan mengirim sekitar 600 tentara ke Afghanistan.
“Saya telah mengizinkan pengerahan personel militer tambahan untuk mendukung kehadiran diplomatik di Kabul,” ujar Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace.
Pasukan Inggris, katanya, akan membantu warga negara Inggris meninggalkan negara itu dan mendukung relokasi mantan staf Afghanistan yang selama ini membantu Inggris.
Baca juga: Bentrokan Hebat di Kunduz, Taliban Rebut Tiga Ibu Kota Provinsi Afghanistan Dalam Sehari
Baca juga: Pertempuran Jalanan Berkecamuk di Laskhar Gah, AS dan Inggris Tuduh Taliban Bantai Warga Sipil
“Pengerahan pasukan tambahan mengingat meningkatnya kekerasan dan dengan cepat memburuknya lingkungan keamanan di negara itu,” ujar Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace, seperti dilansir dari Al Arabiya.
Sebuah sumber dikutip Global News mengatakan Kamis (12/8/2021), pasukan khusus Kanada akan dikerahkan ke Afghanistan.
Dilansir dari Sputniknews, laporan itu menyebutkan, Kedubes Kanada di Afghanistan sedang menghancurkan dokumen rahasia dan akan mengevakuasi staf.
Di antara pasukan yang dilaporkan akan membantu evakuasi adalah Resimen Operasi Khusus Kanada (CSOR) dan Satuan Tugas Gabungan 2 (JTF2).
Menteri Pertahanan Kanada Harjit Sajjan mengakui sebelumnya pada hari Kamis bahwa Kandahar bisa jatuh.
Baca juga: Taliban Terus Merangsek, Presiden Afghanistan Pecat Kepala Staf Militer
Baca juga: Detik-detik Taliban Kuasai Afghanistan, Biden Mengaku Tak Menyesal Tarik Pasukan AS
"Kami memantau situasi dengan sangat cermat," kata Sajjan, dikutip oleh CBC. (Tribunnews.com/dari berbagai sumber/Hasanah Samhudi)