Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Trump: Penarikan Pasukan AS di Afghanistan 'Memalukan Terbesar' Sejarah AS, China Menertawakan Kita

Donald Trump menyebut penarikan pasukan Amerika dari Afghanistan di bawah pemerintahan Presiden Joe Biden sebagai hal memalukan terbesar dalam sejarah

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Trump: Penarikan Pasukan AS di Afghanistan 'Memalukan Terbesar' Sejarah AS, China Menertawakan Kita
AFP
Donald Trump 

TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyebut penarikan pasukan Amerika dari Afghanistan di bawah pemerintahan Presiden Joe Biden sebagai hal memalukan terbesar dalam sejarah AS.

"Mereka (China) tertawa, Amerika Serikat 'membayar' banyak tentara Afghanistan, jadi saat AS menarik diri dari Afghanistan, maka Afghanistan pun akan berhenti berperang," kata Trump.

Menurutnya, sejumlah informasi yang ia peroleh menyatakan bahwa Afghanistan memiliki tentara bayaran yang tarifnya 'salah satu tertinggi' di dunia.

"Saya diberitahu beberapa informasi yang sangat buruk oleh banyak orang yang berbeda. Faktanya adalah mereka adalah salah satu tentara bayaran tertinggi di dunia, mereka digaji untuk melakukan (perang). Karena begitu kami berhenti dan saat kami pergi, mereka berhenti berkelahi. Faktanya, negara kami membayar mahal kepada tentara Afghanistan, jadi kami 'menyuap' mereka untuk berperang," tegas Trump.

Dikutip dari laman Sputnik News, Rabu (18/8/2021), Trump juga membandingkan pengeluaran negara tahunan untuk operasi di Afghanistan dengan anggaran militer Rusia.

"Kami menghabiskan 42 miliar dolar AS setahun, bayangkan, 42 miliar dolar AS. Saya mengerti bahwa Rusia menghabiskan 50 milar dolar AS setahun untuk memenuhi seluruh militer mereka, tapi kami menghabiskan 42 miliar dolar AS untuk Afghanistan dan kami tidak mendapatkan apa-apa," papar Trump.

Sebelumnya, Biden mengumumkan keputusannya untuk mengakhiri kehadiran militer AS di Afghanistan pada 14 April lalu.

Berita Rekomendasi

Keterlibatan AS di negara itu memang merupakan kampanye paling lama militer AS di luar negeri.

Seorang pejuang Taliban menggunakan senapan mesin di atas kendaraan saat mereka berpatroli di sepanjang jalan di Kabul, afghanistan, Senin (16/8/2021), setelah berakhirnya perang 20 tahun Afghanistan dengan cepat, ketika ribuan orang mengerumuni bandara kota yang mencoba melarikan diri dari serangan kelompok garis keras di Afghanistan. (Foto oleh Wakil Kohsar / AFP)
Seorang pejuang Taliban menggunakan senapan mesin di atas kendaraan saat mereka berpatroli di sepanjang jalan di Kabul, afghanistan, Senin (16/8/2021), setelah berakhirnya perang 20 tahun Afghanistan dengan cepat, ketika ribuan orang mengerumuni bandara kota yang mencoba melarikan diri dari serangan kelompok garis keras di Afghanistan. (Foto oleh Wakil Kohsar / AFP) (AFP/WAKIL KOHSAR)

Baca juga: Amerika Sesalkan Banyaknya Alutsista Canggih yang Jatuh ke Tangan Taliban

Saat penarikan pasukan hampir selesai, para pejuang Taliban memasuki Kabul, ibu kota Afghanistan dan mengambil alih kekuasaan di negara itu pada 15 Agustus lalu.

Tampaknya, pengambilalihan yang dilakukan oleh Taliban itu cukup mengejutkan bagi Biden.

Karena ia sebelumnya telah meyakinkan pemilih Amerika tentang kompetensi dan kekuatan pasukan Afghanistan setelah dilatih AS.

Namun intelijen AS telah memprediksi bahwa Afghanistan akan jatuh secara cepat ke tangan para pemberontak itu.

Sementara itu, Presiden Afghanistan Ashraf Ghani yang merupakan seorang teknokrat, telah mengundurkan diri dan melarikan diri ke luar negeri dengan membawa uang tunai yang sangat banyak, setelah Taliban menguasai ibu kota.

Ghani mengklaim 'pengalihan kekuasaan' yang secara cepat itu dilakukan untuk mencegah terjadinya pertumpahan darah yang bisa saja terjadi.

Namun, kelompok Taliban mengklaim akan mendukung pemerintah baru yang inklusif dan menghormati keyakinan agama dan nilai-nilai spiritual semua warga Afghanistan.

Pada saat yang sama, mereka juga bersumpah untuk menjamin bahwa semua perempuan Afghanistan akan mendapatkan hak mereka sesuai syariah dan hukum.

Saat membahas mengenai Ghani pada hari Selasa kemarin, Trump mengaku tidak menyukainya.

"Jujur, saya tidak pernah punya kepercayaan yang besar terhadap Ghani. Saya mengatakan itu secara terbuka dan saya pikir ia benar-benar brengsek, saya tidak pernah menyukainya," tegas Trump.

Trump pun menyebut bahwa 'punya urusan' dengan Timur Tengah adalah keputusan terburuk dalam sejarah AS.

Menurutnya, situasi Afghanistan saat ini akan mempengaruhi hubungan luar negeri AS selama beberapa dekade mendatang.

"Ini adalah waktu yang mengerikan bagi negara kita, ini adalah periode waktu paling memalukan yang pernah saya lihat," kata Trump.

Trump yang telah berjanji untuk mengakhiri 'perang tanpa akhir' yang dilakukan AS di Timur Tengah itu sebelumnya merundingkan kesepakatan dengan Taliban pada Februari 2020 yang kemudian ia 'wariskan' kepada pemerintahan Biden.

Kesepakatan yang ditandatangani di Doha, Qatar tersebut mempertimbangkan penarikan pasukan AS secara bertahap dari Afghanistan sebagai imbalan atas komitmen Taliban untuk tidak mendukung al-Qaeda dan kelompok teroris lainnya di wilayah tersebut.

"Taliban 'tidak suka bernegosiasi'," jelas Trump.

Perlu diketahui, sejak 2001, pasukan AS menginvasi Afghanistan di bawah kepemimpinan mantan Presiden AS George W Bush, sebagai bagian dari 'perang melawan teror' yang dilakukan setelah terjadinya serangan teror 9/11 atau 11 September.

Invasi tersebut mengakibatkan kematian setidaknya 2.448 prajurit AS dan lebih dari 47.200 warga sipil Afghanistan, serta merugikan pembayar pajak sekitar 2,261 triliun dolar AS.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas