Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Keyakinan JK Taliban Akan Berubah Diragukan Mantan Pimpinan JI, Singgung Dosa Masa Lalu Taliban

Jusuf Kalla yakin Taliban akan berubah, tetapi mantan pimpinan JI meragukannya, singgung dosa masa lalu Taliban.

Penulis: Inza Maliana
Editor: Sri Juliati
zoom-in Keyakinan JK Taliban Akan Berubah Diragukan Mantan Pimpinan JI, Singgung Dosa Masa Lalu Taliban
STR/AFP
Pejuang Taliban duduk di atas kendaraan di sebuah jalan di provinsi Laghman, Afghanistan. pada 15 Agustus 2021. 

TRIBUNNEWS.COM - Wakil Presiden Indonesia ke-10 dan ke-12, Jusuf Kalla (JK) ikut menanggapi terkait masa depan Afghanistan di bawah kepemimpinan Taliban.

Menurut Jusuf Kalla, Taliban sudah mengalami perubahan lebih moderat.

Keyakinan Jusuf Kalla didasari pertemuan empat kali dengan pimpinan Taliban saat menjalani perundingan damai di Jakarta dan Qatar saat menjadi Wapres dulu.

Jusuf Kalla pun meyakini, Afghanistan di bawah kepemimpinan Taliban akan mengalami transformasi, apabila kedisiplinan tetap dipertahankan di seluruh negara itu.

Ia menilai Taliban sudah sangat ingin berubah, berbeda dengan pemerintahan lama dua dasawarsa lain.

"Saat ini ketika terjadi perubahan politik sejauh ini tidak terjadi perang saudara," ucap JK dalam diskusi publik Masa Depan Afghanistan dan Peran Diplomasi Perdamaian Indonesia yang diselenggarakan Center for Reform, Sabtu (21/8/2021), dikutip dari Tribunnews.

Wakil Presiden Indonesia ke-10 dan ke-12, Jusuf Kalla (JK) dalam diskusi publik Masa Depan Afghanistan dan Peran Diplomasi Perdamaian Indonesia yang diselenggarakan Center for Reform, Sabtu (21/8/2021).
Wakil Presiden Indonesia ke-10 dan ke-12, Jusuf Kalla (JK) dalam diskusi publik Masa Depan Afghanistan dan Peran Diplomasi Perdamaian Indonesia yang diselenggarakan Center for Reform, Sabtu (21/8/2021). (Istimewa)

Taliban yang sekarang, lanjut Jusuf Kalla, sudah berubah tidak seperti dua dasawarsa lalu yang kaku dan cenderung keras.

Berita Rekomendasi

Adanya larangan terhadap wanita untuk bekerja misalnya, mungkin akan berubah.

Oleh sebab itu, ketika terjadi pengambilalihan kekuasaan, berlangsung relatif damai.

Sebelum terjadi perubahan politik, di Afghanistan terdapat tiga pihak yakni Amerika Serikat, pemerintah Afghanistan dan kelompok Taliban.

Baca juga: Kepala BNPT Sebut Ada Pihak yang Berusaha Galang Simpatisan Lewat Isu Taliban

Baca juga: Taliban Desak Khatib Salat Jumat Serukan Persatuan dan Bujuk Warga Tak Melarikan Diri

"Sebenarnya konfrontasi terjadi antara Taliban dengan Amerika Serikat. Dan ketika Amerika Serikat meninggalkan Afghanistan maka Taliban dengan cepat dapat menguasai Afghanistan," kata JK.

Jusuf Kalla menilai, adanya keinginan damai antara pemerintah lama dengan Taliban sudah terjadi sebelum adanya pengambilalihan kekuasaan pada 16 Agustus lalu.

Lantas bagaimana pengamat terorisme memandang perubahan dalam Taliban?

Pengamat terorisme sekaligus mantan Pimpinan JI (Jamaah Islamiyah), Nasir Abbas ikut menanggapi terkait perubahan tersebut.

Pengamat sosial keagamaan, Nasir Abbas, saat diskusi, di Jakarta Pusat, Selasa (2/2/2016). Diskusi tersebut membahas permasalahan terorisme di Indonesia dengan tema deradikalisasi menangkal bahaya terorisme. TRIBUNNEWS/HERUDIN
Pengamat sosial keagamaan, Nasir Abbas, saat diskusi, di Jakarta Pusat, Selasa (2/2/2016). Diskusi tersebut membahas permasalahan terorisme di Indonesia dengan tema deradikalisasi menangkal bahaya terorisme. TRIBUNNEWS/HERUDIN (TRIBUNNEWS/HERUDIN)

Ia mengaku masih meragukan perubahan yang terjadi dalam Taliban.

Ia pun mengingatkan agar publik tak lupa dengan dosa masa lalu Taliban yang sangat brutal dan kasar saat menghadapi musuhnya.

"Kita tidak boleh lupa dosa masa lalu Taliban, bagaimana brutalnya Taliban menyerang mujahidin pada 1993-1996."

"Sekarang kok berubah, menampakkan seperti masuk (ke Afghanistan) baik-baik."

"Saya masih belum yakin mereka sudah sepenuhnya berubah," kata Nssir, dikutip dari tayangan Youtube Kompas TV, Minggu (22/8/2021).

Baca juga: Pengamat: Wajar Kalau Masih Ada Traumatik Terhadap Taliban

Baca juga: Rusia: Taliban adalah Penguasa Sah, Tidak Ada Alternatif Selain Mereka di Afghanistan

Untuk itu, Nasir menyebut lebih baik negara-negara di dunia menunggu terlebih dahulu daripada langsung mendukung Taliban.

Ia pun menyinggung terkait kejadian serupa saat ISIS merayakan kemenangan dan mendirikan negara Islam Irak dan Syam (Daulah Islamiyah) pada 2017 lalu.

Kala itu, banyak masyarakat yang mudah terpengaruh dan direkrut bergabung ke dalam kelompok militan ISIS.

Pejuang Taliban berjaga-jaga di sepanjang jalan dekat Zanbaq Square di Kabul. Afghanistan. Senin (16/8/2021), setelah berakhirnya perang 20 tahun Afghanistan dengan cepat, ketika ribuan orang mengerumuni bandara kota itu mencoba melarikan diri dari kelompok garis keras yang ditakuti. (Wakil Kohsar/AFP)
Pejuang Taliban berjaga-jaga di sepanjang jalan dekat Zanbaq Square di Kabul. Afghanistan. Senin (16/8/2021), setelah berakhirnya perang 20 tahun Afghanistan dengan cepat, ketika ribuan orang mengerumuni bandara kota itu mencoba melarikan diri dari kelompok garis keras yang ditakuti. (Wakil Kohsar/AFP) (AFP/WAKIL KOHSAR)

"Dengan euforia kemenangan, kita merasa bangga dan berbahagia dengan kemenangan ini dan bisa membuat kita lupa."

"Dan faktanya banyak anak-anak muda yang terpengaruh dan terpapar lalu direkrut. Euforia kemenangan Taliban, membuka peluang untuk direkrut," ungkapnya.

Saat ini, Nasir mengingatkan, pengaruh keberhasilan Taliban menguasai Afghanistan sudah sampai ke Indonesia.

Khususnya kepada kelompok-kelompok ekstrimis.

Untuk itu, ia menegaskan, keberhasilan Taliban bukanlah perjuangan Islam.

"Pengaruhnya sudah ada (di Indonesia), kelompok-kelompok ekstrimis menganggap ini perjuangan Islam."

Baca juga: Cara Taliban Mengejek AS, Publikasikan Foto Mirip Iwo Jima di Media Sosial

Baca juga: Diincar Taliban, Tentara AS Selamatkan Petinggi Polisi Afghanistan Melalui Operasi Rahasia

"Saya ingin koreksi bahwa ini adalah perjuangan Taliban, kalau perjuangan Islam banyak kelompok lain di Afghanistan yang juga memperjuangkan Islam," tegas Nasir.

Nasir pun kembali mengingatkan, satt ini masih butuh waktu untuk memikirkan kebenaran perubahan dalam Taliban.

"Jangan sampai masyarakat kita terjebak dalam perjuangan Islam dan mendukung Taliban."

"Sementara kita masih butuh waktu untuk meyakinkan diri kita, benarkah Taiban sudah berubah," jelasnya.

(Tribunnews.com/Maliana/Chaerul Umam)

Berita lain terkait Konflik di Afghanistan

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas