Inggris Tetap Lanjutkan Evakuasi 'Sampai Saat Terakhir', Meski Serangan Kabul Mematikan
Boris Johnson mengatakan bahwa pasukannya di Afghanistan akan melanjutkan tahap akhir pengangkutan udara besar-besaran dari Kabul.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, LONDON - Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson mengatakan bahwa pasukannya di Afghanistan akan melanjutkan tahap akhir pengangkutan udara besar-besaran dari Kabul, ibu kota Afghanistan, meskipun ada serangan 'keji' yang dilakukan di luar bandara kota itu.
Dikutip dari laman Sputnik News, Jumat (27/8/2021), kelompok teroris ISIS-Khorasan (ISIS-K) dikabarkan mengaku bertanggung jawab atas ledakan yang dilaporkan telah menewaskan sedikitnya 103 orang dengan rincian 90 warga sipil Afghanistan dan 13 prajurit Amerika Serikat (AS), di tengah evakuasi kontingen militer Barat.
"Kami akan terus maju sampai saat-saat terakhir. Kesimpulannya adalah kami tetap melanjutkan program dengan cara yang telah kami jalankan, sesuai dengan jadwal yang kami miliki," kata Johnson.
Hingga saat ini, lebih dari 13.146 orang telah diterbangkan oleh militer Inggris sejak misi evakuasi dimulai pada 13 Agustus lalu, ini dilihat dari angka yang dirilis pemerintah Inggris pada hari Kamis kemarin.
Evakuasi ini berlangsung setelah serangan gencar yang dilakukan kelompok militan Taliban terhadap pasukan pemerintah Afghanistan berakhir dengan perebutan kekuasaan ibu kota negara itu.
Baca juga: 103 Orang Tewas Akibat Ledakan Bom di Bandara Kabul, 13 Diantaranya Tentara AS
"Kami sekarang mendekati akhir dalam hal apapun, dan kami telah mengevakuasi sebagian besar dari mereka yang memenuhi syarat, warga negara Inggris, penerjemah asal Afghanistan, dan beberapa kelompok lainnya. Dan itu adalah upaya yang sangat fenomenal yang dilakukan oleh Inggris, tidak ada yang seperti itu selama beberapa dekade," tegas Johnson.
Di antara mereka yang dievakuasi dari Kabul oleh pasukan Inggris adalah personel kedutaan sekaligus warga negara Inggris, staf lokal saat ini dan mantan karyawan di Afghanistan yang memenuhi syarat di bawah program Kebijakan Relokasi dam Bantuan Afghanistan (Arap) serta beberapa warga negara dari negara sekutu.
"Tim Kantor Luar Negeri Inggris, Kantor Dalam Negeri, dan Pasukan Perbatasan 'akan bekerja keras' untuk mengevakuasi mereka 'secepat mungkin'," kata Johnson.
Sebelumnya, upaya evakuasi besar-besaran dari bandara Kabul telah berlangsung sejak Taliban merebut ibu kota Afghanistan itu pada 15 Agustus lalu, menyusul serangan selama berminggu-minggu yang diluncurkan kelompok militan itu setelah AS mulai menarik pasukannya dari negara tersebut.
Perlu diketahui, ledakan mematikan yang terjadi pada hari Kamis kemarin di sekitar bandara Kabul itu merupakan bentuk peringatan bahwa ancaman seperti itu saat ini sudah semakin dekat.