Taliban Larang Guru Pria Mengajari Murid Perempuan
Keputusan ini dikeluarkan setelah Saikh Abdulbaqi Haqqani ditunjuk sebagai Menteri Pendidikan Tinggi di Afghanistan.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, AFGHANISTAN - Taliban mengumumkan larangan pendidikan gabungan di Afghanistan.
Maksudnya pria dan perempuan dilarang belajar di satu kelas.
Selain itu mereka mengeluarkan pedoman baru bahwa guru pria tak boleh mengajar murid perempuan.
Pejabat Taliban telah memberlakukan larangan bahwa murid perempuan tak boleh duduk di kelas yang sama dengan pria di Universitas pada pekan lalu.
Dikutip dari India.com, pejabat Taliban tersebut mengungkapkan tak ada alternatif pembenaran untuk melanjutkan pendidikan gabungan dalam satu kelas.
Mereka menegaskan praktik tersebut harus segera dihentikan.
Keputusan ini dikeluarkan setelah Saikh Abdulbaqi Haqqani ditunjuk sebagai Menteri Pendidikan Tinggi di Afghanistan.
Baca juga: Eks Anggota JI: Kemenangan Taliban Dapat Menginspirasi Kelompok Teroris Indonesia
Kementerian Pendidikan yang baru menegaskan aktivitas pendidikan akan dilakukan berdasarkan Hukum Syariah.
Banyak orang mengkritik langkah ini, yang akan membuat perempuan kehilangan pendidikan tinggi.
Hal ini dikarenakan universitas besar di negara itu tidak mampu menyediakan kelas yang berbeda akibat kelangkaan sumber daya.
Pekan lalu, pemilik universitas swasta keberatan dengan peraturan Taliban yang memisahkan perempuan dari para pria dalam pengajaran.
Mereka juga memberitahu otoritas Taliban dalam sebuah pertemuan bahwa saat ini tak ada cukup pengajar perempuan.
Taliban sendiri saat berhasil meraih kekuasaan kembali menegaskan bahwa mereka akan memastikan perempuan akan mendapatkan haknya berdasarkan Islam.
“Taliban berkomitmen memberikan perempuan haknya berlandaskan Islam,” kata Juru Bicara Taliban Zabihullah Mujahid.
“Perempuan bisa bekerja di sektor kesehatan dan lainnya, di mana mereka dibutuhkan. Tak akan ada lagi diskriminasi terhadap perempuan,” tambahnya.
Kembalinya Taliban berkuasa di Afghanistan sempat membuat perempuan di sana merasa ketakutan.
Pasalnya saat berkuasa pada 1996 hingga 2001, Taliban selalu menekan hak-hak perempuan, termasuk dalam menerima pendidikan.