Sosok Elizabeth Holmes, Wanita Muda Terkaya di Dunia yang Dituduh Penipu, Terancam 20 Tahun Penjara
Ia mendirikan perusahaan bernilai US$9 miliar (Rp128 triliun) yang disebut-sebut akan membawa revolusi dalam diagnosis penyakit.
Editor: Hasanudin Aco
Kali ini dengan ide melakukan tes darah lengkap hanya dari setetes sampel - gagasan yang revolusioner, jika terbukti berhasil.
Ide tersebut memikat orang-orang berpengaruh, yang kemudian berinvestasi di Theranos tanpa melihat catatan finansial yang telah diaudit.
Menteri Keuangan AS George Schultz, Jenderal Angkatan Darat terhormat James Mattis (yang belakangan menjadi bagian dalam pemerintahan Presiden Trump), dan keluarga terkaya Amerika, Waltons, termasuk para pendukungnya.
Dukungan itu memberi Holmes kredibilitas, begitu juga tingkah lakunya.
"Saya tahu dia punya ide brilian ini dan dia berhasil meyakinkan semua investor dan ilmuwan ini," kata Dr. Jeffrey Flier, mantan dekan Sekolah Kedokteran Harvard, yang makan siang bersama Holmes pada 2015.
"Dia begitu percaya diri, namun ketika saya menanyakan beberapa pertanyaan tentang teknologinya tampaknya dia tidak mengerti," imbuh Dr. Flier, yang tidak pernah menilai teknologinya secara formal.
"Kelihatannya sedikit aneh, tapi waktu itu saya tidak berpikir itu penipuan."
Skandal Theranos mulai terkuak pada 2015, ketika seorang pembocor rahasia mengungkapkan kekhawatiran tentang alat tes yang dikembangkan perusahaan tersebut, Edison.
Surat kabar Wall Street Journal menulis seri berita ekspose yang mengklaim bahwa hasil tesnya tidak dapat diandalkan dan perusahaan tersebut telah menggunakan mesin-mesin yang dibuat oleh perusahaan lain dan tersedia secara komersial untuk melakukan sebagian besar tesnya.
Gugatan hukum pun menumpuk, para mitra memutus hubungan, dan pada 2016 regulator di AS melarang Holmes mengoperasikan jasa tes darah selama dua tahun.
Pada 2018, Theranos bubar.
Klaim pelecehan
Pada Maret 2018, Holmes menyelesaikan gugatan sipil dari regulator finansial bahwa ia melakukan penipuan untuk menggalang dana sebesar US$700 juta dari investor.
Namun tiga bulan kemudian ia ditangkap, bersama Balwani, atas dakwaan pidana penipuan transaksi elektronik (wire fraud) dan persekongkolan untuk melakukan penipuan transaksi elektronik.
Jaksa penuntut mengklaim bahwa ia dengan sadar dan sengaja mengecoh pasien tentang tes darah Theranos dan melebih-lebihkan kinerja perusahaan tersebut di hadapan investor.
Holmes dibebaskan dengan jaminan pada 2019 dan menikahi William "Billy" Evans, 27 tahun, pewaris waralaba hotel Evans Hotel Group. Mereka punya seorang putra pada Juli tahun ini.
"Saya pikir fakta bahwa ia baru menjadi ibu tidak akan berpengaruh pada persidangan namun hakim kemungkinan besar akan mempertimbangkan itu jika ia dinyatakan bersalah," kata Emily D. Baker, mantan deputi jaksa wilayah untuk Los Angeles dan pengamat hukum yang tidak terkait dengan kasus ini.
Seiring skandal Theranos mencapai pengadilan, para pengamat mengatakan betapa luar biasanya Holmes berpegang teguh pada ceritanya dan orang-orang yang mengenalnya mengatakan mereka ragu ia telah berubah.
Menurut dokumen pengadilan, para pengacara Holmes siap berargumen bahwa "ia percaya semua dugaan misrepresentasi" tentang Theranos adalah benar dan bahwa perusahaan itu adalah "bisnis sah yang menghasilkan nilai bagi investor".
Mereka juga kemungkinan besar akan mengklaim bahwa Balwani telah mengendalikan klien mereka dan perilaku itu "menghapus kapasitasnya untuk membuat keputusan", termasuk kemampuannya untuk "menghasut para korbannya".
Mereka berkata mantan chief operating officer Theranos - yang akan diadili secara terpisah tahun depan - mengontrol cara Holmes berpakaian, makanan yang ia makan, dan orang yang ia ajak bicara selama lebih dari satu dekade. Mereka juga akan memanggil seorang psikolog yang berspesialisasi di bidang pelecehan seksual sebagai saksi ahli.
Belum jelas apakah Holmes sendiri akan memberikan kesaksian.
Sumber: BBC Indonesia/Kompas.com