Aturan Taliban Soal Pembagian Gender Di Ruang Kelas Sekolah Di Afghanistan Tuai Pro dan Kontra
Hal ini tentu saja memicu kemarahan diantara berbagai tenaga profesional pendidikan di luar negara yang kini diperintah oleh kelompok militan itu.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, KABUL - Tampilan baru ruang kelas di sekolah Afghanistan menunjukkan 'suatu kemunduran' yang didasarkan pada pola pikir Taliban saat memerintah negara itu tahun 1996 hingga 2001 silam.
Hal ini tentu saja memicu kemarahan diantara berbagai tenaga profesional pendidikan di luar negara yang kini diperintah oleh kelompok militan itu.
Dikutip dari laman Sputnik News, Selasa (7/9/2021), dalam 'kenormalan baru' bagi siswa yang bergabung kembali dengan kelasnya setelah Taliban merebut kekuasaan di ibu kota Afghanistan, Kabul, pada 15 Agustus lalu, anak-anak menemukan kelas mereka telah dibagi dua dan disekat menggunakan tirai serta papan.
Baca juga: Afghanistan: Taliban bubarkan protes kaum perempuan di Kabul
Ini untuk memisahkan mereka berdasarkan jenis kelaminnya, yakni laki-laki dan perempuan.
Seperti yang ditunjukkan dalam beberapa foto yang dibagikan oleh pengguna Twitter.
Meskipun Taliban telah mengklaim bahwa mereka akan menghormati hak-hak perempuan sesuai dengan hukum Islam, namun pedoman baru yang dikeluarkan untuk perempuan telah memicu keraguan di kalangan pengamat.
Para pengamat ini meragukan apakah otoritas baru ini akan benar-benar menepati janji mereka.
Perlu diketahui, dua dekade lalu, Taliban telah melarang anak perempuan pergi ke sekolah, perguruan tinggi, universitas dan bekerja.
Baca juga: Wanita Afghanistan Dipaksa Menikah Dadakan di Luar Bandara Kabul Agar Bisa Melarikan Diri
Sementara itu, pemisahan antara siswa laki-laki dan perempuan di ruang kelas ini telah mendapatkan kecaman dari banyak orang.
Termasuk Ziauddin Yousafzai, yang merupakan ayah dari Malala Yousafzai, seorang aktivis hak-hak perempuan Pakistan sekaligus pemenang Nobel.
"Itu menggelikan dan ketinggalan zaman, tentu aturan ini tidak akan bertahan lama," kata Ziauddin yang berprofesi sebagai guru.
Ia kemudian menekankan bahwa para 'generasi muda ini belum melihat pembatasan ketat yang dilakukan Taliban pada 1990-an'.
Baca juga: Di Balik Penarikan Pasukan AS: Taliban Kawal Warga AS ke Gerbang Rahasia Bandara Kabul
Seorang Jurnalis dari Afghanistan, Bilal Sarwary mengatakan bahwa generasi muda Afghanistan saat ini tentu tidak akan tahan dengan kebijakan tegas Taliban.