Dulu Taliban Haramkan Internet, Kini Manfaatkan Media Sosial untuk Sebar Propaganda
Satu jaringan akun di media sosial ini menyoroti kegagalan rezim di Kabul sekaligus memuji pencapaian Taliban.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, AFGHANISTAN - Awal Mei 2021 lalu saat pasukan Amerika Serikat dan NATO mulai menarik pasukan terakhir mereka dari Afganistan, Taliban langsung menggencarkan serangan militer atas pasukan pemerintah setempat.
Namun Taliban juga melakukan suatu hal yang langka dilakukan selama berkonflik di Afghanistan.
Yakni Taliban meluncurkan kampanye di media sosial secara komprehensif.
Satu jaringan akun di media sosial ini menyoroti kegagalan rezim di Kabul sekaligus memuji pencapaian Taliban.
Sejumlah cuitan saat itu menyebarkan kemenangan-kemenangan terkini Taliban sambil menyertakan beberapa tagar.
Seperti #kabulregimecrimes (yang dilampirkan ke cuitan-cuitan yang menuduh pemerintah Afghanistan melakukan kejahatan perang).
Atau tagar #westandwithTaliban (upaya untuk melancarkan dukungan masyarakat akar rumput) dan tagar #ﻧَﺼْﺮٌ_ﻣٌِﻦَ_اللهِ_ﻭَﻓَﺘْﺢٌ_ﻗَﺮِﻳﺐٌ (pertolongan dari Allah dan kemenangan sudah dekat).
Tagar-tagar pertama itu setidaknya jadi tren di Afghanistan.
Sebagai respons, Amrullah Saleh sebagai Wakil Presiden Afghanistan saat itu memperingatkan militer dan masyarakat untuk tidak terpengaruh oleh apa yang ia sebut sebagai "klaim-klaim palsu kemenangan Taliban di media sosial".
Dia juga meminta masyarakat untuk tidak membagikan detail operasi militer pemerintah yang bisa membahayakan keamanan.
Perkembangan itu menunjukkan bahwa Taliban sudah berubah sikap dari penolakannya atas teknologi informasi dan media modern, kini sudah membangun elemen-elemen media sosial untuk memperkuat pesan mereka.
Bentuk tim khusus medsos
Saat Taliban pertama kali berkuasa di Afghanistan pada 1996, mereka melarang internet dan menyita atau menghancurkan perangkat televisi, kamera, dan video.