Terpidana Mati Terbukti Tak Bersalah setelah 16 Tahun, 9 Tahun Kemudian Meninggal karena Covid-19
Seorang pria dijatuhi hukuman mati atas kasus pembunuhan. 16 tahun kemudian, ia terbukti tak bersalah. Tapi ia meninggal 9 tahun kemudian karena Covid
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Arif Fajar Nasucha
TRIBUNNEWS.COM - Seorang pria di Amerika Serikat dijatuhi hukuman mati atas kasus pembunuhan.
16 tahun menunggu eksekusi, kasusnya dibuka kembali dan dirinya dinyatakan tak bersalah.
Namun 9 tahun setelah dibebaskan, ia terpapar Covid-19 dan akhirnya meninggal.
Damon Thibodeaux meninggal pada 31 Agustus 2021, sembilan tahun setelah bukti DNA membebaskannya dari tuduhan pembunuhan sekaligus membebaskannya dari penjara di Louisiana.
"Damon adalah salah satu orang paling unik yang pernah saya temui," ujar Steve Kaplan, mantan pengacara Thibodeaux, kepada USA TODAY.
"Jika kamu bertemu Damon, kamu tidak akan tahu apa yang telah dia alami."
Baca juga: Covid-19 Pacu Percepatan Perubahan Dunia, Jokowi Minta Peran Serta dari Perguruan Tinggi
Baca juga: Pulang dari Malaysia dan Singapura, 278 PMI Positif Covid-19, Dirawat di RSKI Pulau Galang
Damon Thibodeaux ditangkap pada tahun 1996 karena dituduh membunuh sepupunya yang berusia 14 tahun, Crystal Champagne di New Orleans.
Damon berada di kota itu dari Texas untuk menghadiri beberapa pernikahan keluarga.
Selagi tinggal di sana, ia mengambil pekerjaan di tongkang di Sungai Mississippi.
Setelah tiga minggu bekerja di tongkang, Thibodeaux mengunjungi keluarga Champagne, bertepatan saat Crystal menghilang.
Crystal ditemukan tak bernyawa keesokan harinya, lima mil dari rumahnya.
Kaplan mengatakan Thibodeaux diinterogasi oleh Departemen Kepolisian Paroki Jefferson selama sembilan jam dan akhirnya memberikan pengakuan palsu.
Pengakuan itu mengarah pada keyakinan atas pembunuhan berencana yang berujung hukuman mati.
Sebagai terpidana hukuman mati, Thibodeaux dikurung di selnya selama 23 jam sehari.
Sejak itu ia mulai rutin bersih-bersih, berolahraga dan membaca Alkitab.
"Dia menciptakan kehidupan di luar sel," kata Kaplan.
Pada tahun 1999, firma hukum Minneapolis Fredrikson dan Byron menangani kasusnya kembali bersama dengan pengacara dari Capital Post-Conviction Project of Louisiana.
Kaplan terlibat dalam kasus tersebut pada tahun 2001 dan Innocence Project of New York bergabung pada tahun 2002, menurut Kaplan.
Mereka menyelidiki kembali kasus itu dan Thibodeaux terbukti tak bersalah.
Hukuman mati Thibodeaux dibatalkan.
Setelah 16 tahun di balik jeruji besi, ia bebas pada 28 September 2012.
Thibodeaux lalu bertemu dengan pengacaranya, keluarga, dan putranya yang berusia 20 tahun yang belum pernah dilihatnya selama 17 tahun.
Ia pindah ke Minneapolis dan tinggal bersama Kaplan dan istrinya selama beberapa bulan sebelum menemukan apartemennya sendiri.
Ia kemudian mulai bekerja sebagai pengemudi truk antarnegara bagian.
"Dia mulai mengemudi di seluruh negeri yang merupakan kebebasan tertinggi baginya," kata Kaplan.
Mengubah rasa sakitnya menjadi tujuan, Thibodeaux menjadi aktif dengan organisasi nirlaba yang berbasis di Philadelphia bernama Witness to Innocence.
Damon pergi ke sekolah hukum, perguruan tinggi dan gereja untuk mendiskusikan apa yang dia alami saat dijatuhi hukuman mati.
Kehidupan Thibodeaux di bawah hukuman mati turut ditampilkan dalam beberapa film dokumenter termasuk "The Penalty" dan "One for Ten," seri tentang ketidakbersalahan dan hukuman mati.
Damon kemudian terhubung kembali dengan saudaranya, David Thibodeaux.
Ia membeli tanah bersama David di Texas.
Tak lama setelah itu, Damon terpapar COVID-19.
Ia dirawat di rumah sakit di Jacksonville, Florida selama sebulan sebelum meninggal.
Kaplan mengatakan dokter yakin Damon akan membaik dan pulang.
"Ketika mereka melepaskan oksigen, paru-parunya kolaps dan jantungnya berhenti," katanya.
"Dia baru berusia 47 tahun, jadi dia kehilangan 16 tahun hidupnya di balik jeruji besi untuk sesuatu yang tidak dia lakukan," kata Kaplan.
"Ketangguhan dan kekuatan pikiran untuk menanggung apa yang dia alami di bawah hukuman mati membutuhkan kekuatan mental yang di luar pemahaman saya."
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)