Vaksin Sputnik V 'Tidak Diakui' Uni Eropa, Pergerakan Delegasi Rusia di Sidang PACE akan Dibatasi
Anggota delegasi Turki yang juga berasal dari zona merah namun divaksinasi menggunakan Pfizer, tidak akan mengalami batasan.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, MOSKWA - Delegasi Rusia yang akan menghadiri sidang Majelis Parlemen Dewan Eropa (PACE) pada 27 September mendatang, akan dilarang bergerak bebas melintasi Kota Strasbourg, Prancis, lokasi di mana agenda ini digelar.
Hal itu karena Uni Eropa (UE) tidak mengakui vaksin virus corona (Covid-19) yang digunakan para anggota delegasi Rusia itu, yakni Sputnik V.
Pernyataan ini disampaikan anggota parlemen majelis tinggi Vladimir Krugly.
"Pada hari Senin, sesi PACE dimulai di Strasbourg. Delegasi kami menerima instruksi yang mengatakan bahwa 'karena anda tidak divaksinasi dan anda berasal dari zona merah, anda hanya dapat berpindah antara hotel dan gedung Majelis Parlemen'," kata Krugly.
Sementara itu, anggota delegasi Turki yang juga berasal dari zona merah namun divaksinasi menggunakan Pfizer, tidak akan mengalami batasan, begitu pula dengan delegasi Ukraina.
Baca juga: 200 WNI di Bahrain Dapat Vaksinasi Sputnik V
"Ini tidak terlihat bagus," tegas Krugly.
Dikutip dari laman Sputnik News, Jumat (24/9/2021), sebelumnya pada Agustus 2020, Rusia menjadi negara pertama di dunia yang mendaftarkan vaksin yang diberi nama Sputnik V dan dikembangkan oleh Institut Gamaleya untuk melawan Covid-19.
Sejauh ini, vaksin tersebut telah disetujui untuk penggunaan darurat pada 70 negara.
Menurut RDIF dan Institut Gamaleya, efektivitas vaksin itu dilaporkan mencapai 97,6 persen berdasar pada analisis data dari 3,8 juta warga Rusia yang telah divaksinasi.
Angka ini lebih tinggi dari data yang diterbitkan sebelumnya oleh jurnal medis 'The Lancet' yakni 91,6 persen.