Kemlu RI Pastikan Tak Ada WNI Jadi Penumpang Pesawat Azerbaijan Airlines yang Jatuh di Kazakhstan
Kemlu RI belum mendapatkan informasi ada atau tidaknya WNI yang menjadi penumpang pesawat Azerbaijan Airlines yang jatuh di wilayah Kazakhstan
Penulis: Danang Triatmojo
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Danang Triatmojo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia belum mendapatkan informasi ada atau tidaknya warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi penumpang pesawat maskapai Azerbaijan Airlines yang jatuh di wilayah Kazakhstan.
Sebagai informasi pesawat jenis Embraer 190 dengan nomor penerbangan J2-8243 tiba-tiba menukik dan jatuh hingga meledak di area pantai seberang Laut Kaspia pada Rabu (25/12/2024).
Pesawat ini mengangkut 67 orang di dalamnya.
Imbas kejadian ini, 38 orang meninggal dan 29 orang selamat.
"Hingga saat ini tidak ada informasi penumpang WNI dalam pesawat Azerbaijan Airline ya yang jatuh di Kazakhstan," kata Direktur Pelindungan WNI Kemlu RI, Judha Nugraha saat dikonfirmasi, Kamis (26/12/2024).
Pesawat diketahui terbang dari Baku dan dijadwalkan menuju Grozny di Rusia Selatan.
Baca juga: Pesawat Azerbaijan Airlines Jatuh di Kazakhstan, Tewaskan 38 Orang, Putin Sampaikan Belasungkawa
Namun, pesawat keluar rute penerbangan dan melintasi Laut Kaspia dan sempat berputar di sekitar lokasi jatuh, dekat industri pusat minyak dan gas di pesisir timur Laut Kaspia.
Pesawat ini diketahui membawa 67 orang, terdiri dari 62 penumpang dan 5 awak kabin.
Berdasarkan laporan Kementerian Transportasi Kazakhstan, para penumpangnya adalah 37 warga negara Azerbaijan, 6 orang warga negara Kazakhstan, 3 orang warga Kirgistan, dan 16 orang warga Rusia.
Data pelacakan penerbangan dari FlightRadar24.com menunjukkan, pesawat itu bergerak ke kanan saat mendekati bandara di Aktau, ketinggiannya naik turun secara signifikan selama menit-menit terakhir penerbangan.
Baca juga: Kecelakaan Pesawat Azerbaijan Airlines di Kazakhstan Tewaskan 40 Orang, Sempat Naik Turun di Udara
Dalam posting online terpisah FlightRadar24 mengatakan pesawat itu menghadapi gangguan GPS yang kuat dan membuat pesawat mengirimkan data ADS-B yang buruk.
Ini mengacu pada informasi yang memungkinkan situs web pelacakan penerbangan mengikuti pesawat yang sedang terbang.
Rusia sebelumnya disalahkan dalam kejadian ini karena mengganggu transmisi GPS di wilayah yang lebih luas.