Amerika Serikat Kutuk Rencana Taliban untuk Lanjutkan Hukuman Amputasi dan Eksekusi di Afghanistan
Amerika Serikat mengutuk keras rencana Taliban memberlakukan kembali hukuman ekstrem di Afghanistan, termasuk potong tangan dan eksekusi.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Wahyu Gilang Putranto
Turabi mengatakan bahwa kali ini, hakim – termasuk wanita – akan mengadili kasus, tetapi dasar hukum Afghanistan adalah Al-Qur'an.
Dia mengatakan hukuman yang sama akan dihidupkan kembali.
"Pemotongan tangan sangat diperlukan untuk keamanan,” katanya, menyebut hukuman itu memiliki efek jera.
Baca juga: Cerita Sejumlah Penyanyi Afghanistan yang Kabur dari Taliban, Takut Dieksekusi Bila Tidak Pergi
Baca juga: Taliban Aniaya dan Tahan Dua Jurnalis Afghanistan Karena Liput Unjuk Rasa Perempuan
Turabi mengatakan kabinet sedang mempelajari apakah mereka akan melaksanakan hukuman di depan umum dan apakah mereka akan "mengembangkan kebijakan".
Selama pemerintahan Taliban sebelumnya, Turabi adalah salah satu penegak hukum yang paling ganas dan tidak kenal kompromi.
Ketika Taliban mengambil alih kekuasaan pada tahun 1996, salah satu tindakan pertamanya adalah meneriaki seorang jurnalis wanita, menuntutnya meninggalkan ruangan pria, dan kemudian memberikan tamparan keras di wajah seorang pria yang keberatan.
Turabi juga terkenal atas aksinya yang merobek kaset musik dari mobil, merentangkan ratusan meter kaset yang hancur di pohon dan rambu-rambu lalu lintas.
Dia juga menuntut laki-laki memakai sorban di semua kantor pemerintah.
Antek-anteknya seringkali memukuli laki-laki yang janggutnya dicukur.
Di pemerintahannya, olahraga dilarang.
Pasukan penegak Turabi memaksa pria ke masjid untuk sholat lima waktu.
Dalam wawancara minggu ini dengan AP, Turabi berbicara dengan seorang jurnalis wanita.
"Kami berubah dari masa lalu," katanya.
Dia mengatakan sekarang Taliban mengizinkan televisi, ponsel, foto dan video karena ini adalah kebutuhan rakyat, dan mereka serius tentang itu.