Ekuador Bebaskan Dua Ribu Narapidana, Buntut Kerusuhan yang Menewaskan Lebih dari 100 Orang
Ekuador akan membebaskan dua ribu narapidana buntut dari kerusuhan yang menelan banyak korban jiwa di penjara beberapa waktu terakhir.
Penulis: Yurika Nendri Novianingsih
Editor: Daryono
TRIBUNNEWS.COM - Ekuador akan membebaskan dua ribu narapidana.
Pembebasan tahanan dilakukan untuk mengurangi kepadatan di penjara Ekuador.
Keputusan itu merupakan buntut dari kerusuhan yang menelan banyak korban jiwa di penjara beberapa waktu terakhir.
Bentrokan antar geng terjadi pada Selasa (28/9/2021) di penjara Guayas, Penitenciaria del Litoral di kota selatan Guayaquil.
Kerusuhan disebabkan oleh perselisihan antara geng penjara Los Lobos dan Los Choneros.
Mengutip dari CNA, sedikitnya 118 narapidana tewas dan 79 lainnya terluka dalam kerusuhan.
Baca juga: Korban Tewas akibat Kerusuhan di Penjara Ekuador Jadi 116 Orang
Baca juga: Palang Merah Internasional: Eropa Butuhkan Solusi Vaksin, di Tengah Kasus Kekerasan akibat Covid-19
Kerusuhan tersebut tindak kekerasan penjara yang paling mematikan dalam sejarah Ekuador.
Direktur otoritas penjara SNAI, Bolivar Garzon mengatakan, pemerintah akan memprioritaskan tahanan lanjut usia dan wanita, serta tahanan yang cacat dan sakit parah, untuk dibebaskan.
Garzon menyebutkan, saat ini penjara Guayas menampung sekitar 39.000 narapidana.
Dia juga mengatakan kerusuhan dipicu oleh pertempuran oleh kelompok kejahatan terorganisir.
Ekuador telah melihat adanya banyak ledakan kekerasan di penjara dalam beberapa bulan terakhir.
Para pejabat mengatakan geng-geng yang bekerja dengan kelompok-kelompok kriminal transnasional berjuang untuk melakukan perdagangan narkoba.
Sebanyak 79 tahanan tewas pada bulan Februari ketika kerusuhan serentak pecah di tiga penjara.
Sementara pada bulan Juli, 27 tahanan tewas di fasilitas Litoral.
Pada bulan September, sebuah penjara diserang oleh drone, tetapi tidak ada korban jiwa yang dilaporkan.
Menteri Dalam Negeri Alexandra Vela, Ekuador telah mengirim 3.600 bala bantuan polisi dan militer ke penjara-penjara di seluruh negeri untuk menjaga ketertiban.
Baca juga: Sentuh Angka 52,2, PMI Manufaktur Indonesia di September 2021 Kalahkan China
Baca juga: Australia Umumkan Rencana Buka Perbatasan di Bulan November untuk Warganya
Dia menambahkan bahwa unit forensik telah mengidentifikasi 41 korban dari serangan kekerasan.
Unit forensik juga telah menyerahkan 21 jenazah korban kepada keluarga mereka.
Henry Coral, seorang pejabat polisi, meminta anggota keluarga untuk membantu mempercepat identifikasi mayat dengan memberi tahu pihak berwenang tentang tato, bekas luka, atau ciri khas lainnya dari tahanan yang diyakini telah dibunuh.
Polisi kesulitan melakukan identifikasi karena mayat dimutilasi atau dibakar.
(Tribunnews.com/Yurika)