Rebutan Kekuasaan, Taliban Kini Mulai Berkonflik dengan ISIS-K
Pengambilalihan Taliban atas Afghanistan, membuat sejumlah kelompok militan di seluruh dunia memberi selamat. Tetapi tidak dengan ISIS.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, KABUL - Kelompok Taliban kini mulai berkonflik dengan Kelompok ISIS-K.
Konflik ini mulai mengemuka setelah Taliban mengambilalih pemerintahan Afghanistan beberapa waktu lalu.
Terbaru diberitakan, Kelompok Taliban menangkap pemimpin ISIS-K, setelah ledakan bom yang terjadi di masjid ibu kota Kabul.
Serangan bom itu menewaskan lima orang di Masjid Eidgah, terjadi di saat milisi Taliban menggelar ibadah mendoakan ibu juru bicara Zabihullah Mujahid.
Sebagai balasan, Taliban mengerahkan pasukannya dan menangkap komandan ISIS-K di markas mereka di Provinsi Nangarhar.
Baca juga: Taliban Hancurkan Pangkalan ISIS-K dan Habisi Militan, Balasan atas Bom Masjid
Berdasarkan laporan media lokal, si pemimpin diduga wakil gubernur, atau malah gubernur sendiri di kawasan Khorasan.
Jurnalis bernama Anees Ur Rehman mengunggah foto milisi bersama terduga komandan ISIS-Khorasan yang ditangkap di Distrik DariNoor.
Sebelumnya, mantan pemimpin ISIS-Khorasan yang bernama Abu Omar Khorasani ditembak mati oleh Taliban di pertengahan Agustus.
Dalam perkembangan lain setelah pengeboman di masjid Kabul, pasukan khusus Taliban menyerang sel ISIS-K di utara ibu kota.
Baku tembak terjadi, dengan teroris sempat menahan milisi untuk sementara, sebelum meledakkan diri dengan rompi bom bunuh diri yang mereka pakai.
Media Afghanistan melaporkan, pertempuran sengit terjadi di Distrik Ke-17 Kabul. Warga mengaku mendengar suara tembakan semalam suntuk.
Dilansir The Sun pada Senin (4/10/2021), foto yang berseliweran di internet menunjukkan kondisi pasca-baku tembak.
"Markas ISIS telah hancur, dengan seluruh penghuninya tewas, wujud kesuksesan operasi ini," kata Mujahid di Twitter.
ISIS-K, atau ISIS-Khorasan, merupakan kelompok teroris yang terbentuk pada 2015, dan diyakini berjumlah 10.000 orang.
Huruf "K" merujuk kepada kawasan Khorasan Besar, daerah yang melingkupi Afghanistan, Tajikistan, dan Pakistan.
Mereka dipimpin oleh Shahab al-Muhajir, mantan pentolan Al-Qaeda, yang berkuasa pada April 2020 setelah pemimpin sebelumnya, Abdullah Orokzai, tertangkap.
Shahab al-Muhajir dikenal sebagai "Singa Perkotaan", karena piawai menanam bom bunuh diri dan strategi perang gerilya di kota-kota.
Beda ISIS-K dengan Taliban
ISIS-Khorasan atau ISIS-K, secara historis adalah pecahan dari milisi Taliban.
Mereka berbelok dan membentuk cabang regional Pakistan-Afghanistan dan berjanji setia kepada ISIS.
Namun, ISIS-K gagal menguasai wilayah mana pun di kawasan Pakistan-Afghanistan.
Dilansir AFP, mereka mengalami kerugian besar akibat operasi militer pimpinan Taliban dan AS, dibantu para sekutu Barat.
Sebenarnya, kedua kelompok itu pada dasarnya adalah militan aliran Islam Sunni garis keras.
Namun, keduanya berbeda dalam hal-hal kecil, seperti agama dan strategi. Keduanya mengklaim sebagai yang paling benar dalam menegakkan hukum agama.
Perselisihan inilah yang menyebabkan pertempuran berdarah antara kedua kelompok ini.
Taliban muncul sebagai pemenang pada 2019, ketika ISIS-K gagal mengamankan wilayah seperti yang dilakukan kelompok induknya di Timur Tengah.
Sebagai tanda permusuhan antara dua kelompok militan ini, ISIS menyebut Taliban sebagai murtad.
ISIS sangat kritis terhadap kesepakatan antara Washington dan Taliban pada pada 2020, yang mengarah pada kesepakatan untuk menarik pasukan asing.
ISIS menuduh Taliban meninggalkan tujuan jihad.
Pengambilalihan Taliban atas Afghanistan, membuat sejumlah kelompok militan di seluruh dunia memberi selamat.
Tetapi tidak dengan ISIS.
Menurut SITE Intelligence Group, yang memantau komunikasi militan, disebutkan bahwa ada satu komentar ISIS yang diterbitkan setelah jatuhnya Kabul di tangan Taliban.
Mereka menuduh Taliban mengkhianati para militan pasca-kesepakatan penarikan AS dan bersumpah untuk melanjutkan perjuangannya.
Ketika AS setuju menarik pasukannya dari Afghanistan, Taliban berjanji tidak akan membiarkan negara itu menjadi panggung serangan terhadap AS dan sekutunya.
Sumber: Kompas.com/AFP/The Sun