POPULER Internasional: Laporan Investigasi Pandora Papers | Afghanistan Terancam Gelap Gulita
Rangkuman berita populer Internasional, di antaranya kemunculan Pandora Papers, laporan investigasi yang mengungkap harta kekayaan pesohor dunia
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Arif Fajar Nasucha
TRIBUNNEWS.COM - Rangkuman berita populer Tribunnews di kanal Internasional dapat disimak di sini.
Heboh Pandora Papers, laporan investigasi jurnalis yang mengungkap harta kekayaan tersembunyi para pesohor dunia.
Di Prancis, laporan menyebutkan para pendeta melakukan tindakan asusila terhadap lebih dari 200 ribu anak sejak 1950.
Soal China yang kirim pesawat ke wilayah pertahanan Taiwan, analis menyebut tak akan terjadi pertempuran.
Terakhir, Afghanistan terancam gelap gulita karena Taliban tak membayar tagihan listrik.
Selengkapnya, berikut berita populer Internasional dalam 24 jam terakhir.
1. Mengenal Pandora Papers, Bocoran Dokumen Berisi Kekayaan Rahasia Pemimpin dan Figur Publik Dunia
Pandora Papers adalah laporan yang berisi bocoran daftar kekayaan tersembunyi para pemimpin dan figur publik dunia.
Dokumen itu juga berisi penghindaran pajak dan dalam beberapa kasus, ada pula bukti pencucian uang.
Pandora Papers ini serupa dengan bocoran data-data sebelumnya, seperti Panama Papers dan Paradise Papers.
Data Pandora Papers bahkan lebih besar, yaitu 2,94 TB dengan 11,9 juta file yang dihimpun dari 14 sumber.
Data tersebut diperoleh oleh International Consortium of Investigative Journalists (ICIJ) di Washington DC, yang telah bekerja dengan lebih dari 140 organisasi media dalam penyelidikan global terbesarnya.
Baca juga: Pandora Papers: Surga Pajak Rahasia Pemimpin Dunia dan Selebritas Terungkap
Baca juga: Pandora Papers Rilis Kekayaan Rahasia dan Skandal Pajak Orang Kaya, Ada 2 Politisi Indonesia
Lebih dari 600 jurnalis di 117 negara telah menelusuri file dari 14 sumber selama berbulan-bulan.
BBC Panorama dan Guardian memimpin penyelidikan di Inggris.
Dilansir BBC.com, berikut penjelasan mengenai Pandora Papers.
Apa yang terungkap?
Kebocoran Pandora Papers mencakup 6,4 juta dokumen, hampir tiga juta gambar, lebih dari satu juta email, serta hampir setengah juta spreadsheet.
2. Pendeta di Prancis Lakukan Pelecehan Seksual terhadap Lebih dari 200 Ribu Anak sejak Tahun 1950
Pendeta di sebuah gereja Prancis telah melecehkan lebih dari 200 ribu anak.
Menurut investigasi, sekitar 216.000 anak menjadi korban pelecehan oleh pendeta di gereja Katolik Prancis.
Dikutip dari Al Jazeera, pendeta tersebut telah melakukan kejahatan seksual terhadap anak sejak tahun 1950.
Kabar tindak kejahatan seksual ini telah mengguncang Gereja Katolik Roma.
Selama 20 tahun terakhir juga telah terjadi beberapa skandal pelecehan seksual di seluruh dunia terhadap anak-anak.
Jean-Marc Sauve, kepala komisi yang menyusun laporan penyelidikan tersebut, mengatakan pelecehan di Prancis adalah "sistemik".
Baca juga: Tangani Ebola di Kongo, 21 Petugas WHO Terlibat Pelecehan Seksual
Baca juga: 35 Tahun Buron, Pelaku Pembunuhan Berantai dan Rudapaksa di Prancis Ternyata Pensiunan Polisi
Pelecahan telah dilakukan oleh sekitar 3.000 pendeta dan orang lain yang di gereja.
Sekitar 80 persen korbannya adalah anak laki-laki.
Suave menambahkan, gereja telah menunjukkan ketidakpedulian selama bertahun-tahun terhadap kasus pelecehan seksual yang terjadi.
Mereka melindungi dirinya sendiri daripada para korban.
3. China Mengirim 56 Pesawat Tempur ke Zona Pertahanan Taiwan, Analis: Pertempuran Tak Mungkin Terjadi
Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan, pesawat tempur China kembali melakukan penerbangan di zona identifikasi pertahanan udara mereka pada Senin (5/10/2021).
Sebanyak 52 pesawat militer China telah merambah ke zona itu pada siang hari, kemudian empat pesawat lagi memasuki wilayah udara pada malam hari.
Banyaknya pesawat yang masuk pada hari Senin merupakan jumlah tertinggi sejak pulau itu mulai melaporkan secara terbuka kegiatan China tersebut.
Dikutip dari CNN, Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan, dari 56 pesawat China itu termasuk 38 jet tempur J-16 dan 12 pembom H-6.
Lalu dua pesawat tempur SU-30, dua pesawat perang anti-kapal selam Y-8, dua pesawat peringatan dini udara KJ-500 dan pesawat kendali.
Baca juga: 39 Pesawat China Masuk Wilayahnya, Taiwan Peringatkan Beijing, Kirim Pesawat Tempur dan Sistem Rudal
Adapun sebuah peta yang dirilis pada hari sebelumnya oleh kementerian menunjukkan serangan di bagian barat daya ADIZ Taiwan.
Sebagai tanggapan, kementerian mengatakan peringatan radio dikeluarkan dan sistem rudal pertahanan udara dikerahkan untuk memantau aktivitas tersebut.
Dalam peringatan radio, angkatan udara Taiwan terdengar memerintahkan pesawat untuk berbalik dan segera pergi setelah masuk ke ADIZ-nya.
Serangan itu tidak melanggar wilayah udara kedaulatan Taiwan, yang membentang 12 mil laut dari pantainya.
Sebagai informasi, administrasi Penerbangan Federal AS mendefinisikan ADIZ sebagai area yang ditentukan dari wilayah udara di atas darat atau air, di mana suatu negara memerlukan identifikasi, lokasi, dan kontrol lalu lintas udara yang segera dan positif dari pesawat untuk kepentingan keamanan nasional negara tersebut.
4. Afghanistan Terancam Kembali ke Abad Kegelapan karena Taliban Tak Bayar Listrik
Ibu kota Afghanistan, Kabul, terancam gelap gulita akibat pemadaman listrik.
The Wall Street Journal melaporkan pasokan listrik di kota itu menipis dan berisiko karena pemerintah Taliban berhenti membayar perusahaan asing yang memasok sebagian besar listrik di Kabul.
Tak hanya di Kabul, kegelapan juga mengancam seluruh wilayah Afghanistan.
"Konsekuensinya akan berlaku di seluruh negeri, tetapi terutama di Kabul," kata Daud Noorzai, mantan kepala eksekutif perusahaan listrik Afghanistan, kepada surat kabar itu, dikutip dari Business Insider.
"Akan ada pemadaman (listrik) dan itu akan membawa Afghanistan kembali ke Abad Kegelapan dalam hal kekuasaan dan telekomunikasi."
Baca juga: Rebutan Kekuasaan, Taliban Kini Mulai Berkonflik dengan ISIS-K
Baca juga: Taliban Diduga Bunuh 13 Orang dari Etnis Hazara dalam Baku Tembak di Afghanistan
"Ini akan menjadi situasi yang sangat berbahaya," imbuhnya.
Sekitar 70 persen dari pasokan listrik Afghanistan berasal dari luar negeri, menurut Pusat Kebijakan Kaspia (think tank yang berbasis di Wasinghton DC).
Saat Taliban menguasai negara itu pada Agustus, mereka mengambil alih atas kekuasan Da Afghanistan Breshna Sherkat (DABS), perusahaan listrik negara, dan otomatis mewarisi utang-utangnya.
DABS membutuhkan sekitar $90 juta untuk membayar utang-utangnya.
Hal ini diungkapkan chief operating officer DABS, Safiullah Ahmadzai.
(Tribunnews.com)