Stres Akibat Covid-19, 40 Persen Pekerja di AS Diperkirakan Akan Ganti Pekerjaan
Survei American Psychological Association (APA) menunjukkan lebih dari 40 persen pekerja di AS akan berganti pekerjaan lantaran stres akibat Covid-19
Editor: hasanah samhudi
TRIBUNNEWS.COM – Pandemi Covid-19 telah memberikan dampak yang sangat dramatis bagi pekerja di Amerika Serikat. Hasil survei menunjukkan para pekerja kelas bawah bakal berhenti dan mencari pekerjaan lain.
Berdasarkan jajak pendapat yang dilakukannya, American Psychological Association (APA) mengatakan Selasa (5/10/2021) bahwa lebih dari 40 persen pekerja mengaku berencana beralih pekerjaan tahun depan.
Para pekerja ini adalah mereka yang bergaji rendah, memiliki jam kerja yang panjang, dan kurang mempunyai kesempatan untuk berkembang.
Dilansir dari UPI, para penulis survei mengatakan, rencana alih pekerjaan ini dapat berdampak serius pada banyak industri yang sudah menghadapi kekurangan pekerja, terutama di industri perhotelan dan perawatan kesehatan.
Menurut survei American Psychological Association, 59 persen responden pernah mengalami efek stres terkait pekerjaan.
Baca juga: Studi: Pandemi Covid-19 Pangkas Harapan Hidup Mayoritas Penduduk Dunia Sejak Perang Dunia II
Baca juga: Studi di Amerika: Pasien Covid-19 yang Lebih Muda Lebih Cepat Pulih Indera Penciumannya
Keluhan yang paling umum adalah gaji yang rendah (56 persen, naik dari 49 persen di 2019), jam kerja yang panjang (54 persen, naik dari 46 persen) dan kurangnya kesempatan untuk berkembang atau maju (52 persen, naik dari 44 persen).
Hasil survei menunjukkan sekitar 44 persen responden bermaksud mencari pekerjaan di luar perusahaan atau organisasi mereka di tahun depan, naik dari 32 persen di tahun 2019.
Angka-angka ini bahkan lebih mencolok di antara kelompok-kelompok tertentu, 58 persen di antara pekerja Hispanik, 57 persen dari pekerja kulit hitam , 56 persen pekerja LGBTQ+, dan 63 persen pekerja penyandang disabilitas.
"Stres di tempat kerja dapat memiliki konsekuensi negatif yang luas bagi pemberi kerja dan karyawan, termasuk hilangnya produktivitas, pergantian yang tinggi, dan dampak bagi kesehatan fisik dan emosional karyawan," kata CEO APA, Arthur Evans Jr.
"Tempat kerja yang memperhatikan kesejahteraan pekerja memiliki posisi yang lebih baik untuk merekrut dan mempertahankan staf yang terlibat dan produktif," kata Evans.
Baca juga: Nakes Juga Manusia: Studi Buktikan Nakes Indonesia Alami Stres Akibat Pandemi
Baca juga: Studi di China: Penyintas Covid-19 Alami Gejala Setahun Setelah Terjangkit, Kelelahan dan Lemah Otot
Hampir 60 persen pekerja mengatakan mereka telah merasakan efek negatif dari stres terkait pekerjaan dalam sebulan terakhir, termasuk kurangnya minat, motivasi atau energi (26 persen), kesulitan fokus (21 persen), atau kurangnya usaha di tempat kerja (19 persen).
Di antara pekerja front-line, 67 persen mengatakan mereka memiliki efek negatif dari stres terkait pekerjaan dan 35 persen mengatakan mereka sering muak di tempat kerja.
Pekerja yang melakukan pekerjaan manual, atau layanan pelanggan, penjualan atau hiburan lebih mungkin mengalami kelelahan fisik dibandingkan mereka yang bekerja di balik meja (masing-masing 51 persen dan 53 persen vs 38 persen), kelelahan mental (41 persen dan 44 persen vs 29 persen) dan kelelahan emosional (41 persen dan 40 persen vs 25 persen) sering dalam 30 hari terakhir.
Survei online, yang dilakukan oleh The Harris Poll, menanyai lebih dari 1.500 pekerja AS antara 26 Juli dan 4 Agustus 2021.
Di antara pekerja, 87 persen menunjukkan bahwa ada langkah-langkah yang dapat diambil pengusaha untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan dan mungkin mengurangi turnover.
Baca juga: Studi di Inggris: Usia Produktif Masih Berisiko Alami Kerusakan Organ Serius Akibat Infeksi Covid
Baca juga: Jadi Garda Terdepan, Tenaga Kesehatan yang Tangani Covid-19 dapat Pendampingan Psikologis
Karyawan menilai bahwa jam kerja yang fleksibel (34 persen), mendorong karyawan untuk menjaga kesehatan mereka (32 persen), mendorong karyawan untuk menggunakan waktu lembur (30 persen), dan mendorong istirahat selama hari kerja (30 persen) akan memperbaiki kondisi.
"Selama pandemi, banyak pengusaha beralih ke pekerjaan jarak jauh jika memungkinkan, sehingga memberikan fleksibilitas yang lebih besar bagi karyawan mereka," kata Evans dalam rilis berita APA.
"Kebijakan yang mempromosikan jam kerja fleksibel dan istirahat selama hari kerja dan memberikan bentuk dukungan lain bagi karyawan untuk menjaga diri mereka sendiri juga dapat membantu pengusaha mempertahankan staf di pasar yang kompetitif," kata Evans. (Tribunnews.com/UPI/Hasanah Samhudi)