Kemenkes Malaysia: Ivermectin Tidak Kurangi Risiko Penyakit Covid-19 Menjadi Parah
Kemenkes Malaysia menyatakan Ivermectin tidak mengurangi risiko penyakit Covid-19 menjadi parah dan tidak menyarankan untuk pengobatan Covid-19
Editor: hasanah samhudi
TRIBUNNEWS.COM, KUALA LUMPUR – Kementerian Kesehatan Malaysia menyatakan Ivermectin tidak mengurangi risiko penyakit parah akibat Covid-19.
Kemenkes Malaysia juga tidak dapat direkomendasikan untuk dimasukkan dalam pedoman pengobatan Covid-19 saat ini.
Dilansir dari Channel News Asia, Direktur Jenderal Kesehatan Malaysia Dr Noor Hisham Abdullah mengatakan pada Rabu (3/11/2021) bahwa Kemenkes hanya merekomendasikan Ivermectin digunakan dalam studi klinis dengan pemantauan.
Keputusan ini mengutip hasil studi I-TECH oleh Institute for Clinical Research (ICR).
Penelitian dilakukan pada 500 pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit dalam kategori tahap dua atau tahap tiga. Ini mengevaluasi efektivitas pengobatan Ivermectin selama lima hari.
Baca juga: FDA Sarankan Masyarakat Cegah Covid-19 Lewat Vaksinasi, Bukan Pakai Ivermectin
Baca juga: Pasien Covid-19 di Sydney Diare karena Overdosis Ivermectin, Ahli: Jangan Cari Obat Online
“Studi uji klinis dilakukan oleh dokter penyakit menular dan klinisi yang terlibat aktif dalam penanganan Covid-19 bekerja sama dengan ICR di bawah National Institute of Health,” ujarnya.
“Studi I-TECH ini untuk melihat apakah pemberian Ivermectin pada minggu pertama pada pasien yang mengalami gejala Covid-19 dapat mencegahnya agar tidak semakin parah (stadium empat atau stadium lima) yang pada pasien berusia 50 tahun ke atas dan memiliki setidaknya satu penyakit penyerta,” katanya.
Disebutkan, satu kelompok pasien diberi pengobatan Ivermectin. Sementara kelompok lain diberikan perawatan standar berdasarkan pedoman kementerian kesehatan.
Peneliti utama Dr Steven Lim Chee Loon, spesialis penyakit menular dari Rumah Sakit Raja Permaisuri Bainun di Ipoh, mengungkapkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan yang ditemukan dalam hal masuk ICU, penggunaan peralatan pendukung pernapasan, pemulihan gejala, parameter tes darah dan X-ray scan dada antara dua kelompok.
“Kemungkinan untuk pulih sepenuhnya dari gejala pada hari kelima di antara kedua kelompok hampir serupa, di mana tidak ada perbedaan signifikan yang tercatat secara statistik,” kata Dr Noor Hisham.
Baca juga: FDA AS Keluarkan Peringatan Penggunaan Ivermectin untuk Covid-19: Kalian Bukan Kuda, Bukan Sapi
Baca juga: Ini 3 Jenis Obat Covid-19 yang Mulai Diuji WHO, Tidak Ada Ivermectin
"Selain itu, analisis keamanan melaporkan terjadinya tiga kali lipat efek samping di antara kelompok (Ivermectin), dibandingkan dengan kelompok (standar perawatan), yang sebagian besar adalah kasus diare,” ujarnya.
Noor Hisham mengatakan, penelitian lokal ini diharapkan dapat memberikan pencerahan kepada para praktisi medis di Malaysia dan masyarakat yang selama ini bertanya-tanya tentang khasiat Ivermectin dalam praktik pengobatan klinis Covid-19.
Dia juga mengingatkan praktisi medis untuk tidak merekomendasikan penggunaan Ivermectin, termasuk membagikan iklan atau penjualan ilegal Ivermectin untuk mengobati Covid-19, hingga bukti ilmiah yang lebih kuat tersedia.
Ia menambahkan, hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian skala besar seperti IVERCOR-COVID-19 dari Argentina dan TOGETHER dari Brasil yang tidak mendukung penggunaan rutin Ivermectin dalam praktik klinis pengobatan Covid-19.
Dikatakannya, tim peneliti I-TECH berencana untuk menyerahkan data studi untuk publikasi dalam jurnal peer-review untuk memberikan informasi tambahan tentang studi Ivermectin, termasuk meta-analisis. (Tribunnews.com/CNA/Hasanah Samhudi)