Pejabat di China Tawarkan Imbalan Rp 222,7 Juta bagi Orang yang Beri Petunjuk Sumber Covid-19
Pejabat Kota Heihe di China menawarkan imbalan uang 100.000 yuan atau setara dengan Rp 222,7 juta bagi orang yang bisa memberi petunjung sumber Covid.
Penulis: Rica Agustina
Editor: Inza Maliana
TRIBUNNEWS.COM - Para pejabat di Heihe, Heilongjiang, China, menawarkan imbalan bagi siapa saja yang bisa memberi petunjuk untuk pelacakan sumber utama penularan Covid-19.
Imbalan tersebut berupa uang tunai sebesar 100.000 yuan atau setara dengan Rp 222,7 juta.
Pemerintah kota yang berada di perbatasan Rusia itu menyebut gerakan tersebut sebagai bagian dari "perang rakyat" untuk membasmi virus corona yang kasusnya mulai mengalami peningkatan dalam beberapa bulan terakhir.
"Untuk mengungkap sumber wabah virus ini sesegera mungkin dan mengetahui rantai penularannya, perlu dilakukan perang rakyat untuk pencegahan dan pengendalian epidemi,” kata pejabat kota itu, dikutip dari Channel News Asia.
Para pejabat menambahkan bahwa kasus penyelundupan, perburuan ilegal dan penangkapan ikan lintas batas harus segera dilaporkan untuk memutus rantai penularan Covid-19.
Baca juga: Kasus Covid-19 Meningkat, Ini Upaya Negara-negara Eropa Cegah Penyebaran Virus Corona
Baca juga: Ribuan Warga Selandia Baru Demo Aturan Wajib Vaksin Covid-19: Perlakukan Kami Seperti Manusia!
Selain itu, mereka yang telah membeli barang impor secara online harus segera disterilkan atau dikirim kepada petugas untuk dites Covid-19.
Adapun China melaporkan 43 kasus lokal pada Selasa (9/11/2021) dalam gelombang Covid-19 terbarunya yang dipicu varian Delta yang telah menyebar ke 20 provinsi dan wilayah.
Selama tiga minggu terakhir, kasus baru Covid-19 di China terus berada dalam dua digit.
Meski angka tersebut terbilang rendah dibanding negara-negara besar lainnya, China masih belum mencabut langkah-langkah penanganan Covid-19.
Para pejabat Beijing tetap berpegang teguh pada strategi zero-Covid dengan menerapkan penutupan perbatasan yang ketat, penguncian yang ditargetkan, dan karantina yang panjang.
Gelombang terbaru telah membuat jutaan orang "dikurung" dan aturan perjalanan domestik diperketat, dengan banyak penerbangan dan layanan kereta api dibatalkan.
Sebuah cluster di provinsi Henan tengah telah dikaitkan dengan sekolah. Karenanya otoritas kesehatan mendesak vaksinasi anak-anak untuk dipercepat.
Diektahui, lebih dari 3,5 juta dosis vaksin telah diberikan kepada anak-anak berusia antara tiga dan 11 tahun, menurut data resmi.
Informasi lebih lanjut, sikap anti-virus Beijing yang ketat telah mulai menarik lebih banyak perdebatan publik dalam beberapa pekan terakhir.
Dalam sebuah wawancara dengan Phoenix Television yang dibagikan di media sosial China, ahli virologi dan profesor Universitas Hong Kong Guan Yi tampaknya meminta data yang lebih baik untuk mengevaluasi kemanjuran vaksin China.
Baca juga: Kian Mencengkeram Partai Komunis China, Xi Jinping Siapkan Jabatan Presiden 3 Periode
Baca juga: Update Covid-19 Global 9 November 2021 Siang: Ada 18,6 Juta Kasus Aktif di Seluruh Dunia
"Kita seharusnya tidak melakukan tes asam nukleat massal di setiap kesempatan untuk mendeteksi kasus Covid-19, atau secara membabi buta mengambil booster jab," katanya.
Dia malah mendesak tes antibodi dan pembaruan tepat waktu oleh pembuat vaksin tentang efektivitas suntikan mereka terhadap varian Covid-19.
China memiliki lima vaksin yang disetujui secara kondisional, tetapi tingkat kemanjuran mereka yang dipublikasikan bervariasi antara 50 persen dan 79 persen, tertinggal di belakang vaksin Pfizer-BioNTech dan Moderna.
Kantor berita resmi Xinhua telah mengecam para kritikus pendekatan China, mengatakan bahwa langkah-langkah penanganan Covid-19 yang ketat masih merupakan cara terbaik untuk menyelamatkan nyawa dan menyebut upaya Beijing tidak perlu dipertanyakan lagi.
Baca juga artikel lain terkait Virus Corona atau China
(Tribunnews.com/Rica Agustina)