China Gunakan Ratusan Kapal Milisi Untuk Tegaskan Klaim di Laut China Selatan
Analisis CSIS di Amerika Serikat menyebut China mengerahkan ratusan kapal milisi untuk mengukuhkan klaimnya atas sengketa di Laut China Selatan
Editor: hasanah samhudi
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – China menggunakan milisi maritime untuk menegaskan klaimnya di Laut China Selatan selama beberapa dekade terakhir.
Analisis ini disampaikan dalam laporan Center for Strategic and International Studies (CSIS) yang berbasis di Washington.
Dilansir dari The Straits Times, laporan itu menyebutkan bahwa China telah menambah kapal milisi dan dikerahkan lebih sering sebelumnya ke Kepulauan Spratly, sejak China menyelesaikan pembangunan pos-pos pulau buatannya pada 2016.
Kapal-kapal tersebut mendampingi penegak hukum China dalam perselisihan minyak dan gas baru-baru ini dengan Malaysia dan Vietnam, dan sekitar 200 orang berkumpul di Whitsun Reef pada bulan Maret, yang memicu insiden diplomatik dengan Filipina.
Laporan oleh Asia Maritime Transparency Initiative (AMTI) CSIS itu melacak operasi, pelabuhan asal, pendanaan, dan kepemilikan milisi maritim China di Laut China Selatan.
Baca juga: Ketegangan di Laut China Selatan, Filipina Kutuk Manuver Tiga Kapal Penjaga Pantai China
Baca juga: Pangkalan Udara China di Kepulauan Spratly Dinilai Terlalu Rentan Serangan Musuh
Laporan ini disebut sebagai profil milisi paling komprehensif hingga saat ini, yang mendefinisikan kekuatan kapal milisi.
“Kapal-kapal ini seolah-olah terlibat dalam bisnis penangkapan ikan komersial, tetapi yang pekerjaan sebenarnya adalah untuk mencapai tujuan politik dan militer China,” sebut laporan itu.
"Apa yang kami temukan selama penelitian ini adalah bahwa jelas ada upaya untuk memprofesionalkan dan membangun milisi selama delapan tahun terakhir, bertepatan dengan pengangkatan (presiden China) Xi Jinping ke tampuk kekuasaan," kata Direktur AMTI Greg Poling, yang ikut menulis laporan tersebut, di webinar pada hari Kamis (18/11/2021) saat dirilis.
China telah lama membantah menggunakan milisi maritim untuk menekan klaimnya di Laut China Selatan.
China berdalih bahwa kapal-kapal itu adalah kapal komersial yang menangkap ikan di perairan tersebut.
Baca juga: Konflik LCS: Kapal Perang China Masuki Laut Natuna & Australia akan Bangun 8 Kapal Selam Nuklir
Baca juga: PM Singapura Soroti Ketegangan China-AS Terkait Taiwan: Bisa Terjadi Kecelakaan yang Disesali
Namun laporan AMTI menggunakan berbagai sumber untuk menangkal klaim China.
Sumber tersebut di antara laporan berbahasa China yang secara eksplisit menyebut kapal tertenu sebagai milisi maritime, hingga foto satelit dan data pelacakan kapal yang menunjukkan kapal berkeliaran di daerah sengketa tanpa menangkap ikan.
Misalnya, pukat-hela (trawler) yang menangkap ikan dengan menarik jala di air atau di sepanjang dasar laut, terlihat tidak bergerak. Dan juga kapal penjaring ikan namun tidak melakukan aktivitas menjaring dengan tidak mengerahkan peralatannya.
"Ketika kapal-kapal berkeliaran selama berhari-hari atau berminggu-minggu tanpa pernah menjaring atau mengerahkan peralatan, itu adalah bukti yang sangat meyakinkan bahwa mereka tidak menangkap ikan secara komersial," kata laporan itu.