WHO: Vaksin Hanya 40 Persen Mengurangi Penularan Covid-19, Prokes Harus Terus Dilakukan
WHO mengingatkan vaksin hanya 40 persen mengurangi penularan Covid-19 sehingga masyarakat yang sudah divaksin harus tetap lakukan protokol kesehatan
Editor: hasanah samhudi
TRIBUNNEWS.COM, JENEWA – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menegaskan bahwa vaksin Covid-19 mengurangi penularan varian Delta sekitar 40 persen.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengungkapkan salah kaprah di kalangan masyarakat.
Menurutnya, masyarakat mengira mereka tidak perlu lagi melakukan tindakan pencegahan lain karena merasa sudah divaksin.
Ia mengingatkan, mereka yang sudah diimunisasi penuh harus mengikuti langkah-langkah agar tidak tertular virus dan tidak menularkannya karena virus corona varian Delta lebih menular.
"Kami prihatin dengan rasa aman palsu bahwa vaksin telah mengakhiri pandemi dan orang-orang yang divaksinasi tidak perlu mengambil tindakan pencegahan lainnya," kata Tedros kepada wartawan, Rabu (24/11/2021)
Baca juga: WHO: Total Kematian Covid-19 di Eropa akan Lebihi 2,2 Juta Maret Nanti, Sehari Akan Bertambah 4.200
Baca juga: WHO Beberkan Rencana Ubah Arus Pandemi, Begini Strateginya
"Vaksin menyelamatkan nyawa tetapi tidak sepenuhnya mencegah penularan,” tegasnya.
"Data menunjukkan bahwa sebelum kedatangan varian Delta, vaksin mengurangi penularan sekitar 60 persen. Dengan Delta, itu turun menjadi sekitar 40 persen,” ujarnya.
Varian Delta yang lebih menular sekarang sangat dominan di seluruh dunia, mengalahkan varian lainnya.
"Jika Anda divaksinasi, Anda memiliki risiko penyakit parah dan kematian yang jauh lebih rendah, tetapi Anda masih berisiko terinfeksi dan menulari orang lain," kata Tedros.
Ia menegaskan, masyarakat yang telah divaksinasi harus terus lakukan tindakan pencegahan untuk mencegah terinfeksi, dan menginfeksi orang lain yang dapat meninggal.
Baca juga: WHO: Kasus Virus Corona Menurun di Mana-mana Kecuali Eropa
Baca juga: Vaksinasi Covid lambat di negara-negara miskin, WHO peringatkan pandemi akan berlanjut hingga 2022
Itu berarti mengenakan masker, menjaga jarak, menghindari keramaian dan bertemu orang lain di luar atau hanya di ruang dalam ruangan yang berventilasi baik.
Dominasi Delta
Laporan epidemiologi mingguan WHO menunjukkan bahwa dari 845.000 sekuens yang diunggah ke GISAID dengan spesimen yang dikumpulkan dalam 60 hari terakhir ternyata 99,8 persen adalah varian Delta.
Maria Van Kerkhove, pimpinan teknis badan kesehatan PBB untuk Covid-19, mengatakan varian Delta itu sendiri berkembang dan WHO berusaha melacak sirkulasi dan perubahan virus.
WHO telah lama menekankan bahwa vaksin Covid-19 yang tersedia saat ini terutama ditujukan untuk mengurangi risiko penyakit parah, rawat inap, dan kematian, daripada penularan.
Baca juga: 3 Alasan Mengapa Seseorang Perlu Diberikan Vaksin Booster, Ini Pandangan WHO
Baca juga: Lampaui Target WHO, Vaksinasi Covid-19 Indonesia Tetap Dipercepat
Varian Delta dianggap sebagai faktor penyebab melonjaknya kasus baru di Eropa.
Faktor lainnya adalah tingkat vaksinasi yang lamban di sejumlah negara, cuaca yang lebih dingin membuat orang kembali berada di dalam ruangan dan pelonggaran pembatasan.
Pekan lalu, lebih dari 60 persen dari semua infeksi dan kematian Covid-19 yang dilaporkan itu terjadi di Eropa.
Eropa mencatat lebih dari 2,4 juta kasus baru minggu lalu, naik 11 persen pada minggu sebelumnya. Infeksi naik 31 persen di Jerman. (Tribunnews.com/CNA/Hasanah Samhudi)