POPULER Internasional: Fakta-fakta CEO Baru Twitter | Kronologi Penemuan Varian Omicron
Berita populer Internasional, di antaranya seputar fakta-fakta Parag Agrawal, CEO baru Twitter.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Inza Maliana
TRIBUNNEWS.COM - Rangkuman berita populer Tribunnews di kanal Internasional dapat disimak di sini.
Jack Dorsey mengumumkan mengundurkan diri sebagai CEO Twitter dan digantikan oleh Parag Agrawal.
Barbados mengubah status negara menjadi negara republik, yang secara otomatis mencabut Ratu Elizabeth II sebagai kepala negara.
Sementara itu, PBB kemungkinan akan menolak Taliban Afghanistan dan junta Myanmar mewakili negara mereka di pertemuan internasional.
Soal varian Omicron, ilmuwan Africa Selatan menceritakan bagaimana awal mula menemukan varian baru tersebut.
Selengkapnya, ini berita populer Internasional dalam 24 jam terakhir.
1. 5 FAKTA Parag Agrawal, CEO Baru Twitter Pengganti Jack Dorsey, Sudah Terlibat Kontroversi
Jack Dorsey mengumumkan mengundurkan diri sebagai CEO Twitter pada Senin (29/11/2021).
Posisinya digantikan oleh Parag Agrawal, yang menjabat sebagai CTO (chief technology officer).
Dilansir The Washington Post, ini fakta-fakta seputar Parag Agrawal.
- Agrawal mulai bekerja di Twitter sebagai teknisi produk (product engineer)
Agrawal mulai bekerja untuk raksasa media sosial Twitter sebagai teknisi pada 2011 dan menjadi CTO pada 2017.
Dia dekat dengan CEO Dorsey dan dikatakan memiliki visi yang sama untuk perusahaan.
Dorsey berbicara dengan penuh semangat tentang karier Agrawal di Twitter dalam email pengunduran dirinya.
"Parag dimulai di sini sebagai seorang teknisi yang sangat peduli dengan pekerjaan kami dan sekarang dia adalah CEO kami (saya juga memiliki jalan yang sama, dia melakukannya dengan lebih baik!) Ini saja membuat saya bangga," tulis Dorsey.
Baca juga: CEO dan Pendiri Twitter, Jack Dorsey Mengundurkan Diri
Baca juga: Gantikan Posisi Jack Dorsey Sebagai CEO Baru Twitter, Segini Kekayaan Parag Agrawal
- Agrawal menjadi CEO termuda dari perusahaan Fortune 500
Menggantikan Dorsey, pria berusia 37 tahun itu menjadi CEO termuda di S&P 500, tetapi hanya beda tipis dengan Mark Zuckerberg, menurut Bloomberg News.
2. Barbados Berubah Jadi Republik, Ini Negara yang Masih Akui Ratu Elizabeth sebagai Kepala Negara
Barbados merupakan negara Persemakmuran terkini yang mencopot Ratu Elizabeth II sebagai kepala negaranya.
Negara Karibia itu resmi menjadi republik pada hari Selasa (30/11/2021), setelah 40 tahun berada di bawah monarki Inggris.
Dilansir Independent, Ratu Elizabeth memberikan selamat sekaligus doa kepada republik baru Barbados.
Ia mengatakan dirinya mengantisipasi kelanjutan persahabatan antara kedua negara.
Dalam sebuah pesan untuk presiden baru Barbados, Dame Sandra Mason dan warganya, Ratu mengungkapkan:
"Pada kesempatan penting ini dan pengangkatan Anda sebagai presiden pertama Barbados, saya mengucapkan selamat kepada Anda dan semua orang Barbados."
Baca juga: Tak Lagi Jadi Kepala Negara, Ratu Elizabeth Beri Selamat pada Barbados yang Kini Jadi Republik
Baca juga: Copot Ratu Elizabeth dari Kepala Negara, Barbados Berdiri Sendiri Sebagai Republik
"Saya pertama kali mengunjungi negara Anda yang indah pada malam kemerdekaan pada awal 1966, dan saya sangat senang bahwa putra saya bersama Anda hari ini."
"Sejak itu, orang-orang Barbados memiliki tempat khusus di hati saya; Barbados adalah negara yang berhak bangga dengan budayanya yang semarak, kecakapan olahraganya, dan keindahan alamnya, yang menarik pengunjung dari seluruh dunia, termasuk banyak orang dari Inggris."
"Saat Anda merayakan hari yang penting ini, saya mengirimi Anda dan semua orang Barbados harapan terhangat saya untuk kebahagiaan, kedamaian, dan kemakmuran di masa depan."
Negara-negara Persemakmuran lainnya sebelumnya telah mengusulkan penggantian Ratu sebagai kepala negara dalam beberapa tahun terakhir, termasuk Jamaika dan Australia.
3. PBB Kemungkinan Tak Izinkan Taliban Afghanistan dan Junta Myanmar Wakili Negara Mereka
Taliban Afghanistan dan junta Myanmar kemungkinan tidak diizinkan mewakili negara mereka di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Rabu (1/12/2021).
Pernyataan itu disampaikan oleh empat diplomat PBB yang tidak ingin disebutkan namanya.
Untuk diketahui, sebelumnya Taliban dan junta telah mengajukan dua nama kepada PBB untuk mewakili mereka, menggantikan duta besar yang ditunjuk pemerintah yang mereka gulingkan tahun ini.
Komite kredensial PBB yang beranggotakan sembilan orang, yang meliputi perwakilan Rusia, China, dan Amerika Serikat, akan bertemu di markas besar PBB untuk mempertimbangkan kredensial semua anggota di sesi Majelis Umum PBB saat ini.
Menurut empat diplomat itu, komite kemungkinan akan menunda keputusannya tentang perwakilan Taliban dan junta, yang artinya duta besar saat ini untuk kedua negara tetap berada di kursi mereka.
Baca juga: Pengadilan Myanmar Tunda Sidang Putusan Pertama Kasus Aung San Suu Kyi
Baca juga: Asisten Menlu Amerika Serikat Kunjungi ke Asia Tenggara, Bahas Kerja Sama hingga Junta Myanmar
Komite, yang juga mencakup Bahama, Bhutan, Chili, Namibia, Sierra Leone dan Swedia, kemudian akan mengirimkan laporannya tentang kredensial semua anggota ke Majelis Umum PBB untuk disetujui sebelum akhir tahun.
Baik komite dan Majelis Umum secara tradisional mengambil keputusan tentang kredensial melalui konsensus, kata para diplomat.
Sebagai informasi, Taliban yang merebut kekuasaan pada pertengahan Agustus dari pemerintah yang diakui secara internasional, telah mencalonkan juru bicaranya yang berbasis di Doha, Suhail Shaheen sebagai duta besar Afghanistan untuk PBB.
Duta Besar PBB saat ini yang ditunjuk oleh pemerintah yang digulingkan, Ghulam Isaczai, juga telah meminta untuk mempertahankan kursi tersebut.
Ketika Taliban terakhir memerintah Afghanistan antara tahun 1996 dan 2001, duta besar pemerintah yang mereka gulingkan tetap menjadi perwakilan PBB setelah komite kredensial menunda keputusannya atas perebutan kursi tersebut.
4. Kronologi Ilmuwan Afrika Selatan Temukan Varian Omicron, Kaget saat Lihat Urutan Genom
Kepala Sains di salah satu laboratorium tes Covid-19 swasta terbesar di Afrika Selatan, Raquel Viana, menceritakan kronologi saat dirinya menemukan varian Covid-19 baru, Omicron.
Viana mengaku menemukan varian tersebut saat sedang mengurutkan genom di delapan sampel virus corona pada Jumat (19/11/2021) lalu.
Sampel yang diuji di laboratorium, lanjut Viana, semuanya mengandung sejumlah besar mutasi.
Terutama pada protein lonjakan atau spike yang digunakan virus untuk memasuki sel manusia.
Baca juga: Rumah Sakit Lisbon Menutup Layanan Departemen Pediatrik karena Dokter Positif Terpapar Omicron
"Saya cukup terkejut dengan apa yang saya lihat. Saya mempertanyakan apakah ada yang salah dalam prosesnya," kata Viana kepada Reuters.
Setelah melihat urutan genom itu, pikiran Viana langsung tertuju bahwa sampel tersebut memiliki konsekuensi besar.
Oleh sebab itu, Viana bergegas menghubungi rekannya di Institut Nasional untuk Penyakit Menular (NICD) Johannesburg, pengurut gen, Daniel Amoako melalui telepon.
"Saya tidak cukup tahu bagaimana menyampaikannya kepada mereka. Bagi saya, itu terlihat seperti garis keturunan baru," kenangnya.
Kini, temuan varian Omicron di Afrika Selatan telah menyebabkan kekhawatiran global.
Imbasnya, negara-negara membatasi perjalanan dari Afrika Selatan dan memberlakukan pembatasan lain karena khawatir virus tersebut dapat menyebar dengan cepat bahkan pada populasi yang divaksinasi.
BACA SELENGKAPNYA >>>
(Tribunnews.com)