Tentara Myanmar Bakar Hidup-hidup 11 Warga Sipil sebagai Balasan Serangan terhadap Konvoi Militer
Tetara Myanmar membakar hidup-hidup 11 warga sipil sebagai balasan atas serangan terhadap konvoi militer, Selasa (7/12/2021).
Penulis: Rica Agustina
Editor: Wahyu Gilang Putranto
TRIBUNNEWS.COM - Pasukan pemerintah militer atau junta Myanmar menyerbu sebuah desa kecil di barat laut, Desa Done Taw di wilayah Sagaing.
Tentara mengumpulkan warga sipil, mengikat tangan mereka ke belakang dan kemudian membakar mereka hidup-hidup.
Pembunuhan itu disebut sebagai pembalasan atas serangan terhadap konvoi militer, kata saksi mata seperti dikutip Associated Press.
Adapun Pemerintah Persatuan Nasional (NUG) mengecam pembunuhan secara keji itu.
NUG, yang telah memantapkan dirinya sebagai pemerintahan alternatif negara itu menggantikan pemerintah yang dikudeta militer, menjelaskan kronologi kejadian itu.
Baca juga: 11 Warga Desa Diduga Ditembak dan Dibakar Tentara Myanmar, Sembarang Pilih Orang untuk Dihabisi
Baca juga: Jejak Karier Politik Aung San Suu Kyi: Perjuangkan Demokrasi Myanmar hingga Divonis 4 Tahun Penjara
Juru bicara organisasi tersebut, dokter Sasa, mengatakan sebuah konvoi militer telah terkena bom pinggir jalan dan tentara membalasnya dengan menembaki Desa Done Taw.
Tentara kemudian menyerang desa, menangkap siapa pun yang dapat mereka tangkap.
Dokter Sasa mengatakan, para korban berkisar antara usia 14 hingga 40 tahun.
"Adegan-adegan memuakkan yang mengingatkan pada kelompok teroris Negara Islam (ISIS) menjadi saksi eskalasi militer atas aksi teror mereka," kata dokter Sasa.
"Kebrutalan, kebiadaban, dan kekejaman dari tindakan-tindakan ini menunjukkan kedalaman kebobrokan baru, dan membuktikan bahwa terlepas dari kepura-puraan relatif détente yang terlihat selama beberapa bulan terakhir, junta tidak pernah berniat untuk mengurangi kampanye kekerasan mereka," tambahnya.
Sementara itu, menurut keterangan saksi, ada sekitar 50 tentara berbaris ke Desa Done Taw sekitar pukul 11 pagi pada hari Selasa, menangkap siapa saja yang tidak berhasil melarikan diri.
"Mereka menangkap 11 warga desa yang tidak bersalah," kata saksi yang menyebut dirinya sebagai petani dan aktivis dan meminta untuk tidak disebutkan namanya demi keselamatannya.
Dia menambahkan, orang-orang yang ditangkap bukanlah anggota Tentara Pertahanan Rakyat yang terorganisir secara lokal, yang terkadang bertempur dengan tentara.
Dia mengatakan para tawanan diikat dengan tangan di belakang mereka dan kemudian dibakar.