Ilmuwan Jepang Kembangkan Masker yang Bisa Menyala Ketika Terpapar Covid-19
Sebuah tim dari Universitas Prefektur Kyoto tengah mengembangkan masker yang bisa mendeteksi paparan Covid-19. Masker bisa menyala saat terkena virus.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Wahyu Gilang Putranto
TRIBUNNEWS.COM - Sebuah tim dari Universitas Prefektur Kyoto tengah mengembangkan masker yang bisa mendeteksi paparan Covid-19.
Dilansir HypeBeast, tim tersebut dipimpin langsung oleh presiden univeristas, Yasuhiro Tsukamoto.
Pada Februari 2021, tim Tsukamoto telah menyuntikkan virus corona yang tidak aktif ke burung unta betina.
Mereka lalu mengekstrak antibodi dari telur yang dikeluarkan burung unta tersebut.
Antibodi tersebut kemudian diintegrasikan ke dalam pewarna fluoresen.
Baca juga: CARA Cegah Penularan Virus Corona, Pakai Masker dengan Benar hingga Cuci Tangan Secara Rutin
Baca juga: Satgas Covid-19: Kepatuhan Masyarakat Memakai Masker Menurun Sepanjang November
Ketika pewarna itu disemprotkan ke filter masker yang dikembangkan secara khusus, kain akan menyala warna hijau untuk menunjukkan adanya paparan virus corona.
Tim telah melakukan tes awal terhadap 32 orang yang terinfeksi virus corona.
Semua masker yang dikenakan disinari di bawah sinar UV.
Masker memudar seiring waktu karena potensi virus yang semakin menurun.
Presiden Tsukamoto sendiri mendapati dirinya positif Covid-19 saat mengenakan salah satu masker eksperimentalnya.
Ia lalu mengkonfirmasinya dengan tes PCR tradisional.
Saat ini, timnya akan segera memperluas ukuran sampel percobaan menjadi 150 peserta.
Selanjutanya, ia bertujuan untuk mendapatkan persetujuan pemerintah untuk menjual masker itu tahun depan.
"Kami dapat memproduksi antibodi dari burung unta secara massal dengan biaya rendah."
"Di masa depan, saya ingin membuat masker ini menjadi alat uji mudah yang dapat digunakan siapa saja," kata Tsukamoto.
Pakai 2 Masker Lebih Efektif Mencegah Covid-19 daripada Memakai 1 Masker? Ini Kata Ahli
Masker memiliki peran penting dalam pencegahan penularan Covid-19.
Menurut arahan ilmiah dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), masker wajah dapat mengurangi risiko infeksi virus corona hingga lebih dari 70%.
Satu pertanyaan lalu muncul, jika memakai satu masker saja bisa memberikan perlindungan yang kokoh, apakah memakai dua masker sekaligus bisa bekerja lebih baik lagi?
Beberapa orang telah memulai memakai masker double untuk meningkatkan pencegahan penularan Covid-19.
Tetapi apakah benar begitu?
Ini kata ahli mengenai double masking seperti yang dikutip Tribunnews dari HEALTH.
Saat ini, sangat sedikit data ilmiah yang menunjukkan manfaat atau kerugian memakai lebih dari satu masker wajah, ungkap Scott Segal, MD, profesor Thomas H Irving dan ketua anestesiologi di Wake Forest Baptist Health di Winston-Salem, North Carolina, kepada HEALTH.
Dr Segal sebelumnya pernah melakukan tes pada berbagai bahan kain untuk melihat seberapa efektif bahan tersebut sebagai masker wajah untuk studi tahun 2020, ia bekerja sama dengan Wake Forest Institute for Regenerative Medicine.
Ada satu studi kecil secara langsung membahas manfaat memakai dua masker secara bersamaan.
Tetapi studi itu belum ditinjau oleh rekan sejawat, yang berarti hasilnya belum boleh digunakan untuk memandu dokter dan tenaga medis lain.
Dalam studi tersebut, para peneliti menemukan bahwa tumpukan dua masker mungkin terbukti lebih baik melindungi saat masker yang berfungsi lebih tinggi tidak tersedia.
"Mengenakan dua masker mungkin merupakan ide yang masuk akal jika kemampuan filtrasi masker tidak terlalu kuat," kata Dr. Segal.
Sebagian besar penelitian, termasuk Dr. Segal telah menemukan, beberapa lapisan kain menyaring partikel virus lebih baik daripada satu lapisan saja, dan dua lapisan kain berkualitas tinggi dengan tenunan yang rapat dapat bekerja paling baik.
"Dengan bahan berkualitas lebih rendah, lebih banyak lapisan bahan dapat bekerja lebih baik," kata Dr. Segal.
Memakai dua masker juga sama, dengan menggabungkan dua lapisan bahan yang relatif tidak efisien mungkin bekerja lebih baik daripada satu masker berkualitas buruk.
Selain itu, mengenakan masker bedah atau masker jenis medis lain yang berukuran relatif longgar dengan masker kain yang rapat dapat membuat "double masking" yang lebih baik, saran Dr. Segal.
Pakar penyakit menular Amesh Adalja, MD, sarjana senior di Pusat Keamanan Kesehatan Universitas Johns Hopkins di Maryland, setuju bahwa keefektifan memakai dua masker wajah tergantung pada bahan masker.
"Kapan Anda perlu memakai dua masker tergantung pada kualitas masker," kata Dr. Adalja kepada Health.
"Itu tergantung pada kesesuaian masker dan seberapa baik masker itu berfungsi sebagai filter."
Bagaimana dengan memakai filter tambahan di dalam masker?
Tren masker lainnya yaitu beberapa orang memasukkan bahan penyaringan ke dalam masker mereka, seperti filter AC atau penyaring kopi.
Seperti halnya dengan double masking, memasukkan filter tambahan mungkin memberi Anda lebih banyak perlindungan jika masker Anda tidak pas atau kualitas bahannya buruk.
Jika masker tidak berfungsi dengan baik, filter di dalam masker dapat meningkatkan kemampuannya secara signifikan, kata Dr. Segal.
"Ada bukti bahwa filter kopi adalah saringan yang efektif dalam membatasi butiran kopi kecil agar tidak meresap, filter itu juga dapat menyaring beberapa tetesan COVID-19," ujar Leonard Krilov, MD, kepala Penyakit Menular Anak di Rumah Sakit NYU Langone – Long Island, kepada HEALTH.
Tetapi Dr. Krilov menambahkan bahwa filter kopi di dalam masker dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan membuat lebih sulit untuk bernapas.
Hal itu malah akan menyebabkan pemakainya menarik-narik masker dan tidak memakainya dengan benar.
"Lebih baik menggunakan filter kopi untuk membuat secangkir kopi yang enak," katanya.
Yang perlu digarisbawahi tentang pemakaian masker ganda
Masalahnya terletak pada kualitas vs. kuantitas: Jika masker wajah yang pas dan efektif tidak tersedia, maka dua masker wajah berkualitas rendah yang dikenakan bersamaan dapat meningkatkan perlindungan.
Namun, jika memakai dua masker membuat Anda sulit bernapas, buang salah satunya.
"Tidak ada masker yang berfungsi jika Anda tidak dapat memakainya dengan nyaman," kata Dr. Segal.
"Dan menggandakan masker hingga Anda tidak dapat bernapas dapat menjadi godaan bagi Anda untuk melepasnya hingga akhirnya malah tidak memakai masker sama sekali."
"Ini bagaikan pedang bermata dua," ujar Dr. Krilov setuju.
"Masker ekstra mungkin terdengar seperti ide yang bagus, tetapi lapisan ekstra itu mungkin membuat Anda lebih sulit bernapas, sehingga Anda lebih mungkin menarik masker untuk bernapas lebih baik."
Penutupan ganda atau penambahan bahan penyaringan mungkin menjadi tren pandemi terbaru.
Tetapi Anda tidak perlu melakukannya hanya karena Anda melihat orang lain melakukannya.
"Konsensusnya adalah bahwa masker yang tepat adalah masker bedah atau masker kain yang memiliki dua lapisan," kata Dr. Krilov.
Berikut ini penjelasan singkat tentang masker wajah terbaik:
CDC merekomendasikan untuk memilih masker yang memiliki dua atau lebih lapisan kain yang dapat dicuci dan tetap membuat penggunanya bisa bernapas dengan baik.
Masker harus benar-benar menutupi hidung dan mulut Anda dan pas dengan sisi wajah Anda (tidak ada celah).
Jangan memakai masker yang terbuat dari vinil atau bahan lain yang membuat Anda sulit bernapas.
CDC juga menyarankan untuk tidak menggunakan masker dengan katup atau ventilasi pernafasan, karena ini memungkinkan partikel virus keluar.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)