Pil Covid-19 Buatan Pfizer Efektif Melawan Omicron dan Melindungi dari Keparahan
Obat Covid-19 dalam bentuk pil yang diproduksi Pfizer diklaim sangat efektif melindungi pasien dari penyakit parah akibat virus corona.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Whiesa Daniswara
TRIBUNNEWS.COM - Obat Covid-19 dalam bentuk pil yang diproduksi Pfizer diklaim sangat efektif melindungi pasien dari penyakit parah akibat virus corona.
Dilansir The Guardian, pil antivirus eksperimental Paxlovid, kata Pfizer pada Selasa (14/12/2021), juga efektif melawan varian Omicron yang saat ini mulai menyebar di seluruh dunia.
Dalam uji klinis, Paxlovid menunjukkan hampir 90% kemanjuran dalam mencegah rawat inap dan kematian pada pasien Covid-19 berisiko tinggi.
Dengan hasil pengujian ini, Pfizer meminta izin kepada Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) untuk menggunakan pil buatannya sebagai obat oral pertama untuk Covid-19.
Baca juga: Total Kematian Akibat Covid-19 di Amerika Serikat Melampaui 800 Ribu Sejak Awal Pandemi
Baca juga: Studi Menunjukkan Setelah Omicron Muncul, Suntikan Pfizer Kurang Efektif di Afrika Selatan
Regulator di Inggris bulan lalu menyetujui pil Molnupiravir yang diproduksi oleh Merck/Ridgeback, untuk digunakan pada pasien lanjut usia dan berisiko.
Namun persetujuan obat ini terhenti di AS karena masalah keamanan.
Pfizer berharap pengumumannya ini dapat mempecepat persetujuan dari FDA, sehingga warga AS dapat mengakses pil Covid-19 ini pada awal tahun depan.
"Kandidat antivirus oral kami, jika diizinkan atau disetujui, dapat memiliki dampak yang berarti pada kehidupan banyak orang, karena data lebih lanjut mendukung kemanjuran Paxlovid dalam mengurangi rawat inap dan kematian dan menunjukkan penurunan viral load yang substansial," kata Albert Bourla, kepala eksekutif Pfizer, dalam sebuah pernyataan.
"Perawatan potensial ini bisa menjadi alat penting untuk membantu memadamkan pandemi," lanjutnya.
Presiden AS, Joe Biden mengatakan telah memesan cukup banyak pil untuk mengobati 10 juta warga AS setelah ada data dari perusahaan yang meyakinkan.
"Mendapatkan vaksinasi dan mendapatkan suntikan booster tetap menjadi alat terpenting yang kita miliki untuk menyelamatkan nyawa."
"Tetapi jika perawatan ini benar-benar diizinkan – dan begitu pil tersedia secara luas – itu akan menandai langkah maju yang signifikan dalam jalan kita keluar dari pandemi," kata presiden AS dalam sebuah pernyataan.
Studi terbaru Pfizer adalah analisis terhadap 2.246 subjek tes berisiko tinggi yang tidak divaksinasi.
Tak satu pun dari mereka dalam uji coba yang diberikan Paxlovid meninggal, dibandingkan dengan 12 penerima plasebo.
Pil Pfizer diminum setiap 12 jam.
Obat ini mengurangi risiko rawat inap atau kematian sebesar 89% dalam tiga hari setelah timbulnya gejala dan 88% dalam lima hari.
Mikael Dolsten, kepala petugas ilmiah Pfizer, mengatakan kepada Reuters bahwa itu adalah "hasil yang menakjubkan".
Dolsten mengatakan, lebih dari 200 ilmuwan bekerja untuk mengembangkan pil tersebut sejak awal 2020 dan harapan awalnya adalah setidaknya 60% efektif.
Obat ini bekerja dengan menghambat enzim yang dikenal sebagai protease, yang menonjol dalam mutasi Omicron yang menyebar dengan cepat pada Covid-19.
"Sangat sulit bagi virus untuk membuat strain yang dapat hidup tanpa protease ini," kata Bourla bulan lalu.
"Bukan tidak mungkin. Itu sangat sulit," tambahnya.
Sementara itu, sebuah penelitian di Afrika Selatan menunjukkan bahwa vaksin Pfizer memiliki kemanjuran yang lebih lemah terhadap Omicron pada pasien yang telah menerima dua dosis dibandingkan dengan varian Delta.
Diberitakan Tribunnews sebelumnya, penelitian menunjukan antara 15 November - 7 Desember 2021, orang yang menerima dua dosis Pfizer memiliki peluang 70% untuk menghindari rawat inap.
Baca juga: Studi Israel: Booster Covid-19 Pfizer Beri Perlindungan dari Omicron
Baca juga: Studi Terbaru: Varian Omicron Dapat Menembus Perlindungan Vaksin Covid-19 Pfizer
Angka itu turun dari sebelumnya 93% selama gelombang varian Delta.
Studi oleh administrator asuransi kesehatan swasta terbesar di Afrika Selatan, Discovery Health, menunjukkan bahwa perlindungan terhadap penularan Covid-19 telah merosot menjadi 33% dari sebelumnya 80%.
Studi ini didasarkan pada lebih dari 211.000 hasil tes Covid-19 di mana 78.000 kasus dikaitkan dengan Omicron.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani/Andari Wulan Nugrahani)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.