Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ilmuwan Afrika yang Pertama Kali Temukan Varian Omicron Sedih Lihat Reaksi Dunia, Merasa Tidak Adil

Ilmuwan yang pertama kali menemukan Covid-19 varian Omicron sedih melihat reaksi dunia terhadap pembatasan perjalanan di negara-negara Afrika.

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Arif Fajar Nasucha
zoom-in Ilmuwan Afrika yang Pertama Kali Temukan Varian Omicron Sedih Lihat Reaksi Dunia, Merasa Tidak Adil
NPR
Sikhulile Moyo, ilmuwan yang pertama kali menemukan varian Omicron. Ilmuwan yang pertama kali menemukan Covid-19 varian Omicron sedih melihat reaksi dunia terhadap pembatasan perjalanan di negara-negara Afrika. 

TRIBUNNEWS.COM - Ilmuwan dari Bostwana yang pertama kali menemukan Covid-19 varian Omicron sedih melihat reaksi dunia.

Pembatasan perjalanan yang diterapkan di berbagai negara di Afrika bagian selatan membuatnya merasa diperlakukan tidak adil.

4 pelancong internasional dinyatakan positif Covid-19 pada 11 November 2021, empat hari setelah memasuki Bostwana, NPR melaporkan.

Ketika para ilmuwan Bostwana memeriksa urutan genome virus corona itu, mereka terkejut.

Mereka melihat kode genetik yang tak pernah dilihat sebelumnya.

Segera, mereka memperingatkan dunia akan temuan besar mereka.

Baca juga: Omicron: Apa yang bisa dipelajari dari pengalaman Afrika Selatan menghadapi varian baru ini?

Berita Rekomendasi

Baca juga: Ratu Elizabeth Batalkan Pesta Jelang Natal Minggu Depan, Khawatir Penyebaran Omicron

Sikhulile Moyo, ilmuwan yang pertama kali menemukan varian Omicron
Sikhulile Moyo, ilmuwan yang pertama kali menemukan varian Omicron (NPR)

Tim peneliti di Bostwana itu dipimpin oleh Sikhulile Moyo, ilmuwan asal Zimbabwe yang merupakan direktur laboratorium di Botswana-Harvard AIDS Institute Partnership dan peneliti yang berasosiasi dengan Harvard T.H. Chan School of Public Health.

Moyo dengan cepat memberi pujian kepada timnya yang menemukan varian baru itu.

Namun rupanya reaksi yang mereka dapat dari dunia tidaklah sama.

Sejumlah negara Barat langsung melakukan pembatasan perjalanan dari dan ke negara-negara di Afrika bagian selatan.

"Kami sedih, bagaimana bisa mereka 'menghadiahi' negara yang sudah memperingati adanya varian virus berbahaya dengan larangan perjalanan?" kata Moyo dalam wawancara dengan NPR.

"Kami tahu akibatnya. Penerbangan dibatalkan, barang tidak bisa masuk ke negara itu, banyak bisnis kehilangan penghasilan."

"Dan pasokan vaksin kami terancam habis karena penundaan dalam perjalanan."

"Jadi itu bagai roller coaster bagi kami."

"Di satu sisi, kami merasa kami berkontribusi pada dunia dengan cara yang kecil."

"Dan di sisi lain, kami merasa, apakah begitu cara Anda menghargai ilmuwan atau kemajuan ilmiah?"

Bahkan, di Bostwana sendiri, para ilmuwan tidak menerima pujian dari semua warganya.

"Beberapa orang berkata, 'Kalian ilmuwan bermulut besar. Lihat apa yang kalian lakukan, kalian mengunci Natal'," ungkap Moyo.

Baca juga: Dokter di Afrika Selatan Ungkap Gejala Tak Biasa Covid-19 Varian Omicron yang Muncul saat Malam Hari

Baca juga: Soal Kasus Omicron Pertama di Indonesia, Pemerintah Telusuri Riwayat Kontak Erat Pasien

Moyo lalu membandingan perlakukan dunia saat Inggris pertama kali menemukan varian Alpha.

"Varian Alpha menyebar di Inggris beberapa bulan lalu, tapi tak ada negara yang memasukkannya dalam daftar merah."

"Karena kami paham ini adalah pandemi global."

"Tentu saja, kami meningkatkan pemeriksaan perbatasan, meningkatkan persyaratan untuk masuk ke negara itu, termasuk mungkin karantina dan pengujian."

"Tapi kami tidak pernah menutup pintu, karena kami memahami bahwa virus ini tidak mengenal batas alami kita."

Vaksinasi di Bostwana

Moyo kemudian menyinggung negara-negara maju yang sudah memulai program booster.

Sementara dosis pertama saja masih sulit untuk didapatkan di negaranya.

"Negara-negara lain akan menyuntikkan booster, tapi kami masih berjuang untuk menjangkau semua populasi kami."

"Kami masih harus memvaksinasi sebagian besar populasi."

"Pemerintah Botswana sangat proaktif dalam menjangkau negara lain untuk pengadaan vaksin."

"Tetapi terkadang penundaan itu terjadi terlepas apakah Anda punya uang untuk membeli atau tidak."

"Sistem perawatan kesehatan di Botswana selama pandemi telah rusak."

"Memperkuat sistem perawatan kesehatan, memastikan bahwa kita memiliki sumber daya yang memadai jika kita memasuki waktu yang serius, akan menjadi penting."

"Saat ini, infeksi telah melonjak."

"Setiap hari, kita memiliki sekitar dua sampai tiga kali lebih banyak infeksi daripada yang kita lihat hari sebelumnya."

"Tetapi yang paling penting, kami perlu memastikan bahwa kami melipatgandakan kapasitas pengurutan kami sebanyak 10 kali."

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas