Di tengah Ancaman Omicron, Inggris dan Australia Tidak Lakukan Lockdown Selama Libur Natal
Inggris dan Australia menyatakan negaranya tidak akan memberlakukan pembatasan dan lockdown selama Natal meski kasus Covid-19 varian Omicron meningkat
Editor: hasanah samhudi
TRIBUNNEWS.COM – Pemerintah Inggris dan Australia tidak akan memberlakukan pembatasan interaksi sosial dan lockdown terhadap masyarakatnya meski virus Corona varian Omicron meningkatkan kasus Covid-19 di negara tersebut.
Dilansir dari Al Jazeera, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dengan tegas menentang tekanan agar dilakukan pembatasan selama Natal untuk mencegah peningkatan kasus Covid-19 varian Omicron.
Namun Johnson menjanjikan, pemerintahnnya akan secara konstran mengawasi kasus ini.
“Mengingat keseimbangan risiko dan ketidakpastian, terutama terkait tingkat rawat inap infeksi Omicron, kami sepakat bahwa kami akan mengawasi dengan konstan, mengikuti dari jam ke jam,” ujarnya, setelah pertemuan cabinet, Senin (20/12/2021).
Dikatakannya, pihaknya tidak akan ragu untuk mengambil tindakan lebih lanjut untuk melindungi masyarakat dan Layanan Kesehatan Nasional (NHS).
Baca juga: Inggris Konfirmasi 12.133 Infeksi Omicron dalam 24 Jam, Total 37.101 Kasus
Baca juga: Menkeu Australia Serukan Pelonggaran Pembatasan Covid-19 di Tengah Lonjakan Kasus
“Kami mencari segala macam hal untuk menjaga Omicron tetap terkendali dan kami tidak akan mengesampingkan apa pun, tetapi saat ini kami ingin orang-orang fokus untuk berhati-hati,” ujar Johnson.
Inggris melaporkan 91.743 kasus lainnya pada hari Senin (20/12/2021) ketika varian baru mewabah, dengan tingkat penularan tinggi di London, dan tingkat rawat inap juga meningkat.
Seminggu terakhir, kasus harian mencapai rekor. Inggris menjadi satu di antara negara Eropa yang paling parah dilanda Corona dengan 148 ribu kematian selama pandemi.
Orang Dewasa
Kasus Covid-19 akibat varian Omicron juga melonjak di Australia, dengan kasus infeksi harian mencapai tingkat tertinggi selama pandemi.
Baca juga: PM Inggris Johnson Berlakukan Rencana B Covid-19 Untuk Menahan Penularan Omicron
Baca juga: Australia Kembali Buka Perbatasan untuk WNA, Scott Morrison: Kita akan Hidup dengan Virus
Tetapi Australia tidak akan memaksakan lockdown terhadap kehidupan masyarakat.
Perdana Menteri Scott Morrison mengatakan Selasa (21/12/2021) bahwa membatasi penyebaran virus menjadi tanggung jawab pribadi.
“Kita tidak akan memaksakan aturan pemerintah, dan kita harus memperlakukan warga Australia seperti orang dewasa,” kata Morrison kepada wartawan, seperti dilansir dari Channel News Asia.
Ia mendesak pihak berwenang untuk beralih dari budaya mandat dalam hal masker dan aturan jarak sosial.
"Kami tidak akan kembali ke lockdown. Kami akan melanjutkan hidup dengan virus ini dengan akal sehat dan tanggung jawab," ujarnya.
Baca juga: Boris Johnson Sampaikan Tanggapan Inggris Soal Varian Omicron
Australia berusaha mempertahankan jumlah Covid-19 yang relatif rendah di sekitar 260.000 total kasus dan 2.154 kematian.
Tetapi sebagian besar negara telah dibuka kembali selama beberapa minggu terakhir setelah terjadi inokulasi yang lebih tinggi meskipun ada ancaman dari varian Omicron.
Meski Omicron menyebar dengan cepat, Menteri Kesehatan Federal Greg Hunt mengatakan hanya sebagian kecil dari kasus-kasus itu yang berakhir di rumah sakit.
“Jumlah orang di rumah sakit telah meningkat, tetapi tetap jauh lebih rendah daripada selama gelombang Delta,” ujarnya.
Sekitar 4.600 kasus dilaporkan di Australia pada hari Selasa (21/12/2021), melebihi tertinggi sebelumnya sekitar 4.100 selama akhir pekan.
Baca juga: WHO: Omicron Lebih Cepat Menyebar dari Delta, Orang yang Sudah Vaksin dan Penyintas Dapat Terinfeksi
New South Wales menjadi negara bagian Australia pertama yang mencatat 3.000 infeksi harian Covid-19, sementara negara tetangga Victoria mencatat 1.245 kasus. Negara bagian lain memiliki lebih sedikit kasus. (Tribunnews.com/Aljazeera/CNA/Hasanah Samhudi)