Suriah Mengutuk Rencana Perluasan Pemukiman Yahudi di Dataran Tinggi Golan
Suriah mengutuk rencana Israel menggandakan jumlah pemukim Yahudi yang tinggal di Dataran Tinggi Golan.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Arif Fajar Nasucha
TRIBUNNEWS.COM - Suriah mengutuk rencana Israel menggandakan jumlah pemukim Yahudi yang tinggal di Dataran Tinggi Golan.
Pemerintah Suriah menyebut, rencana Israel itu "berbahaya dan belum pernah terjadi sebelumnya" serta bermaksud melanggengkan pendudukannya atas wilayah tersebut.
Sebelumnya, Perdana Menteri Israel Naftali Bennett mengumumkan rencana senilai jutaan dolar untuk menggandakan jumlah pemukim di Golan, Minggu (26/12/2021).
Dataran Tinggi Golan merupakan wilayah Suriah yang direbut Israel lebih dari lima dekade yang lalu.
Baca juga: 5.200 Bangau di Israel Mati Gara-gara Flu Burung, Peternak Kini Musnahkan Ratusan Ayam
Baca juga: Israel Persingkat Jeda Suntikan Booster dari 5 Bulan Jadi 3 Bulan
Hampir 7.300 unit rumah tambahan akan dibangun dan dataran tinggi itu, menurut cetak biru yang disetujui Kabinet Israel.
Amerika Serikat mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan pada 2019.
Namun komunitas internasional menganggap pendudukan negara Yahudi tersebut adalah ilegal.
"Suriah mengutuk keras eskalasi berbahaya dan belum pernah terjadi sebelumnya dari pasukan pendudukan Israel di Dataran Tinggi Golan Suriah yang diduduki dan kegigihannya dalam kebijakan pemukiman dan pelanggaran berat dan metodologis yang meningkat ke tingkat kejahatan perang," bunyi pernyataan Kementerian Luar Negeri Suriah pada Senin (27/12/2021), dikutip dari Al Jazeera.
Dalam pernyataan itu, pemerintah Suriah mengaku berkomitmen melawan pendudukan Israel dan menolak keputusan pencaplokan wilayah Golan.
Kantor berita pemerintah, SANA, pada Senin melaporkan bahwa Damaskus akan berusaha menggunakan semua upaya hukum untuk merebut kembali wilayah itu.
Suriah sudah lama menuntut kembalinya Dataran Tinggi Golan, wilayah yang juga berbatasan dengan Lebanon dan Yordania.
PM Bennett sebelumnya mengumumkan rencana perluasan pemukiman itu dalam pertemuan Kabinet khusus di Dataran Tinggi Golan.
Kantornya mengatakan, pemerintah akan menginvestasikan sekitar satu miliar shekel (lebih dari $300 juta) untuk mengembangkan Golan, termasuk pendirian dua pemukiman baru.
Israel merebut Dataran Tinggi Golan dalam perang Timur Tengah 1967 dan kemudian mencaplok wilayah itu.
Sekitar 50.000 orang tinggal di Dataran Tinggi Golan.
Diperkirakan setengah dari populasi adalah orang Israel Yahudi.
Sementara setengahnya lagi, adalah warga yang tinggal di desa-desa Arab Druze yang dulunya merupakan bagian dari Suriah.
Beberapa penduduk Druze pun menentang kontrol Israel di wilayah tersebut.
Dataran Tinggi Golan merupakan wilayah yang berbatasan dengan Israel, Lebanon, Yordania, dan Suriah.
Baca juga: Israel Mulai Uji Coba Suntikan Vaksin Covid-19 Dosis Keempat
Baca juga: Politisi PKS Minta Kemenlu Taat Konstitusi Terkait Isu Normalisasi Hubungan dengan Israel
Israel merebut wilayah ini dari Suriah pada 1967 dalam Perang Timur Tengah.
Pada awal Perang Yom Kippur 1973, Suriah berhasil merebutnya kembali, tetapi serangan balik Israel berhasil mengusir Suriah dari sebagian besar Dataran Tinggi Golan.
Wilayah strategis ini diperebutkan selama Perang Arab-Israel, khususnya bukit Hermon dan Bukit Booster.
Kedua bukit ini menjadi pusat pengamatan tentara Israel yang dijuluki 'The Eye of Israel'.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)