Kabur Tinggalkan Kabul, Ashraf Ghani Akui Tak Punya Pilihan Lain Saat Afghanistan Dikuasai Taliban
Mantan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani mengaku tak punya pilihan selain tiba-tiba meninggalkan Kabul ketika Taliban mengambilalih.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Mantan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani mengaku tak punya pilihan selain tiba-tiba meninggalkan Kabul ketika Taliban mengambil alih.
Ghani membantah laporan mantan pejabat Afghanistan dan AS yang menyebut ada kesepakatan yang tengah dirundingkan untuk pengambilalihan secara damai.
Dalam wawancara dengan BBC yang disiarkan pada Kamis (30/12/2021), Ghani mengatakan bahwa seorang penasihat memberinya waktu hanya beberapa menit untuk memutuskan meninggalkan Ibu Kota Kabul.
Baca juga: Wanita Afghanistan di Kabul Tuntut Taliban Hormati Hak Perempuan dan Minta Hentikan Mesin Kriminal
Baca juga: Taliban Larang Wanita Afghanistan Berpergian Jauh Tanpa Ditemani Kerabat Pria
Ia juga membantah tuduhan yang beredar luas bahwa dia meninggalkan Afghanistan dengan jutaan uang curian.
"Saya ingin dengan tegas menyatakan, saya tidak membawa uang ke luar negeri," katanya.
“Gaya hidup saya diketahui semua orang. Apa yang akan saya lakukan dengan uang?" ujarnya.
Dilansir Al Jazeera, kepergian Ghani yang mendadak dan terkesan dirahasiakan pada 15 Agustus 2021 membuat Afghanistan tak berdaya saat pasukan AS dan NATO berada di tahap akhir penarikan mereka.
"Pada pagi hari itu, saya tidak punya firasat bahwa sore hari saya akan pergi," tuturnya kepada radio BBC.
Baca juga: Ratusan Warga Afghanistan Demo Tuntut Pembebasan Aset: Biarkan Kami Makan
Baca juga: Jepang akan Beri Sumbangan 100 Juta Dolar AS untuk Afghanistan
Pernyataannya bertentangan dengan klaim narasumber lain.
Mantan Presiden Hamid Karzai mengatakan kepada kantor berita AP dalam sebuah wawancara awal bulan ini bahwa kepergian Ghani telah membatalkan kesempatan bagi negosiator pemerintah untuk mencapai kesepakatan dengan Taliban.
Sebelumnya, Taliban berkomitmen untuk tinggal di luar Ibu Kota.
Ghani dalam wawancara dengan Jenderal Sir Nick Carter, mantan kepala staf pertahanan, mengatakan ia melarikan diri "untuk mencegah kehancuran Kabul".
Ia mengklaim dua faksi Taliban yang bersaing menyerang kota itu dan siap untuk masuk dan melancarkan serangan.
Namun, tidak ada bukti tentang masuknya Taliban dari faksi-faksi saingan yang dimaksud Ghani.
Baca juga: Negara-negara Islam Janjikan Bantuan untuk Atasi Krisis Afghanistan
Kaburnya Ghani berarti tranfer kekuasaan secara damai tidak mungkin dilakukan dan membiarkan Taliban mengisi kekosongan kekuasaan.
Banyak orang Afghanistan kini menuduh Ghani, yang sekarang berada di Uni Emirat Arab (UEA), menyerahkan mereka (masyarakat) kepada Taliban.
Pengambilalihan Taliban disambut dengan ketakutan yang meluas dan keinginan banyak orang untuk melarikan diri dari tanah air.
Berita lain terkait Ashraf Ghani
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)