UEA Larang Perjalanan ke Luar Negeri bagi Warga yang Belum Dapat Vaksin Booster
Uni Emirat Arab (UEA) melarang warganya yang belum mendapat suntikan booster Covid-19 untuk bepergian ke luar negeri. Berlaku mulai 10 Januari 2022.
Penulis: Yurika Nendri Novianingsih
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Uni Emirat Arab (UEA) melarang warganya yang belum mendapat tiga dosis vaksin Covid-19 (booster) untuk bepergian ke luar negeri.
Dilansir BBC, larangan mulai berlaku pada 10 Januari 2022, mendatang.
Namun, aturan tersebut tidak berlaku bagi mereka yang tidak bisa menerima vaksin karena alasan medis.
UEA adalah negara terbaru yang mengumumkan pembatasan baru di tengah peningkatan infeksi.
Baca juga: Mayoritas Kasus Omicron di Indonesia Berasal dari Turki dan Arab Saudi
Baca juga: Khawatir Penyebaran Omicron, Malaysia Tangguhkan Perjalanan Umrah
Banyak negara memberlakukan pembatasan ketat pada orang yang tidak divaksinasi sebelum mereka diizinkan masuk.
Larangan ini berbeda dari persyaratan untuk tes Covid-19 negatif sebelum perjalanan hingga karantina wajib pada saat kedatangan.
Lebih dari 90 persen populasi di UEA telah divaksinasi penuh terhadap Covid-19.
Sekitar 34 persen telah menerima suntikan booster pada 24 Desember, menurut Our World in Data.
Aturan perjalanan baru di UEA diumumkan oleh National Emergency Crisis and Disaster Management Authority dan Kementerian Luar Negeri.
Kantor Berita Emirates melaporkan aturan dirancang untuk memastikan bahwa kesehatan dan keselamatan diprioritaskan.
Baca juga: Warga Rusia yang Telah Mendapatkan Vaksin Sputnik V Kini Diizinkan Masuk Arab Saudi
Baca juga: Kasus Omicron Mayoritas Pada Pelaku Perjalanan dari Turki dan Arab Saudi, Bakal Ada Kebijakan Baru?
Mereka mengatakan larangan penumpang yang tidak divaksinasi juga akan dicabut untuk urusan kemanusiaan dan bagi orang yang bepergian untuk perawatan medis.
Pekerja asing merupakan mayoritas penduduk penduduk di negara Teluk dan tidak akan terpengaruh oleh pembatasan baru, yang hanya berlaku untuk warga negara.
UEA telah melaporkan lebih dari 750.000 kasus virus corona sejak pandemi dimulai dan lebih dari 2.000 kematian.
Peringatan Kasus Omicron
Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memperingatkan varian virus corona Omicron dan Delta akan memicu "tsunami" kasus Covid-19
Hal itu dikhawatirkan memberikan tekanan besar pada fasilitas kesehatan.
“Saya sangat prihatin bahwa Omicron, yang lebih menular (dan) beredar pada saat yang sama dengan Delta, menyebabkan tsunami kasus,” kata Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, Rabu (29/12/2021), seperti dilansir Al Jazeera.
Dua tahun setelah virus corona baru pertama kali muncul, pejabat tinggi badan kesehatan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah memperingatkan masih terlalu dini untuk mempercayai data awal yang menunjukkan Omicron menyebabkan penyakit yang lebih ringan.
Pertama kali dilaporkan bulan lalu di Afrika Selatan, kini Omicron sudah menjadi varian dominan di Amerika Serikat dan sebagian Eropa.
Karena 92 dari 194 negara anggota WHO melewatkan target untuk memvaksinasi 40 persen populasi mereka pada akhir tahun ini.
Tedros mendesak semua orang untuk membuat “Resolusi Tahun Baru” untuk mendukung kampanye vaksinasi 70 persen populasi negara dengan awal Juli.
Menurut angka WHO, jumlah kasus Covid-19 yang tercatat di seluruh dunia meningkat 11 persen minggu lalu dibandingkan dengan minggu sebelumnya.
Hampir 4,99 juta kasus baru dilaporkan dari 20 hingga 26 Desember.
Kasus baru di Eropa, yang menyumbang lebih dari setengah dari total kasus telah naik 3 persen.
Sementara di Amerika naik 39 persen dan di Afrika naik 7 persen.
Prihatin dengan peningkatan kasus, kepala WHO mengatakan Omicron akan memberikan tekanan besar pada petugas kesehatan yang kelelahan dan sistem kesehatan di ambang kehancuran.
WHO mengatakan dalam laporan epidemiologi mingguannya risiko keseluruhan yang terkait dengan Omicron tetap sangat tinggi.
Baca juga: Berikut Strategi yang Dilakukan Rumah Sakit Untuk Menghadapi Varian Omicron
Baca juga: Khawatir Penyebaran Omicron, Malaysia Tangguhkan Perjalanan Umrah
Hal itu Ini dapat dilihat dari bukti yang konsisten, Omicron menyebar lebih cepat dibandingkan varian Delta.
Disebutkan, penurunan insiden kasus telah terlihat di Afrika Selatan, dan bahwa data awal dari negara itu, Inggris dan Denmark menunjukkan pengurangan risiko rawat inap dengan Omicron tetapi mengatakan lebih banyak data diperlukan.
Kepala kedaruratan WHO, Michael Ryan, menggarisbawahi catatan kehati-hatian itu.
Dia mengatakan akan penting dalam beberapa minggu mendatang untuk menekan transmisi kedua varian seminimal mungkin.
Ryan mengatakan infeksi Omicron sebagian besar dimulai di kalangan anak muda.
“Apa yang belum kita lihat adalah gelombang Omicron yang terbentuk sepenuhnya pada populasi yang lebih luas,” katanya.
“Dan saya sedikit takut untuk membuat prediksi positif sampai kita melihat seberapa baik perlindungan vaksin akan bekerja pada populasi yang lebih tua dan lebih rentan," sambungnya.
(Tribunnews.com/Yurika)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.