Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pembelot yang Kembali ke Korea Utara Disebut Hidup Miskin saat di Korea Selatan

Seorang pejabat militer mengatakan pembelot yang kembali ke Korea Utara hidup miskin saat berada di Korea Selatan.

Penulis: Rica Agustina
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
zoom-in Pembelot yang Kembali ke Korea Utara Disebut Hidup Miskin saat di Korea Selatan
AFP/JUNG YEON-JE
Zona Demiliterisasi pemisah Korea Utara dan Selatan, di Paju, Korsel, Jumat (1/1/2021). 

TRIBUNNEWS.COM - Orang tak dikenal yang melintasi perbatasan Korea Selatan dan Korea Utara pekan lalu, dipastikan adalah seorang pembelot.

Pejabat militer Korea Selatan mengatakan, pembelot yang kembali ke Korea Utara itu adalah seorang pria yang berusia 30-an tahun.

Pembelot itu telah menyebrang ke Korea Selatan lebih dari setahun yang lalu.

Pembelot itu disebut hidup miskin saat bekerja sebagai petugas kebersihan di ibu kota Korea Selatan, Seoul.

"Saya akan mengatakan dia (pembelot) diklasifikasikan sebagai kelas bawah, nyaris tidak mencari nafkah," kata pejabat itu sebagaimana dikutip Aljazeera.

Baca juga: Orang Tak Dikenal Lintasi Zona Demiliterisasi Korsel-Korut, Awalnya Panjat Pagar Berduri

Baca juga: Sesosok Pria Membelot dari Korea Selatan ke Korea Utara, Diduga Dulunya Pesenam Asal Korut

Pejabat yang tidak disebutkan namanya itu kemudian menepis kekhawatiran bahwa pembelot itu bisa jadi seorang mata-mata.

Sebab menurutnya, pembelot itu tidak memiliki pekerjaan yang akan memberi akses ke informasi sensitif.

Berita Rekomendasi

Adapun saat di Korea Selatan, kantor berita Yonhap sempat memberitakan kehidupan pembelot itu.

Polisi di distrik Nowon, Seoul utara memberikan perlindungan keamanan dan perawatan kepadanya.

Pada Juni, polisi mengungkapkan kekhawatiran atas kemungkinan dia kembali ke Korea Utara.

Tetapi dikatakan tidak ada tindakan yang diambil karena kurangnya bukti nyata.

Sementara itu, berita tentang pembelot yang kembali ke Korea Utara telah meningkatkan perdebatan baru di Korea Selatan.

Warga mempertanyakan bagaimana para pembelot tersebut diperlakukan di negara itu dan apakah mereka menerima dukungan yang memadai setelah melakukan perjalanan berbahaya dari Utara ke Selatan.

Peta perbatasan Korea Utara dengan Korea Selatan
Peta perbatasan Korea Utara dengan Korea Selatan (dakwatuna)

Seorang pejabat di Kementerian Unifikasi Seoul yang menangani urusan lintas batas mengatakan pada hari Selasa bahwa mereka yang kembali telah menerima dukungan pemerintah untuk keselamatan pribadi, perumahan, perawatan medis, dan pekerjaan.

Pria itu jarang berinteraksi dengan tetangga, dan terlihat membuang barang-barangnya sehari sebelum dia melintasi perbatasan.

"Dia mengeluarkan kasur dan tempat tidur ke tempat pembuangan sampah pada pagi itu, dan itu aneh karena semuanya terlalu baru," kata seorang tetangga.

"Saya berpikir untuk memintanya memberikannya kepada kami, tetapi akhirnya tidak melakukannya, karena kami tidak pernah menyapa satu sama lain," lanjutnya.

Untuk diketahui, hingga September, sekitar 33.800 warga Korea Utara telah bermukim di Korea Selatan.

Mereka menempuh perjalanan panjang dan berisiko, biasanya melalui China, dalam mengejar kehidupan baru di Korea Selatan.

Sejak 2012, hanya 30 pembelot yang dipastikan telah kembali ke Utara, menurut Kementerian Unifikasi.

Tetapi para pembelot dan aktivis mengatakan mungkin ada lebih banyak kasus yang tidak diketahui di antara mereka yang berjuang untuk beradaptasi dengan kehidupan di Selatan.

Baca juga: 5 Negara Berjanji Hindari Perang Nuklir, Iran dan Korea Utara Tidak Termasuk

Baca juga: Militer Korea Selatan Sebut Ada Orang Misterius yang Terobos Perbatasan ke Korea Utara

Sekitar 56 persen pembelot dikategorikan berpenghasilan rendah, menurut data kementerian yang diserahkan kepada pembelot yang menjadi anggota parlemen Ji Seong-ho.

Hampir 25 persen berada di kelompok terendah yang termasuk pada subsidi mata pencaharian dasar nasional, enam kali rasio populasi umum.

Dalam sebuah survei yang dirilis bulan lalu oleh Pusat Basis Data Hak Asasi Manusia Korea Utara dan Penelitian Sosial NK di Seoul, sekitar 18 persen dari 407 pembelot yang disurvei mengatakan mereka bersedia untuk kembali ke Utara, kebanyakan dari mereka karena merindukan negara itu.

"Ada berbagai faktor kompleks termasuk kerinduan akan keluarga yang ditinggalkan di Utara, dan kesulitan emosional dan ekonomi yang muncul saat bermukim kembali (di Korea Selatan," kata pejabat Kementerian Unifikasi.

Lebih lanjut, Kementerian Unifikasi mengatakan akan memeriksa kebijakan dan meningkatkan dukungan bagi para pembelot.

(Tribunnews.com/Rica Agustina)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas