Capres Korsel Janji Masalah Rambut Rontok Ditanggung Asuransi, Lawan Politiknya Meradang
Kandidat presiden Korsel, Lee Jae-myung, menggegerkan publik karena idenya soal perawatan rambut rontok harus didanai asuransi kesehatan publik.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Inza Maliana
Lee juga dinilai sebagai seorang populis dengan ide unik tersebut.
Ahn Cheol-soo, seorang kandidat oposisi yang sebelumnya adalah seorang dokter dan taipan perangkat lunak, menilai proposal Lee tidak bertanggung jawab.
Dia sendiri berjanji akan memotong harga obat generik dan mendanai pengembangan pengobatan baru jika terpilih.
"(Gagasan Lee) mungkin tampak sebagai langkah penting bagi banyak orang yang mengkhawatirkan kerontokan rambut mereka, tetapi itu tidak lain adalah populisme yang serius, mengingat hal itu akan memperburuk stabilitas keuangan program asuransi negara," kata surat kabar konservatif, Munhwa Ilbo, dalam sebuah redaksi pada Kamis.
Lee Sang-ee, seorang profesor di sekolah kedokteran Universitas Nasional Jeju, mengatakan asuransi kesehatan nasional bakal goyah jika ratusan miliar won dialokasikan untuk menanggung perawatan kebotakan.
Sebab, asuransi ini dirancang untuk membantu pasien dengan penyakit serius.
Tidak ada data resmi tentang berapa banyak orang Korea Selatan yang menderita kerontokan rambut.
Baca juga: KABAR DUKA Aktris Korea Kim Mi Soo Meninggal Tiba-tiba, Lawan Main Jisoo BLACKPINK di Snowdrop
Baca juga: Kisah Saiful, Tukang Pangkas Rambut Langganan Menteri Agama, Kaget Dikasih Tahu Sang Ajudan
Layanan Jaminan Kesehatan Nasional hanya memberikan penghitungan tahunan orang yang telah menerima perawatan di rumah sakit, yaitu sekitar 230.000 pasien pada tahun 2020.
Lee Jae-myung mengatakan bahwa cakupan rambut rontok diperlukan dari aspek "kelengkapan tubuh" dan pihaknya sedang mempelajari potensi dampak keuangannya.
Sejak usulan ini muncul dalam kampanye pada awal pekan ini, isu kerontokan rambut menjadi topik hangat menjelang pemilihan presiden Korea Selatan bulan Maret nanti.
Ini lantaran pada pilpres sebelumnya, rata-rata para capres membahas soal program nuklir Korut, relasi dengan AS, skandal, dan masalah ekonomi.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)