Thailand Deteksi Kasus Demam Babi Afrika, Ditemukan di Rumah Pemotongan Hewan
Thailand telah menemukan kasus pertama demam babi Afrika di rumah pemotongan hewan. Hal itu mengancam kekurangan pasokan babi dan kenaikan harga.
Penulis: Yurika Nendri Novianingsih
Editor: Arif Tio Buqi Abdulah
Daging babi adalah bahan umum dalam masakan Thailand seperti kentang goreng Pad Gaprao dan barbekyu Moo Kratha.
Tetapi orang Thailand kehabisan stok daging babi di toko kelontong selama setahun terakhir.
Kekurangan pasokan yang berkepanjangan membuat beberapa warga percaya penyakit itu telah ada di Thailand untuk sementara waktu.
Negara ini telah menyaksikan sejumlah besar kematian babi peternakan selama setahun terakhir, tetapi pihak berwenang telah mengaitkan penyakit virus lainnya sebagai penyebabnya.
Kabinet menyetujui 574 juta baht untuk memberi kompensasi kepada peternak babi kecil di 56 provinsi di mana babi telah dimusnahkan untuk mencegah penyebaran penyakit babi.
Pemerintah telah berulang kali membantah wabah demam babi Afrika, yang hanya membawa tuduhan ditutup-tutupi.
Penyelidikan serius terhadap demam babi Afrika dipicu setelah laporan dari Universitas Kasetsart diterbitkan pada hari Jumat.
Seekor babi peliharaan mini dibawa ke laboratorium universitas pada awal Desember untuk diautopsi, dan hasilnya ternyata positif.
Pemilik babi peliharaan mengklaim bahwa dua babi lain di rumah itu kemudian mati.
Baca juga: Pernah Dapat Medali Kepahlawanan, Tikus Pengendus Ranjau di Kamboja Mati
Baca juga: Kehidupan Muslim Patani di Bawah Pengawasan Ketat Militer Thailand
Untuk mengatasi kelangkaan daging babi, Menteri Perdagangan Jurin Laksanawisit Kamis lalu memerintahkan penghentian sementara ekspor babi.
Larangan ekspor akan berlangsung setidaknya hingga 5 April mendatang.
Thailand memasok 18 juta babi ke pasar domestik, dan satu juta diekspor ke negara tetangga seperti Kamboja, Vietnam, Laos, dan Myanmar.
Tahun ini, pasokan diperkirakan turun tajam menjadi 13 juta.
(Tribunnews.com/Yurika)