Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Peringatan 27 Tahun Lalu Gempa Besar di Kobe Jepang Jam 5:46 Tetap Dalam Suasana Berkabung

Di Taman Suwayama di sebuah bukit di Chuo-ku, Kobe, pemain terompet Akira Matsudaira (79) telah meniupkan terompet untuk mengenang para korban gempa

Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Peringatan 27 Tahun Lalu Gempa Besar di Kobe Jepang Jam 5:46 Tetap Dalam Suasana Berkabung
Foto NHK
Banyak orang datang ke lokasi gempa bumi besar Hanshin di Kobe Jepang pagi ini (17/1/2022) jam 5:46 untuk peringatan 27 tahun lalu gempa bumi tersebut. Berdoa bersama dalam sepi dan beberapa orang tampak masih mengeluarkan air mata kesedihan mengenang saat 27 tahun lalu banyak anggota keluarganya yang meninggal dunia akibat gempa bumi berkekuatan 7,2  SR 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO -  Telah 27 tahun sejak  Gempa Besar Hanshin-Awaji pada 17 Januari jam 5:46 pagi terjadi, keluarga dan masyarakat Jepang memperingatinya pagi ini dengan berdoa dan tetap  berkabung dalam hati para korban di daerah yang rusak parah, seperti Kota Kobe.

Tepat jam 5:46 pagi ini (17/1/2022) terompet duka disuarakan seorang lelaki tua dan tempat ketinggian, sebuah bukit di Kobe dan keadaan langsung sunyi senyap, berdoa bersama dengan lilin yang menerangi sekitar masyarakat pula.

Di Taman Suwayama di sebuah bukit di Chuo-ku, Kobe, pemain terompet Akira Matsudaira (79) telah meniupkan terompet untuk mengenang para korban gempa setiap tahun sejak 1999.

Matsudaira memainkan lagu anak-anak "Somewhere in Spring" pada pukul 5:46 pagi saat gempa terjadi.

"Kota Kobe, memang telah pulih dari gempa bumi yang melanda di musim dingin, bencana yang berlapis-lapis, dan kami berharap untuk terus mendukung mereka," paparnya.

"Tiupan terompet ini dengan pemikiran bahwa saya tidak boleh melupakan bencana gempa bumi 27 tahun yang lalu dan bahwa bencana serupa tidak boleh terjadi di masa depan," tambah Matsudaira.

Berita Rekomendasi

Di taman "Higashi Yuenchi" di Chuo-ku, Kobe, sekitar 5.000 bambu dan lampion kertas untuk mengenang para korban berupa tulisan "1.17"  untuk mengingat kembali pada tanggal gempa.

Dua puluh tujuh tahun telah berlalu sejak gempa, dan ada berbagai hal seperti pemikiran "jangan lupa", pemikiran orang yang "ingin melupakan" dan rasa krisis "lupa".

Mereka yang berkunjung pada pukul 05:46 ketika gempa terjadi diam-diam bergandengan tangan dan memanjatkan doa kepada para korban.

Seorang wanita berusia 73 tahun di wilayah Higashinada, Kobe, mengatakan, "Ibu saya terkena dampak bencana di wilayah Higashinada, tetapi meninggal saat memegang tangan saya di rumah sakit. Ini adalah hari terpenting dari semuanya."

Seorang wanita berusia 65 tahun di Kita-ku, Kobe, yang kehilangan saudara laki-lakinya yang berusia 35 tahun pada saat itu, berkata, "17 Januari adalah hari ulang tahun saudara laki-laki saya. Dia adalah saudara laki-laki yang serius dan baik, dan saya dapat bertemu dengannya almarhum ayah dan ibunya di surga. Saya pikir demikian. "

Seorang pria berusia 60 tahun di Nada-ku, Kobe, berkata, "Saya datang untuk memberi tahu  bahwa paman saya, yang merupakan pengganti ayah saya, meninggal dalam gempa bumi dan berkata, 'Saya di sini lagi. 'tidak lupa.' Saya pikir saya harus menjaga diri saya dengan baik."

Seorang wanita berusia 65 tahun di Higashinada-ku, Kobe, yang membawa cucunya yang berusia 8 tahun, berkata, "Saya ingat bahwa hari itu gelap dan dingin setelah bencana di rumah. Jadi saya datang ke upacara peringatan untuk pertama kali. Saya ingin memberitahu cucu-cucu saya untuk tidak melupakan gempa.”

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas