Universitas Dibuka Lagi, Mahasiswi Diizinkan ke Kampus Pertama Kali Sejak Taliban Kuasai Afghanistan
Siswa perempuan diizinkan memasuki kampus untuk pertama kalinya sejak Taliban mengambil alih negara itu tahun lalu.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Tiara Shelavie
![Universitas Dibuka Lagi, Mahasiswi Diizinkan ke Kampus Pertama Kali Sejak Taliban Kuasai Afghanistan](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/demo-warga-afganistan-mendukung-tindalkan-pemerintahan-taliban_20220121_214256.jpg)
Wakil juru bicara Taliban Bilal Karimi mengkonfirmasi kepada CNN bahwa Kementerian Pendidikan Afghanistan sedang mengerjakan rencana untuk memulai kembali pendidikan menengah anak perempuan untuk tahun ajaran baru pada 21 Maret.
Taliban telah membantah klaim bahwa gadis-gadis Afghanistan akan dilarang dari sekolah menengah.
Kelompok yang kini menguasai Afghanistan itu mengatakan mereka perlu menyiapkan sistem transportasi yang aman untuk siswa perempuan sebelum mengizinkan mereka kembali ke ruang kelas.
Pengacara hak asasi manusia dan peneliti dari Program Penanggulangan Krisis Amnesty International Nicolette Waldman menyambut baik pembukaan universitas tersebut tetapi mengatakan lebih banyak bimbingan diperlukan untuk siswa yang lebih muda.
Komunitas internasional telah menjadikan pendidikan anak perempuan dan perempuan sebagai bagian penting dari tuntutannya ketika Taliban mencari lebih banyak bantuan asing dan pencairan aset luar negeri.
Baca juga: Kedatangan Taliban untuk Pembicaraan di Norwegia Diprotes
Lembagakan diskriminasi
Sekitar 36 pakar hak asasi manusia dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut para pemimpin Taliban di Afghanistan melembagakan diskriminasi dan kekerasan berbasis gender berskala besar serta sistematis terhadap perempuan dan anak-anak perempuan di sana.
"Kami prihatin dengan upaya sistematis (Taliban) untuk mengecualikan perempuan dari bidang sosial, ekonomi, dan politik di seluruh negeri," kata para ahli dalam pernyataan Senin (17/1/2022).
"Kekhawatiran ini diperburuk dengan kasus perempuan dari etnis minoritas, agama, atau bahasa seperti Hazara, Tajik, Hindu, dan komunitas lain, yang perbedaan atau visibilitasnya membuat mereka semakin rentan di Afghanistan," imbuh pernyataan itu.
Baca juga: Taliban Akhirnya Izinkan Perempuan Afghanistan Kembali ke Sekolah Mulai Maret 2022
Baca juga: Kemlu RI Tegaskan Tak Dukung Taliban Meski Kirim Bantuan ke Afghanistan
![Anggota Taliban menghentikan protes perempuan untuk hak-hak perempuan di Kabul pada 21 Oktober 2021. - Taliban dengan keras menindak liputan media tentang protes hak-hak perempuan di Kabul pada 21 Oktober pagi, memukuli beberapa wartawan. (Photo by BULENT KILIC / AFP)](https://cdn-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/taliban-serang-wartawan_20211022_133549.jpg)
Dilansir Al Jazeera, Taliban telah memberlakukan serangkaian pembatasan terhadap perempuan dan anak perempuan sejak mengambil alih negara itu pada Agustus 2021.
Taliban juga melarang sopir taksi agar tidak menjemput penumpang wanita yang tidak mengenakan jilbab tertentu.
Aturan lain yang diberlakukan Taliban membuat kaum wanita takut jika meninggalkan rumah tanpa kerabat laki-laki.
"Kebijakan ini juga mempengaruhi kemampuan perempuan untuk bekerja dan mencari nafkah, mendorong mereka lebih jauh ke dalam kemiskinan," kata para ahli.
"Perempuan kepala rumah tangga sangat terpukul, dengan penderitaan mereka diperparah oleh konsekuensi yang menghancurkan dari krisis kemanusiaan di negara ini."
Baca juga: Krisis Ekonomi Afghanistan Kian Parah, Taliban Bayar Ribuan Pegawai dengan Gandum
Baca juga: Buron Sejak 2014, Pemimpin Senior Taliban Pakistan Tewas Ditembak di Afghanistan