Kepala WHO Bertemu PM China, Bahas Asal Usul Covid-19
Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bertemu dengan Perdana Menteri China untuk pembicaraan tentang Covid-19.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bertemu dengan Perdana Menteri China untuk pembicaraan tentang Covid-19.
Dalam pertemuan tersebut, keduanya juga membahas tentang penyelidikan yang terhenti tentang asal-usul pandemi.
Pertemuan antara Tedros Adhanom Ghebreyesus dan Li Keqiang pada Sabtu (5/2/2022) terjadi seiring isu asal usul virus corona yang merenggangkan hubungan antara China dan Barat.
Dilansir Al Jazeera, Direktur Jenderal WHO, mengunjungi Beijing untuk Olimpiade Musim Dingin 2022.
Baca juga: Presiden Turki Erdogan dan Istri Positif Covid-19 Varian Omicron
Baca juga: WHO Peringatkan soal Anak Omicron, Ada Indikasi Sebabkan Infeksi Lebih Serius dari Versi Asli
Dia mengunggah gambar di akun Twitternya.
Terlihat Tedros dan Li duduk dengan pejabat di ruang pertemuan.
Ghebreyesus sebelumnya mendesak China untuk lebih terbuka dengan data dan informasi terkait asal usul virus.
“Senang bertemu dengan Perdana Menteri Li Keqiang,” cuit Tedros pada Sabtu.
Baca juga: Paus Fransiskus, WHO hingga Greta Thunberg Dinominasikan untuk Hadiah Nobel Perdamainan 2022
“Kami membahas Covid-19 dan perlunya upaya agresif pada VaccinEquity tahun ini untuk memvaksinasi 70 persen dari semua populasi,” katanya, merujuk pada kampanye WHO untuk akses yang adil terhadap vaksin di seluruh dunia.
“Kami juga membahas perlunya kolaborasi yang lebih kuat tentang asal-usul virus Covid-19, yang berakar pada sains dan bukti,” tambahnya.
Di mana, kapan, dan bagaimana virus itu berasal tetap menjadi salah satu misteri.
Hingga saat ini, Covid-19, yang telah menewaskan lebih dari enam juta orang di seluruh dunia.
Baca juga: Berikut Cara Mendapatkan Sertifikat Vaksin Covid-19 Internasional Berstandar WHO
Amerika Serikat dan negara-negara lain telah mengkritik China karena menunda berbagi informasi ketika virus muncul di sana pada 2019.
Pada bulan Desember, WHO mengatakan Beijing masih belum mengungkapkan beberapa data awal yang mungkin membantu menentukan asal-usulnya dan menyerukan penyelidikan tahap kedua ke dalamnya.