Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Disarankan Lanjutkan Diplomasi Soal Ukraina, Ini Jawaban Presiden Rusia Vladimir Putin

Rusia akan melanjutkan jalur diplomasi dengan negara Barat untuk meredakan krisis keamanan terkait peningkatan kekuatan militer Rusia di Ukraina

Editor: hasanah samhudi
zoom-in Disarankan Lanjutkan Diplomasi Soal Ukraina, Ini Jawaban Presiden Rusia Vladimir Putin
AFP/SERGEI SUPINSKY
Seorang demonstran membawa karikatur yang menggambarkan Vladimir Putin, Joseph Stalin dan Adolf Hitler saat dia berjalan dengan yang lain selama rapat umum di Kyiv pada 12 Februari 2022, yang diadakan untuk menunjukkan persatuan di tengah peringatan AS tentang invasi Rusia yang akan segera terjadi. - Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan bahwa peringatan serangan Rusia yang akan segera terjadi di negaranya memicu "kepanikan" dan menuntut untuk melihat bukti kuat dari invasi yang direncanakan. (Photo by Sergei SUPINSKY / AFP) 

TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW – Rusia mengatakan akan melanjutkan pembicaraan diplomatik dengan Barat untuk mencoba meredakan krisis keamanan, di mana Rusia telah meningkatkan kekuatan militernya di perbatasan Ukraina.

Televisi Rusia menayangkan percakapan antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov pada Senin (14/2/2022).

The Straits Times melaporkan bahwa dalam tayangan itu Putin bertanya pada Lavrov,  apakah ada kemungkinan dicapai kesepakatan untuk mengatasi masalah keamanan yang dikhawatirkan Rusia, atau apakah Rusia hanya terseret ke dalam perundingan yang berkepanjangan.

Lavrov menjawab: "Kita telah memperingatkan lebih dari sekali bahwa kita tidak akan membiarkan negosiasi tanpa akhir atas masalah yang menuntut solusi hari ini."

Namun Lavros menambahkan: "Menurut saya, kita masih ada kesempatan ... Pada tahap ini, saya akan menyarankan untuk melanjutkan dan meningkatkan (perundingan)."

Baca juga: Siaga Perang Rusia-Ukraina, Eropa Timur Siapkan Tempat Pengungsian

Baca juga: INI Prediksi AS: Rusia Akan Mulai Invasi ke Ukraina Dengan Serangan Rudal dan Serangan Bom

"Baik," jawab Putin, seperti dilaporkan Al Jazeera.

Menurut Lavrov, Amerika Serikat telah mengajukan proposal konkret untuk mengurangi risiko militer. Tetapi tanggapan dari NATO dan Uni Eropa  belum memuaskan.

BERITA REKOMENDASI

Sementara Amerika Serikat mengatakan Moskow menambah kemampuan militernya dari hari ke hari untuk potensi serangan ke Ukraina.

Rusia memiliki lebih dari 100.000 tentara yang berkumpul di dekat perbatasan Ukraina.

Sejauh ini Rusia menyangkal tuduhan Barat bahwa pihaknya merencanakan invasi ke Ukraina.

Baca juga: Jika Rusia Invasi Ukraina, Presiden AS Joe Biden Janjikan Tindakan Balasan Cepat dan Tegas

Baca juga: Konflik Rusia vs Ukraina: Amerika Serikat Sebut Moskow Mungkin Buat Dalih Serang Kyiv

Namun negara ini  mengatakan akan mengambil tindakan teknis militer yang tidak dirinci kecuali tuntutan mereka dipenuhi, termasuk melarang Ukraina bergabung dalam aliansi NATO.

Washington mengatakan Rusia dapat menginvasi Ukraina kapan saja saat ini.


Juru Bicara Pentagon John Kirby mengatakan kepada MSNBC Senin (14/2/2022) bahwa Putin terus menambah kekuatan dan kemampuan militernya di dekat perbatasan Ukraina setiap hari.

"Ini adalah militer, yang terus bertambah kuat, semakin siap. Mereka berlatih, jadi kami percaya bahwa dia memiliki banyak kemampuan dan opsi yang tersedia baginya jika dia ingin menggunakan kekuatan militer," kata Kirby.

Negara-negara Barat telah menjanjikan sanksi dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya jika Rusia benar-benar menyerang Ukraina.

Baca juga: Ukraina Serukan Pertemuan dengan Rusia dalam Waktu 48 Jam, Bahas Ketegangan Perbatasan

Baca juga: Di Ambang Perang dengan Rusia, Maskapai Penerbangan Mulai Hindari Wilayah Udara Ukraina

Kelompok G7 telah memperingatkan sanksi ekonomi dan keuangan yang akan memiliki konsekuensi besar dan langsung pada ekonomi Rusia.

Duta Besar Ukraina untuk Inggris Senin (14/2/2022)  mengatakan bahwa pernyataannya telah disalahpahami dan ia tidak menyarankan untuk menarik permohonannya.

Sebelumnya, Dubes Ukraina mengatakan kepada BBC bahwa negaranya mungkin fleksibel tentang tujuannya bergabung dengan NATO nantinya.

Pada hari yang sama, Senin (14/2/2022), Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres berbicara secara terpisah dengan Menlu Rusia dan Ukraina.

Juru bicara Guterres mengatakan, Sekjen masih percaya atas analisa dan harapannya bahwa tidak akan ada konflik.

Baca juga: AS Pindahkan Kedutaan Besar Ukraina dari Kiev ke Lvov

Baca juga: Kekhawatiran Terlihat Di Bandara Kiev Saat Negara Barat Panggil Pulang Warganya Dari Ukraina

Lavrov mengatakan kepada Putin bahwa Amerika Serikat telah mengajukan proposal konkret untuk mengurangi risiko militer. Tetapi tanggapan dari NATO dan Uni Eropa  belum memuaskan.

Seorang pejabat UE, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya tetapi telah berbicara dengan Putin melalui telepon sebelumnya, mengatakan UE sedang mencari sumber energi alternatif jika Rusia memotong pasokan.

"Rusia berusaha menunjukkan bahwa mereka  adalah pengawas di kawasan itu," kata sumber itu.

"Kritik Moskow terhadap Ukraina adalah gagasan bahwa rakyat membuat pilihan untuk demokrasi liberal, nilai-nilai, prinsip dan kebebasan,” katanya.

Kanselir Jerman Olaf Scholz mengadakan pembicaraan di Kyiv dengan Presiden Volodymyr Zelenskiy.

Baca juga: Invasi Rusia ke Ukraina Tak Bisa Diprediksi, Gedung Putih Klaim Bisa Kapan Saja

Pada Selasa (15/2/2022), dia akan terbang ke Moskow. Ia akan menjadi pejabat Barat terbaru yang melakukan perjalanan setelah Presiden Prancis Emmanuel Macron dan dua menteri Inggris pergi minggu lalu.

Scholz mengatakan dia melihat tidak ada pembenaran yang masuk akal untuk aktivitas militer Rusia di perbatasan Ukraina.

“Kami siap untuk dialog serius dengan Rusia mengenai masalah keamanan Eropa,” katanya. (Tribunnews.com/TST/Aljazeera/Hasanah Samhudi)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas