Heboh Video Tentara Korea Utara Bonyok, Sebut 40 Prajurit Korut Tewas di Kursk Gegara Rusia Sembrono
Tentara Korea Utara yang diwawancarai tersebut tampak terluka, dengan perban sebagian besar menutupi wajahnya setelah bertempur di Kursk
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Heboh Video Tentara Korea Utara Bonyok, Sebut 40 Prajurit Korut Tewas di Kursk Gegara Rusia Semberono
TRIBUNNEWS.COM - Sebuah video yang beredar di platform media sosial X dan Telegram terkait Perang Rusia-Ukraina membuat geger netizen.
Video tersebut dinarasikan sebagai wawancara dengan seorang tentara Korea Utara yang bertempur dalam Pertempuran Kursk di Rusia.
Baca juga: 1.500 Pasukan Khusus Korut Sudah Ada di Timur Jauh Rusia, Rengekan Ukraina Makin Kencang ke NATO
Tentara Korea Utara yang diwawancarai tersebut tampak terluka, dengan perban sebagian besar menutupi wajahnya.
Dalam video tersebut, dia mengklaim sebagai satu-satunya yang selamat dari unit kecil 40 tentara Korea Utara.
Dalam ulasannya mengenai video tersebut, situs militer BM memberi disclaimer kalau video tersebut tidak dapat secara independen diverifikasi keasliannya atau kisah dugaan yang tentara diwawancarai.
"Beberapa akun media sosial melabeli video ini sebagai propaganda, menunjukkan itu adalah setting-an, sementara yang lain berpendapat itu asli, mengklaim mereka dapat mengidentifikasi dialek Korea Utara yang diucapkan oleh yang diduga sebagai korban," kata ulasan BM, dikutip, Jumat (1/11/2024).
Sementara itu, situs berita Korea, n.news.naver.com telah menerbitkan laporan tentang video tersebut dalam bahasa Korea.
Video ini menampilkan seorang pria dengan cedera wajah yang terlihat tergeletak di tempat tidur rumah sakit.
Pernyataannya singkat dan terfragmentasi. Video dilengkapi dengan teks bahasa Inggris yang disediakan sebagai subtitle.
Menurut subtitle tersebut, sebuah unit dari 40 tentara Korea Utara ditinggalkan di bawah gempuran artileri berat Ukraina dan tembakan pesawat tak berawak di wilayah Kursk.
"Militer Rusia berbohong kepada kami, mengatakan kami tidak akan diserang [jika kami tinggal di kawasan lindung] ... dan bahwa kami tidak akan pernah dikerahkan ke garis depan."
Prajurit itu lebih lanjut mengklaim, “Namun, tentara Rusia secara sembrono memaksa kami melakukan serangan selama Pertempuran Kursk. Mereka tidak melakukan pengintaian sebelum serangan dan meninggalkan kami tanpa senjata untuk membela diri."
Dia menceritakan, “Ketika Ukraina melancarkan serangannya ... mereka memulai serangan mereka”.