AS Peringatkan Kontraktor Pertahanan Tentang Kemungkinan Serangan Siber Rusia
Amerika Serikat memperingatkan kontraktor pertahanan yang diakui AS dari kemungkinan serangan siber oleh aktor-aktor yang disponsori Rusia
Editor: hasanah samhudi
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Sejumlah lembaga Amerika Serikat pada Rabu (16/2/2022) memperingatkan kontraktor pertahanan yang disetujui AS (CDC) tentang kemungkinan serangan siber oleh aktor-aktor yang disponsori negara Rusia.
Sejumlah lembaga itu mengeluarkan pernyataan bersama bahwa Biro Penyelidik Federal (FBI), Badan Keamanan Nasional (NSA) dan Badan Keamanan Siber dan Infrastruktur (CISA) telah mengamati upaya-upaya siber semacam itu dari setidaknya Januari 2020 hingga Februari 2022.
"Penyusupan yang berkelanjutan ini telah memungkinkan para pelaku untuk memperoleh informasi sensitif dan tidak rahasia, serta teknologi eksklusif CDC dan yang dikendalikan ekspor," sebut pernyataan itu, seperti dilansir dari Channel News Asia.
"Informasi yang diperoleh memberikan gambaran signifikan tentang pengembangan platform persenjataan AS dan jadwal penyebarannya, spesifikasi kendaraan, dan perencanaan teknologi informasi dan infrastruktur komunikasi,” sebutnya.
Badan-badan tersebut mendesak semua kontraktor pertahanan yang diizinkan (CDC) itu untuk menerapkan tindakan pencegahan yang direkomendasikan terlepas dari apakah ada bukti bahwa mereka telah dikompromikan.
Baca juga: Serangan Siber Menghantam Web Pemerintah, Dua Bank, dan Angkatan Bersenjata Ukraina
Baca juga: Biden: Serangan Rusia ke Ukraina Masih Sangat Mungkin Terjadi
Peringatan itu datang di tengah ketegangan yang meningkat antara Amerika Serikat dan Rusia karena kekhawatiran negara-negara Barat akan rencana Rusia menginvasi Ukraina, meskipun ini telah dibantah Moskow.
Pada Selasa (15/2/2022) sore, jaringan Kementerian Pertahanan Ukraina dan dua bank lumpuh akibat serangan siber.
Namun operasional di dua bank tersebut, Privatbank dan Oschandbank, berhasil dipulihkan pada malam harinya, setelah sekelompok ahli mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk melokalisasi dan melawan serangan siber.
Dalam sebuah tweet, Kementerian Pertahanan Ukraina mengatakan sejumlah besar usaha mengakses situsnya, yang menunjukkan penyerang membanjiri server dengan permintaan palsu, untuk mengganggu akses ke situs.
Polisi Cyber Ukraina juga membantah gelombang pesan SMS palsu yang dikirim ke warga Ukraina yang mengklaim bahwa layanan ATM juga tidak berfungsi.
Baca juga: AS Sebut Rusia Bohong Tentang Penarikan Pasukan dari Perbatasan, Malah Tambah 7.000 Tentara
Baca juga: Rusia Tarik Pasukan Yang Ikut Latihan Perang Kembali ke Pangkalan, Ukraina Belum Percaya
Pusat Keamanan Informasi Ukraina menuduh Rusia berada di balik serangan siber tersebut.
Surat kabar Washington Post melaporkan bahwa laporan intelijen AS yang baru diungkapkan juga menunjukkan pada Selasa (15/2/2022) bahwa peretas pemerintah Rusia kemungkinan besar telah menembus militer Ukraina, energi, dan jaringan komputer penting lainnya.
Ini dilakukan untuk mengumpulkan data dan memposisikan diri mereka untuk mengganggu sistem jika terjadi serangan militer Rusia di Ukraina.
Kyiv menyalahkan Moskow atas tindakan serupa di masa lalu dan sejak Rusia mulai mengumpulkan lebih dari 100.000 tentara di dekat perbatasannya. (Tribunnews.com/CNA/Hasanah Samhudi)