UNICEF: Dampak Pandemi, 1 dari 7 Remaja Alami Gangguan Mental
Anak-anak dan remaja berpotensi mengalami dampak jangka panjang dari Covid-19 terhadap kesehatan mental mereka.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anak-anak dan remaja berpotensi mengalami dampak jangka panjang dari Covid-19 terhadap kesehatan mental mereka.
Berdasarkan data terbaru UNICEF, diperkirakan terdapat lebih dari 1 dari 7 remaja berusia 10-19 tahun di dunia yang hidup dengan diagnosis gangguan mental.
Setiap tahun, bunuh diri merenggut nyawa hampir 46.000 anak muda.
Hal ini adalah satu dari lima penyebab utama kematian pada kelompok usia itu. Akan tetapi, masih terdapat kesenjangan besar antara kebutuhan untuk mengatasi masalah kesehatan mental dengan pendanaan yang tersedia.
Secara global, anggaran kesehatan yang dialokasikan untuk kesehatan mental hanya mencapai 2 persen.
Baca juga: UNICEF: 70 Persen Sumber Air Minum Rumah Tangga di Indonesia Tercemar Tinja
“Pandemi ini terasa sangat berat bagi kita dan terutama bagi anak-anak. Peraturan karantina dan pembatasan mobilitas karena pandemi menyebabkan anak-anak harus menghabiskan waktu-waktu yang berharga dalam kehidupan mereka terpisah dari keluarga, teman, sekolah, dan kesempatan bermain padahal, semua hal ini penting bagi masa kanak-kanak,” ujar Direktur Eksekutif UNICEF Henrietta Fore dikutip dari keterangan UNICEF.
Meski sebelum pandemi, telah ada begitu banyak anak terbebani masalah kesehatan mental yang tidak memiliki jalan keluar.
"Belum banyak yang mengaitkan pentingnya kesehatan mental yang baik dengan kualitas masa depan seseorang," ungkap Fore.
Sementara bagi anak-anak, pandemi membuat dampak yang sangat besar.
Temuan awal dari survei internasional terhadap anak-anak dan orang dewasa di 21 negara yang dilaksanakan oleh UNICEF dan Gallup, hasilnya disajikan sekilas di dalam laporan The State of the World’s Children 2021 – terdapat median 1 dari 5 anak muda usia 15-24 tahun yang di dalam survei yang menyatakan mereka sering merasa depresi atau rendah minatnya untuk berkegiatan.
Memasuki tahun ketiga pandemi Covid-19, dampak pandemi terhadap kesehatan dan kesejahteraan mental anak-anak dan orang muda terus memburuk.
Data terkini dari UNICEF menunjukkan secara global, setidaknya 1 dari 7 anak mengalami dampak langsung karantina, sementara 1,6 miliar anak terdampak oleh terhentinya proses belajar mengajar.
Gangguan terhadap rutinitas, pendidikan, rekreasi, serta kecemasan seputar keuangan keluarga dan kesehatan membuat banyak anak muda merasa takut, marah, sekaligus khawatir akan masa depan mereka.
Contohnya adalah hasil dari survei daring di Tiongkok pada awal tahun 2020 yang dikutip di dalam The State of the World’s Children, yang mengindikasikan bahwa sekitar sepertiga responden merasa takut atau cemas.