Rusia Lancarkan Operasi Militer di Ukraina, Targetkan Junta yang Berkuasa di Kyiv
Vassily Nebenzia mengatakan dalam pertemuan darurat Dewan Keamanan, operasi militer Moskow terhadap Ukraina menargetkan junta yang berkuasa di Kyiv
Editor: Muhammad Zulfikar
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia mengatakan dalam pertemuan darurat Dewan Keamanan, operasi militer Moskow terhadap Ukraina menargetkan junta yang berkuasa di Kyiv.
"Saya ingin mengatakan sebagai kesimpulan bahwa kami tidak agresif terhadap rakyat Ukraina, tetapi terhadap junta yang berkuasa di Kyiv," kata Nebenzia, Kamis (24/2), seperti dikutip Al Jazeera.
Presiden Vladimir Putin pada Kamis (24/2) mengizinkan operasi militer Rusia di Ukraina Timur, menjadi langkah yang bisa menjadi awal perang di Eropa.
Baca juga: Rusia Serbu Ukraina! Putin Ancam Negara-negara Lain Tidak Ikut Campur: Konsekuensinya Sangat Mahal
Putin menyatakan, dia telah mengizinkan operasi militer khusus Rusia di daerah yang memisahkan diri di Ukraina Timur, sehingga bentrokan antara pasukan Rusia dan Ukraina hanya masalah waktu.
"Saya telah membuat keputusan operasi militer," katanya dalam sebuah pernyataan mengejutkan yang disiarkan langsung di televisi sesaat sebelum pukul 6 pagi waktu Moskow, seperti dikutip Reuters.
Putin kemudian mengecam apa yang dia sebut sebagai "genosida" yang dilakukan oleh Ukraina di wilayah Timur, serta kebijakan agresif NATO terhadap Rusia.
“Untuk ini, kami akan berusaha untuk mencapai demiliterisasi dan de-Nazifikasi Ukraina,” kata Putin.
Baca juga: Rusia Lancarkan Operasi Militer di Ukraina, PBB Gelar Pertemuan Darurat
Dia juga berjanji untuk membawa “mereka yang telah melakukan banyak kejahatan ke pengadilan, yang bertanggung jawab atas pertumpahan darah warga sipil, termasuk warga Rusia".
Putin menyatakan, dia telah memerintahkan pasukan Rusia untuk melindungi rakyat dan menuntut pasukan Ukraina meletakkan senjata mereka.
Dia pun memperingatkan negara-negara lain bahwa setiap upaya untuk mengganggu tindakan Rusia akan mengarah pada "konsekuensi yang belum pernah mereka lihat".
Sumber: Kontan