Jerman akan Kirim 1.000 Senjata Anti-Tank dan 500 Rudal ke Ukraina
Jerman akan mengirimkan 1.000 senjata anti-tank dan 500 rudal Stinger ke Ukraina untuk membantu negara itu mempertahankan diri dari invasi Rusia
Editor: Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, BERLIN - Jerman akan mengirimkan 1.000 senjata anti-tank dan 500 rudal Stinger ke Ukraina untuk membantu negara itu mempertahankan diri dari invasi militer Rusia.
Sikap ini dilakukan Jerman saat pasukan Rusia mulai melakukan penyerangan di sekitar Ibu Kota Ukraina, Kyiv.
Keputusan memasok senjata ke Ukraina merupakan perubahan besar kebijakan lama Berlin yang melarang ekspor senjata ke zona konflik.
"Invasi Rusia ke Ukraina menandai titik balik. Adalah tugas kami untuk melakukan yang terbaik untuk mendukung Ukraina dalam mempertahankan diri melawan tentara invasi Putin," kata Kanselir Jerman Olaf Scholz, Sabtu (26/2/2022).
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyambut baik keputusan Jerman.
"Jerman baru saja mengumumkan penyediaan peluncur granat anti-tank dan rudal Stinger ke Ukraina. Tetap semangat, Kanselir Olaf Scholz!" kata Zelensky, dikutip dari Al Jazeera.
Hal yang sama dilakukan Belanda, dengan mengirim senjata anti-tank ke Ukraina.
Pemerintah Belanda akan memasok 50 senjata anti-tank Panzerfaust-3 dan 400 roket, jelas Kementerian Pertahanan dalam sebuah surat kepada Parlemen.
Belanda, kata Kementerian, sedang berunding dengan Jerman untuk mengirim sistem pertahanan udara Patriot ke kelompok tempur NATO di Slovakia.
Amerika Serikat dan sekutunya juga terus mengirimkan senjata ke negara bekas Uni Soviet itu.
Washington bahkan berencana memasok lebih banyak persenjataan lagi dalam beberapa hari ke depan.
Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken mengumumkan pada Sabtu bahwa Washington akan memberikan $350 juta dalam peralatan militer tambahan untuk pasukan Ukraina.
"Paket ini akan mencakup bantuan pertahanan mematikan lebih lanjut untuk membantu Ukraina mengatasi ancaman lapis baja, udara, dan lainnya yang sekarang dihadapinya," katanya dalam sebuah pernyataan.
Jerman sebelumnya bertekad untuk tidak mengirimkan senjata ke Ukraina.
Selama berminggu-minggu, pemerintah Ukraina terus memohon kepada Jerman untuk membantunya melawan Rusia.
Duta Besar Kyiv untuk Jerman pada Sabtu mendesak Berlin untuk bergabung dengan Belanda dan memasok Ukraina dengan roket pertahanan udara Stinger.
"Akhirnya tiba saatnya untuk membantu kami," kata Andriy Melnyk kepada Reuters dalam sebuah wawancara di kedutaan Ukraina.
"Kami membutuhkan pertahanan udara dan kami membutuhkan zona larangan terbang," jelasnya.
Penolakan keras Berlin untuk menyetujui pengiriman senjata dan keputusan untuk mengirim 5.000 helm, memicu kemarahan dan ejekan.
Wali kota Kyiv Vitali Klitschko bahkan sempat menyebutnya "lelucon".
Sebelumnya, Jerman pada Selasa (22/2/2022) membekukan proyek pipa gas Nord Stream 2 yang dirancang untuk mengangkut gas alam Rusia ke Jerman.
Pada Rabu, Presiden AS Joe Biden menjatuhkan sanksi pada perusahaan yang bertanggung jawab membangun proyek pipa senilai $11 miliar.
Rusia Ledakkan Pipa Gas di Kharkiv dan Kilang Minyak di Vasylkiv
Pasukan Rusia meledakkan pipa gas alam di Kota Kharkiv, Ukraina pada Minggu (27/2/2022).
Hal ini diinformasikan Dinas Komunikasi Khusus dan Perlindungan Informasi Negara Ukraina.
Dilaporkan Reuters, ledakan berbentuk jamur terekam dalam video yang tersebar di aplikasi Telegram.
Belum jelas seberapa vital pipa gas yang diledakkan militer Rusia dan apakah ledakan itu dapat mengganggu distribusi gas ke luar kota atau negara.
Meskipun di tengah situasi perang, Ukraina tetap mengirimkan gas alam Rusia ke Eropa.
Menurut laporan AP News, Dinas Komunikasi Khusus dan Perlindungan Informasi memperingatkan bahwa ledakan tersebut dapat menyebabkan "bencana lingkungan".
Pihaknya mengimbau penduduk untuk menutupi jendela mereka dengan kain lembab atau kain kassa dan banyak minum.
Sementara itu, Kantor Presiden Volodymyr Zelenskyy mengatakan, salah satu ledakan terjadi di dekat bandara Zhuliany dan wali kota Vasylkiv mengatakan sebuah kilang minyak terkena.(*)