Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Perang Rusia-Ukraina, Muhammadiyah Minta Masyarakat Tak Terpengaruh Propaganda Kedua Pihak

Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengungkapkan keprihatinannya terhadap perang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina.

Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Theresia Felisiani
zoom-in Perang Rusia-Ukraina, Muhammadiyah Minta Masyarakat Tak Terpengaruh Propaganda Kedua Pihak
AFP/SERGEI SUPINSKY
Anggota layanan Ukraina terlihat di lokasi pertempuran dengan kelompok penyerang Rusia di ibukota Ukraina, Kyiv, pada pagi hari 26 Februari 2022, menurut personel layanan Ukraina di tempat kejadian. - Tentara Ukraina memukul mundur serangan Rusia di ibu kota, kata militer pada 26 Februari setelah Presiden Volodymyr Zelensky yang membangkang bersumpah bahwa negaranya yang pro-Barat tidak akan ditundukkan oleh Moskow. Ini dimulai pada hari ketiga sejak pemimpin Rusia Vladimir Putin melancarkan invasi skala penuh yang telah menewaskan puluhan orang, memaksa lebih dari 50.000 orang meninggalkan Ukraina hanya dalam 48 jam dan memicu kekhawatiran akan konflik yang lebih luas di Eropa. (Photo by Sergei SUPINSKY / AFP) 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengeluarkan pernyataan terkait meletusnya peperangan antara Rusia dan Ukraina.

Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengungkapkan keprihatinannya terhadap perang yang terjadi. 

"Sangat prihatin dengan peperangan Rusia-Ukraina. Peperangan tidak hanya menimbulkan kerusakan fasilitas publik dan korban jiwa baik yang meninggal dunia maupun luka-luka. Sebagian korban adalah 
masyarakat sipil. Peperangan bukanlah jalan keluar menyelesaikan masalah," ujar Haedar melalui keterangan tertulis, Jumat (4/3/2022).

Baca juga: Anis Matta Sebut Perang Rusia-Ukraina Pertanda Bakal Ada Tatanan Dunia Baru

Muhammadiyah mendesak kedua belah pihak untuk dapat melakukan gencatan senjata dan mencoba mencari solusi  damai melalui meja perundingan. 

Selain itu, Muhammadiyah juga jendesak PBB, khususnya Dewan Keamanan, melakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk mengakhiri peperangan karena akan menimbulkan masalah yang kompleks baik ekonomi, politik, kemanusiaan, perdamaian global, dan masalah-masalah lainnya. 

"Memberikan apresiasi kepada Pemerintah Indonesia yang telah membuat seruan agar pertempuran diakhiri," kata Haedar.

Baca juga: Jerman Minta PBB Usut Pelanggaran HAM Berat Invasi Rusia ke Ukraina

Baca juga: Komisi I DPR Sambut Langkah RI Setujui Resolusi PBB Terkait Invasi Rusia: Sesuai Amanah Konstitusi

Meski begitu, Muhammadiyah meminta Pemerintah Indonesia bisa lebih aktif dan proaktif terlibat dalam penyelesaian peperangan Rusia-Ukraina dan berbagai dampak yang ditimbulkannya. 

Berita Rekomendasi

Muhammadiyah juga mengimbau agar masyarakat tak terpengaruh propaganda kedua belah pihak. 

"Mengimbau masyarakat, khususnya umat Islam, agar tidak terpengaruh oleh provokasi dan propaganda kedua belah pihak yang berusaha mencari dukungan politik internasional," ucap Haedar. 

Menurutnya, peperangan Rusia-Ukraina bukanlah karena masalah agama. 

Sehingga masyarakat dan umat Islam, hendaknya tetap menjaga kerukunan dan persatuan.

Seorang pria Ukraina berdiri di puing-puing di Zhytomyr pada 02 Maret 2022, setelah pemboman Rusia sehari sebelumnya. - Penembakan itu menewaskan sedikitnya 3 orang dan melukai hampir 20 orang menurut penduduk setempat dan otoritas setempat, menghancurkan pasar lokal dan sedikitnya 10 rumah pada 01 Maret 2022. (Photo by Emmanuel DUPARCQ / AFP)
Seorang pria Ukraina berdiri di puing-puing di Zhytomyr pada 02 Maret 2022, setelah pemboman Rusia sehari sebelumnya. - Penembakan itu menewaskan sedikitnya 3 orang dan melukai hampir 20 orang menurut penduduk setempat dan otoritas setempat, menghancurkan pasar lokal dan sedikitnya 10 rumah pada 01 Maret 2022. (Photo by Emmanuel DUPARCQ / AFP) (AFP/EMMANUEL DUPARCQ)

Haedar meminta masyarakat tidak menyebarkan informasi yang tidak jelas sumbernya dan tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

"Di era tatanan dunia baru yang menjunjung demokrasi dan perdamaian, semestinya dibangun hubungan antar negara dan bangsa yang lebih adil, saling menghormati, dan menjauhkan tindakan hegemoni dalam bentuk apapun karena pada dasarnya semua negara dan bangsa di muka bumi ini 
memiliki kesetaraan," pungkas Haedar.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas