Rusia Dituduh Langgar Gencatan Senjata, Warga yang Hendak Mengungsi Masih Dengar Suara Tembakan
Rusia mengklaim pasukannya melakukan gencatan senjata di dua kota Ukraina yakni Mariupol dan Volnovakha yang terkepung pada Sabtu (5/3/2022).
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, UKRAINA - Rusia mengklaim pasukannya melakukan gencatan senjata di dua kota Ukraina yakni Mariupol dan Volnovakha yang terkepung pada Sabtu (5/3/2022).
Hal itu dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada warga sipil keluar dari kota dan mengungsi ke tempat yang aman.
Namun demikian pejabat kota di Ukraina mengatakan pasukan Rusia tidak mematuhi gencatan senjata terbatas itu.
Di Mariupol, dewan kota mengatakan Rusia melanggar gencatan senjata dan meminta warga untuk kembali ke tempat penampungan dan menunggu informasi lebih lanjut tentang evakuasi.
"Karena fakta bahwa pihak Rusia tidak mematuhi gencatan senjata dan terus menembaki Mariupol dan sekitarnya dan untuk alasan keamanan, evakuasi penduduk sipil telah ditunda," kata pejabat kota dalam sebuah pernyataan di media sosial.
Baca juga: Rusia dan Ukraina Sepakat Evakuasi Warga Mariupol dan Volnovakha saat Gencatan Senjata
Penasihat presiden Ukraina Oleksiy Arestovych dalam siaran televisi mengatakan, Rusia tidak mematuhi kesepakatan gencatan senjata.
Kementerian pertahanan Rusia menuduh "nasionalis" Ukraina mencegah warga sipil pergi, lapor kantor berita Rusia, RIA.
Wakil Walikota Mariupol, Serhiy Orlov, kepada BBC sebelumnya juga mengatakan bahwa Rusia terus mengebom dan menggunakan artileri.
"Ini gila. Tidak ada gencatan senjata di Mariupol dan tidak ada gencatan senjata di sepanjang rute. Warga sipil kami siap untuk keluar dari kota tetapi mereka tidak dapat mengevakuasi diri di bawah penembakan," katanya.
Sebelumnya gencatan senjata sementara di kota Mariupol dan Volnovakha hendak dimulai Sabtu (5/3/2022) pukul 10:00 waktu setempat.
"Rusia menghentikan semua serangannya untuk memungkinkan pembentukan koridor kemanusiaan, supaya warga sipil bisa mengungsi keluar dari dua kota di kawasan timur Donetsk itu", demikian pernyataan Kementerian Pertahanan di Moskow.
Sumber: Reuters/DW/BBC