Begini Reaksi Menlu AS Blinken Dengarkan Cerita dari Pengungsi yang Melarikan Diri dari Ukraina
Menteri Luar Negeri As Antony Blinken mengunjungi pusat penyambutan pengungsi Ukraina yang didirikan oleh pihak berwenang Polandia
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, KORCZOWA – Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken mengunjungi pusat penyambutan pengungsi Ukraina yang didirikan oleh pihak berwenang Polandia, Sabtu (5/3/2022).
Pusat pengungsian itu berada di tempat yang dulunya adalah pusat perbelanjaan di Korczowa, dekat perbatasan dengan Ukraina.
Dilaporkan sekitar 3.000 pengungsi Ukraina berlindung setelah invasi Rusia ke tanah air mereka.
Sementara di perbatasan, Blinken melangkah sebentar ke tanah Ukraina untuk bertemu dengan Menteri Luar Negeri Dymtro Kuleba, yang memperkirakan Rusia akan dikalahkan tetapi meminta lebih banyak bantuan militer untuk memperkuat pertahanan guna menghindari jatuhnya korban jiwa.
Bantuan dana militer itu akan dibutuhkan untuk memperoleh kemenangan.
Di pusat pengungsi, Menlu AS itu mendengar cerita mengerikan dari para ibu dan anak-anak mereka yang menggambarkan perjalanan panjang dan berbahaya - kejutan dari gangguan mendadak dan ketakutan akan hidup mereka - setelah melarikan diri dari kehancuran perang.
"Di dekat rumah kami, kami mendengar bom," kata Venera Ahmadi (12), seperti dilaporkan AP, Minggu (6/3/2022).
Baca juga: Menlu AS Tuduh Serangan Rusia Semakin Brutal di Ukraina
Ke pengungsian ini, dia datang bersama saudara laki-laki dan perempuannya, enam anjing dan tujuh kucing dari Kyiv, ibu kota Ukraina, lebih dari 600 kilometer jauhnya.
"Kami berjalan ke perbatasan, saya tidak tahu berapa jam. Kami melintasi perbatasan dengan berjalan kaki."
Kakak perempuannya yang berusia 16 tahun, Jasmine, berkata: "Saya takut saya akan mati."
Natalia Kadygrob (48) mencapai pusat pengungsian itu bersama empat anak angkatnya dari Kropyvnytskyi, hampir 800 kilometer (sekitar 500 mil) dengan bus dalam perjalanan mereka ke rumah kakaknya di Jerman.
Namun suaminya tetap tinggal di Ukraina.
"Di sana mereka mengebom pesawat di bandara," katanya.