Meski Umumkan Gencatan Senjata, Rusia Masih Terus Serang Ukraina, Disebut Sengaja Bunuh Warga Sipil
Pasukan Rusia masih terus menggempur Ukraina, Senin (7/3/2022), meski telah mengumumkan gencatan senjata.
Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Garudea Prabawati
"Kami hanya mendapatkan udara segar saat tak ada penembakan, di mana hal itu sangat jarang terjadi," ungkapnya.
Baca juga: Satu Juta Orang Lebih Melarikan Diri dari Ukraina ke Polandia Sejak Invasi Rusia
Baca juga: Ukraina Klaim Lebih Dari 30 Helikopter Rusia Hancur di Wilayah Kherson pada Minggu Malam
"Sepanjang hari (ruang bawah tanah) sangat bau. Anak-anak muntah. Tak ada tempat untuk berbaring, jadi kami tidur sambil duduk," kisahnya.
Di Mariupol, warga sipil "putus asa" mencari jalan keluar yang aman dari kota, menurut Komite Internasional Palang Merah (ICRC).
Situasi di kota pelabuhan itu telah memburuk dan warga sipil tak bisa pergi dengan selamat.
Sebelumnya, militer Rusia mengumumkan gencatan senjata dan membuka koridor kemanusiaan di sejumlah kota Ukraina, termasuk Kyiv, pada pukul 10.00 pagi, sebagaimana yang dilaporkan kantor berita Interfax.
Mengutip AlJazeera, koridor kemanusiaan itu, yang juga dibuka di Kharkiv, Mariupol, dan Sumy, sedang dipersiapkan atas permintaan Presiden Prancis Emmanuel Macron.
Lebih dari 1 Juta Orang Ukraina Mengungsi ke Polandia
Masih dari AlJazeera, sekitar 1,067 juta warga Ukraina telah melarikan diri ke Polandia sejak dimulainya invasi Rusia, termasuk 142.300 pengungsi baru pada Minggu, kata penjaga perbatasan Polandia.
"Lalu lintas di perbatasan Polandia-Ukraina meningkat, hari ini pukul 07.00, 42 ribu orang dari Ukraina tiba di Polandia," tulisnya di Twitter.
Seorang pejabat Prancis mengatakan situasi di Mariupol saat ini sedang sulit.
Sangat sedikit pengungsi dari kota strategis di Laut Azov yang berhasil keluar pada Sabtu (5/3/2022).
Baca juga: Pakistan Tetap Berteman dengan Rusia demi Amankan Pasokan Gandum dan Gas
Baca juga: Uniqlo Putuskan Tetap Buka Toko di Rusia
Tetapi, satu keluarga, yang tak menyebutkan nama mereka, tiba di pusat kota Dnipro dan menceritakan pengalaman mereka.
“Kami tinggal di ruang bawah tanah selama tujuh hari tanpa pemanas, listrik atau internet, dan kehabisan makanan dan air,” kata salah satu dari mereka, masih mengutip The Guardian.
“Di jalan, kami melihat ada mayat di mana-mana, orang Rusia dan Ukraina. Kami melihat orang-orang telah dikubur di ruang bawah tanah mereka.”