Intel AS: Putin Tidak akan Berhenti Menyerang Meski Rusia Dilanda Kesulitan Ekonomi
Pimpinan intel AS mengatakan Presiden Putin dapat mengintensifkan invasi ke Ukraina meskipun terjadi kemunduran militer dan kesulitan ekonomi di Rusia
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Arif Tio Buqi Abdulah
"Saya tidak memiliki jumlah hari tertentu dari pasokan yang dimiliki populasi. Tetapi dengan pasokan yang terputus, itu akan menjadi agak putus asa, saya akan mengatakan, 10 hari hingga dua minggu," kata Berrier.
Berrier mengatakan, AS tidak memiliki bukti bahwa Rusia melakukan kejahatan perang di luar dari postingan yang viral di media sosial.
Ia menyinggung pemboman sekolah dan fasilitas yang tidak terkait dengan militer Ukraina oleh pasukan Rusia.
Sementara itu, Burns mengatakan saat ini pemimpin China tidak bisa tenang dengan invasi Rusia ke Ukraina.
Diketahui, negara pimpinan Xi Jinping ini menolak mengutuk tindakan Rusia atau menyebutnya dengan invasi.
"Saya pikir mereka (China) sedikit gelisah tentang dampaknya terhadap ekonomi global. Dan ketiga, saya pikir mereka sedikit gelisah dengan cara Vladimir Putin telah mendorong Eropa dan Amerika lebih dekat," kata Burns.
Ukraina Harus Bertahan 10 Hari ke Depan
Seorang pejabat senior Ukraina pada Rabu (9/3/2022) mengatakan, negaranya harus menahan serangan Rusia selama 7-10 hari ke depan untuk menggagalkan kemenangan Moskow.
Diketahui hingga kini, lebih dari dua juta orang telah mengungsi dari Ukraina, terhitung sejak Presiden Rusia Vladimir Putin melancarkan invasi.
Vadym Denysenko, penasihat Menteri Dalam Negeri Ukraina, mengatakan Rusia sangat menginginkan sebuah kemenangan.
Ia menyebut, Kota Mariupol atau Ibu Kota Kyiv adalah target yang paling mungkin untuk rencana tersebut.
"Mereka (Rusia) membutuhkan setidaknya beberapa kemenangan sebelum mereka dipaksa ke dalam negosiasi akhir," tulis Denysenko di Facebook.
"Oleh karena itu tugas kita adalah berdiri selama 7-10 hari ke depan," tambahnya, dikutip dari CNA.
Rusia mengatakan akan membuka koridor kemanusiaan pada Rabu (9/3/2022) untuk warga Ukraina di Kyiv dan empat kota lainnya agar bisa mengungsi.
Baca juga: Buntut Invasi di Ukraina, McDonalds hingga TikTok Angkat Kaki dari Rusia
Baca juga: Rusia: Harga Minyak Mentah Bisa Tembus 300 Dolar AS, Embargo Minyak oleh Barat Bisa Jadi Bencana